“Bun, tolong print kan stikernya ya!” Kata si bungsu kepada saya yang sedang asik di depan laptop.
“Besok mau ku jua.l” Dia melanjutkan sambil melepas sepatu dan seragam sekolahnya. Wajahnya tampak bersemangat sambil menunjukkan beberapa uang receh lima ratusan dari dalam sakunya.
Saya penasaran, “Emang temenmu mau beli? Buat apa?”
“Nih, tadi aku dapat uang dari jualan stiker. Ya terserah mereka buat apa.” Jawabnya cuek π
Saat ini Aira, putri bungsu saya duduk di kelas dua sekolah dasar. Beberapa kali dia jualan stiker yang kami cetak sendiri dengan printer di rumah. Darimana Aira mendapatkan gambarnya? Browsing di google, yaaa β¦ begitulah anak zaman sekarang, masih SD saja sudah pandai mencari gambar lucu dengan bantuan internet.Β
Pernah tantenya nanya, apakah Aira nggak malu jualan di sekolah? Terus, kalau gak laku apakah dia gak kecewa?
Jawabnya di luar dugaan saya, dia tidak malu dan yang penting dapat uang saku tambahan. Katanya uang saku dari bunda kurang banyak. Hahaha
Bunda Irit atau Pelit?
Sebenarnya sejak kelas satu SD Aira sudah mulai suka berjualan barang kepada teman-temannya di sekolah. Saya lupa bagaimana awal mulanya, yang saya ingat dia pernah membeli sebuah gambar dari temannya (menurut saya gambarnya kok tidak layak dibeli hahaha).Β
Sepertinya dari situ Aira punya ide untuk berjualan juga, meniru ide temannya. Tapi dia menerapkan ATM (Amati, Tirukan, Modifikasi) dan beberapa kali dagangannya laris manis.
Pernah juga membeli alat tulis di saya (kebetulan saya punya toko alat tulis) dan menjualnya kembali kepada teman-temannya. Sayangnya Aira masih belum bisa mengelola keuangan hasil usahanya. Ketika punya banyak uang dia akan kulakan barang, tapi setelah barang laku uangnya habis untuk beli jajan, hehehe.
Intinya, dia berjualan di sekolah karena uang jajan dari bundanya kurang. Pernah dia bercerita jika uang saku temannya 2 hingga 3 kali lipat miliknya. Ya ada rasa iba ketika saya mendengarnya, tapi saya kuatkan hati untuk tetap dengan prinsip saya bahwa uang jajan anak-anak harus sesuai dengan kebutuhannya dan juga pendapatan saya.
Kalau ada yang bilang saya pelit, oh tidak masalah. Pun jika ada yang bilang saya ngirit ya memang benar karena sesungguhnya yang tahu keadaan dapur saya ya saya dan Allah SWT, wkwkwk.
Bagaimana Cara Saya Membiasakan Anak Mengelola Uang Sejak Dini
Saya dan suami bekerja dari rumah, kami tidak memiliki gaji yang tetap setiap bulannya. Jadi, bisa mengelola uang dengan baik adalah hal wajib sehingga bisa terhindar dari jeratan hutang.Β
Nah, menurut kami bukan orang tua saja yang harus bisa mengelola uang. Anak-anak juga harus bisa karena mereka bukan anak milyarder yang buang nafas aja uang keluar otomatis, hahaha.
Membatasi Uang JajanΒ
Dulu pas masih bekerja di sekolah, teman sekantor saya tuh anaknya minta jajan apa aja dibelikan. Sampai-sampai anaknya punya senjata kalau emaknya gak mau belikan jajan, yaitu merengek berjam-jam. Teman saya pusing dan sumpek mendengar rengekan anaknya ya akhirnya dibelikan dong.Β
Teman saya sampai heran, kok anak saya gak pernah minta jajan sih?
Saya bilang kalau jatah jajannya saya batasi, bahkan masih balita dan belum sekolah pun sudah saya batasi. Kata teman, saya orang tua yang tega. Padahal kan rejeki orang tua akan semakin berkah jika diberikan kepada anak, mengalir bagai anak sungai. Begitu kata teman saya.
Oh ya?Β
Saya jadi mikir, apa iya yang dikatakan teman saya itu benar?Β
Ah, entahlah. Saya toh hanya menyesuaikan pengeluaran dengan pendapatan saya. Berapa pendapatan saya dan suami perbulan dan berapa pengeluaran yang seharusnya untuk jajan anak-anak.
Bukannya saya tidak percaya dengan rezeki yang telah ditetapkan Allah SWT, hanya saja saya ingin mengajarkan kepada anak-anak bahwa kebutuhan hidup bukan cuma beli jajan.
Belajar Menabung Sejak Dini
Ternyata tidak semua anak tahu arti kata menabung. Mungkin karena tidak dibiasakan oleh orang tuanya.Β
Kedua anak saya sudah saya kenalkan buku tabungan sejak kecil. Saya juga sering mengajak mereka ke bank biar tahu kalau menabung bisa dilakukan di rumah ataupun di bank. Bahkan sekarang sulung saya (kelas 6 SD) sudah punya tabungan dalam bentuk minigold.Β
Berbeda dengan saya yang sejak kecil tidak punya tabungan meski sudah tahu cara menabung dan pernah pergi ke bank. Zaman dulu tuh ada gerakan menabung loh. Ada lagunya juga, βbang bing bung, yoook kita nabungβ gituuuβ¦
Tetapi orang tua saya tidak pernah mengajarkan cara menabung. Yaa cuma dibilangin, βkalau punya uang itu ditabungβ tapi mereka tidak pernah mengajarkannya. Huhuhu.
Makanya, sekarang saya mencontohkan kepada anak-anak untuk menabung. Bukan hanya untuk masa depan tapi juga bisa menabung untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Memberikan Kepercayaan Kepada Anak-anak untuk Mengelola Uang
Ternyata tidak mudah loh memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk mengelola uang. Jujur, sebenarnya saya juga khawatir nanti mereka malah menyalahgunakan kepercayaan saya, takut mereka beli yang aneh-aneh di sekolah, dan ketakutan lainnya.
Ah, saya niatin aja lah. Bismillah saya mencoba memberikan kepercayaan kepada putri sulung saya. Awalnya saya coba memberinya seminggu sekali. Kalau biasanya uang sakunya Rp.4000 ya saya berikan Rp.25000 karena sekolahnya cuma 5 hari.
Alhamdulillah ternyata dia bisa loh menyisakan uang sakunya. Kadang sisa dua ribu, lima ribu, dan kemudian dia masukkan celengan.
Sekarang si sulung sudah kelas 6 SD dan saya beri dia uang saku sebulan sekali. Bahkan sisanya lebih banyak karena dia menggunakan uangnya untuk modal usaha juga.
Mengajarkan Kepada Anak-anak Investasi Sederhana
Saya memang tidak ahli dalam hal investasi dan ilmu saya juga cethek sekali. Saya juga tahunya investasi emas non perhiasan sih, itu aja. Memang pernah baca investasi lainnya seperti saham dan teman-temannya tapi yang saya lakukan sekarang adalah nabung emas.
Di desa-desa sekarang sudah banyak loh yang jualan minigold, itu berarti orang-orang sudah banyak yang melek emas. Begitu juga dengan putri sulung saya yang saat ini juga rajin menabung untuk dibelikan minigold.
Semua Anak Tidak Sama, Jalani Proses dengan SabarΒ
Jika si sulung pintar mengelola uang, beda dengan adiknya. Si bungsu masih belum bisa berhemat. Ah, mungkin saya yang kurang sabar ya, hehehe.
Kalau si kakak kan saya latih mulai kelas tiga. Nah, si adek ini masih kelas 2 SD sekarang dan dia ingin seperti kakaknya yang mendapat saku sebulan sekali. Dia lebih tergiur dengan nominal yang besar, hahaha.
Pernah saya mencoba untuk memberikan uang saku seminggu sekali kepada si bungsu tapi pada hari ketiga uang sakunya sudah habis. Memang benar dia bisa menghadapi konsekuensinya tapi kok saya malah kasihan.
Tetapi sekarang dia sudah bisa berpikir cara menghasilkan uang tambahan melalui jualan stiker dan mainan. Meskipun untuk mengelola uang dia masih keteteran, tidak mengapa saya dampingi saja sambil menikmati prosesnya.
Insyaallah nanti si adek akan bisa seperti kakak yang pandai mengelola uang sejak sekolah dasar.
Itu dia usaha saya agar anak-anak bisa mengelola uang sejak dini. Saya ingin mereka bisa lebih baik dari saya dalam hal keuangan. Saya yang sejak kecil tidak mengenal pengelolaan uang sehingga hidup jadi amburadul, hahaha.
Dengan belajar mengelola uang sejak dini minimal mereka jadi tahu kalau tidak semua keinginan harus dipenuhi. Mereka akan bisa membedakan mana keinginan dan kebutuhan hidup.
Memang, saya tidak bisa mendidik anak mengelola uang uang secara profesional karena tidak punya banyak ilmu tentang keuangan. Namun paling tidak saya sudah berusaha untuk memutus rantai generasi sandwich ya ^_^
12 Komentar. Leave new
Saya setuju dengan konsep mba Eni dalam mendidik anak soal uang. Dan sebagai orangtua kita hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik, tuk hasilnya memang membutuhkan proses. Semangat !
Ah iya, sering lupa ini soal menjalani proses dengan sabar. Maunya sat set langsung bisa. Padahal ya memang tiap orang kecepatan belajarnya beda-beda, itu yang pertama. Kedua, kalau ngaca lagi, kayanya saya juga nggak yang cepet2 banget belajar sesuatu. Jadi kenapa giliran anak yang ga cepet belajar eh jadi kurang sabar.
Salut nih untuk Si Adek yang pandai melihat peluang bisnis di sekolah, masih kelas 2 SD lho ya udah bisa dapatin duit sendiri karena motivasinya yang kuat, buat nambah uang saku dari Mama yang kurang banyak, heheheh.
Mantap Mba, cara mengelola keuangan sederhana ini mestinya sudah diterapkan sejak dini. Hal ini pula dilakukan oleh ortu saya, jadinya aku gak terkesima ketika sekolah yang teman2nya yg apa2 mesti punya barang branded. Bahkan sya jdi lebih paham literasi keuangan itu penting bnget..
Waktu anak anak saya SD mereka juga pernah berjualan.. jualan stiker yg harganua seribu dua ribu rupiah.. itu barang dagangan emaknya sebenernya hehehhe.. tapi ya duit hasil jualan dipake lagi buat jajan.. PR banget ngajarin nabung tuh… tapi setidaknya mereka tau kalo cari duit itu susah
kalau dulu aku dikasih jajan perminggu, disitulah kemampuan jajanku diuji. Ga cukup sebenarnya, jadi aku cari tambahan dgn cara jualan pulsa, jasa print tugas. Nah disitu baru bisa nabung. Walau sedikit, tapi adalah.
Wahh keren nih Aira, masih kecil udah pandai menghasilkan uang sendiri. Jadi ingat saat saya masih SD dulu, saya pun sering menjual di sekolah. Juga suka menjajakan roti goreng buatan mama sebelum ke sekolah
Sepakat pake banget tentang anak sungguh bisa diajak belajar mengelola keuangan.
Buah manis pembelajaran, akan sangat terasa saat telah dewasa.
Alhamdulillah
Setuju banget di bagian bersabar ini sih..
Karena karakter anak gak sama dan cara berkomunikasi dengan mereka agar mudah dipahami ini pun gak sama. Sehingga orangtua tetap menjalankan sesuai rules yang disepakati bersama.
Memang benar, pengelolaan uang itu adalah basic skill yang mesti dipunyai semua orang. Sayangnya tidak semua orang tua mengajarkan tentang itu. Paling banter disuruh hemat. Tapi hemat itu yang bagaimana kadang tidak jelas juga. Bahkan ada yang membuat anak jadi pelit. Padahal kan semua ada porsinya. Masih boleh jajan, masih bisa nabung.
Memang betul sih, bukan perkara nominal yang harusnya jadi pertimbangan. Tapi lebih ke masalah pola didiknya.
Anak kalo dari kecilnya sudah terlalu dimanja, apapun yang dimau langsung diberi, takutnya sampai besar nanti pola pikirnya ga berubah. Apa-apa maunya instan aja,
Anak2 emang perlu diajari mengelola uang sejak dini supaya mereka tahu kalau uang tuh gak jatuh dari langit yaa. Perlu usaha dan utk mengeluarkannya kudu bijak. InsyaAllah akan kebawa sampek gede nanti π