Berbicara tentang disiplin, sebenarnya mulai usia berapa dan bagaimana cara menumbuhkan mental disiplin pada anak?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya ingin sedikit bercerita terkait disiplin dalam hidup saya.
Sejak kecil saya merasa kalau bapak seorang yang disiplin. Kalau anaknya tidak mau bangun pagi, dimarahin. Kalau anaknya gak mau belajar tepat waktu dimarahin. Bahkan kakak saya pernah kena pukul karena main hampir maghrib.
Nah, perlakuan bapak seperti itu saya kira adalah sebuah pendidikan disipilin. Ya, βsaya kiraβ karena setelah saya belajar parenting barulah saya tahu jika itu sebuah bentuk kekerasan. Huhuhu
Perlakuan bapak membuat saya dan kakak hanya disiplin ketika ada bapak. Bangun pagi kalau ada bapak, belajar kalau ada bapak, pulang dari bermain tepat waktu juga kalau bapak di rumah.
Kalau tidak ada bapak di rumah, ya kami berbuat seenaknya. Lega sekali rasanya jika tidak ada beliau di rumah karena merasa bebas, hahaha.
Setelah belajar parenting barulah saya tahu jika apa yang dilakukan bapak saya hanya membuat anak disiplin, bukan menumbuhkan mental disiplin.
Yup, ada kata βmenumbuhkanβ mental jadi tidak hanya sekedar bagaimana anak disiplin, tapi ada proses untuk menumbuhkan mentalnya.
Sama seperti kita menumbuhkan tanaman gitu, melalui proses dari menumbuhkan benihnya hingga melalui proses perawatan pada tanaman.
Apa Bedanya Menumbuhkan Mental Disiplin dan Kebiasaan Disiplin?
Menurut KBBI, disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya) sedangkan mental adalah batin dan watak.
Nah, untuk membuat ananda disiplin ya dibiasakan saja maka ananda akan patuh pada peraturan. Misalnya, ananda dibiasakan bangun pagi maka pada jam tersebut dia akan bangun pagi.
Berbeda dengan mental disiplin maka ananda tidak sekedar bangun pagi karena terbiasa. Tapi mereka tahu ini saatnya bangun pagi, butuh bangun pagi karena memang tahu manfaatnya. Β Dan mereka juga sadar dengan resikonya jika bangun kesiangan, misalnya terlambat pergi ke sekolah.
Mental disiplin dimiliki ananda bukan karena takut aturan tapi karena punya kesadaran bahwa dia memang perlu bangun pagi. Hal inilah yang butuh proses dalam menumbuhkannya.
Sejak Usia Berapa Orang Tua Dapat Menumbuhkan Mental Disiplin pada Anak?
Sejak dilahirkan kita juga sudah bisa loh, yaitu melalui proses mengasuh dan mendidik anak. Saat anak-anak masih bayi, kita sebagai orang tua juga harus disiplin.
Misalnya bayi butuh untuk disusui tiga jam sekali, ya Bunda harus segera melakukannya dan meninggalkan aktivitas lainnya yang kurang penting seperti bermain gadged.
Atau ketika bayi sudah waktunya ganti diapers, ini tidak boleh ditunda sehingga anak tahu kapan dia harus ganti. Biasanya bayi akan menangis jika sudah terbiasa disiplin. Berbeda jika orang tua malas mengganti diapers, bayi akan diam saja ketika buang air kecil atau buang air besar.
Jadi, menumbuhkan mental disiplin pada anak membutuhkan waktu yang tidak singkat sehingga prosesnya pun bisa dimulai sejak lahir.
Bagaimana Cara Efektif Menumbuhkan Mental Disiplin pada Anak?
Belajar disiplin sejak dini sangat bermanfaat untuk anak-anak. Mereka bisa belajar membagi waktu dan tepat waktu dalam mengerjakan sesuatu. Hal-hal ini akan dibutuhkan dimanapun ananda berada. Bagaimana caranya?
Diawali dengan Sikap orang Tua
Orang tua adalah teladan terbaik di setiap keluarga. Menumbuhkan mental disiplin bisa diawali dengan sikap orang tua kepada ananda. Orang tua wajib menjadi contoh karena anak-anak pasti bisa merasakan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.
Orang tua harus berusaha menjadi panutan yang baik bagi anak-anaknya, baik dalam hal perkataan
maupun perbuatannya. Orang tua adalah figur atau contoh yang akan ditiru makanya harus bisa memberi contoh
yang baik dan memberikan pengasuhan yang benar.Β Oleh karenanya untuk menumbuhkan mental disiplin pada anak, orang tua membutuhkan waktu untuk berproses.
Tidak Ada Kata Terlambat
Saya baru mengenal dunia parenting sejak anak saya berusia 5 tahun. Apakah masih bisa menumbuhkan mental disiplinnya?
Alhamdulillah, tidak ada kata terlambat untuk melakukan perbaikan. Kita sebagai orang tua tidak boleh merasa takut dan merasa bersalah. Kita harus percaya diri dan merasa yakin untuk bisa menumbuhkan mental disiplin pada anak.
Kalaupun ada kesalahan dalam melakukan proses ya tidak apa-apa. Kan orang tua tidak selalu βharus benarβ asalkan ada keseriusan untuk memperbaiki kesalahan.
Saya mengira juga sudah terlambat untuk melakukan perbaikan. Tapi alhamdulillah, Bunda Abyz dari Sekolah Parenting Harum selalu menyemangati.
Saya pun mulai menumbuhkan mental disiplin pada anak pertama saya yang kemudian diikuti oleh si adik. Seperti bangun pagi saat terdengar azan subuh dan tidur malam usai sholat isya, maksimal pukul 20.00 WIB.
Saya jelaskan pelan-pelan kepada mereka bahwa bangun pagi memiliki banyak manfaat. Bisa sholat subuh berjamaah, bisa siap-siap untuk berangkat sekolah awal waktu dan lebih santai.
Begitu juga dengan manfaat tidur awal waktu (tidak larut malam) yang saya jelaskan kepada mereka. Agar bisa bangun lebih pagi untuk sholat subuh dan istirahat yang cukup membuat badan lebih sehat dan segar.
Setelah si sulung berusia 10 tahun, alhamdulillah saya menuai hasilnya yaitu ananda tidak pernah bangun terlambat. Setiap mendengar azan subuh langsung bangun dan sholat berjamaah bersama ayah dan bundanya.
Berani Mengakui Kesalahan
Ini yang paling penting saat orang tua merasa terlambat menumbuhkan mental disiplin pada anak sejak dini, yaitu berani mengakui kesalahan.
Misalnya saya nih yang baru mengenal dunia parenting saat putri sulung sudah usia 5 tahun. Saat ananda masih balita, saya hampir selalu menuruti kemauannya. Minta jajan atau mainan langsung saya belikan.
Nah, pas ada tamu dia minta perhatian. Kadang merengek atau nangis di depan tamu. Karena malu ya dilihatin tamu akhirnya saya turutin donk maunya dia apa.
Ada yang punya pengalaman saya gak, Bunda?
Dari situasi itulah anak belajar merengek saat ada tamu agar keinginannya dituruti. Padahal jika sejak kecil saya sudah menanamkan mental disiplin kemungkinan tersebut tidak akan terjadi.
Lalu, apa yang saya lakukan?
Pertama adalah berani mengakui kesalahan dan menyampaikannya kepada anak. Tidak perlu gengsi karena ini untuk kebaikan bersama (orang tua dan anak). Saya mengakui bahwa apa yang saya lakukan selama ini berdampak buruk.
Ya, mungkin ananda tidak bisa langsung terima karena kurang paham. Tidak mengapa, selanjutnya saya menjelaskan pelan-pelan dan berulang. Disitulah proses dimulainya menanamkan mental disiplin pada anak.
Tidak perlu malu kepada tamu ketika anak tantrum lagi dan saya jelaskan secara baik-baik. Saya ajak anak bekerja sama, saya meminta maaf padanya dan kami pun akan mulai melakukan perbaikan.
Berhenti Menyalahkan Anak
Berhentilah menyalahkan ananda yang tidak disiplin karenaΒ proses pengasuhan yang dia terima. Ya, orang tua juga tidak salah kok karena memang belum tahu cara yang benar.
Namun, tidak ada kata terlambat untuk menumbuhkan mental disiplin anak, bahkan ketika mereka sudah dewasa pun bisa berubah dan diperbaiki. Kuncinya adalah orang tua memiliki kemauan dan kesadaran sehingga mau melakukan perbaikan.
Misalnya nih anak sudah remaja atau dewasa, ya bisa tetap melakukan proses bersama untuk memperbaiki. Kita bisa mengajak ananda bicara sehingga mereka tahu bahwa ada yang tidak tepat dalam dirinya dan perlu diperbaiki.
Membuat Aturan sebagai Panduan
Aturan adalah panduan untuk memudahkan, seperti halnya anak-anak yang dimudahkan melakukan jadwal harian. Terpenting adalah anak-anak paham mengapa aturan tersebut dibuat.
Contohnya aturan untuk bangun pagi jam 4.30, mengapa harus jam segitu?
Kalau makan harus pakai sayur dan lauk, mengapa?
Nah, ini perlu dijelaskan kepada anak-anak agar mereka tidak sekedar mengikuti aturan tanpa tahu alasannya. Apalagi jika ananda kritis seperti kedua putri saya. Kenapa harus begini dan kenapa harus begitu? Hehehe.
Lalu, bagaimana jika kita melanggar aturan?
Ya, namanya manusia pasti ada khilaf. Selama pelanggaran dilakukan dengan alasan yang jelas dan bisa diterima menurut saya tidak mengapa. Kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa hidup juga harus fleksibel, nggak mungkin kan lurus terus.
Sebagai contoh, Ayah atau Bunda sedang sakit sehingga tidak bisa menepati aturan untuk mencuci piring setelah makan. Jelaskan kepada ananda alasan dari pelanggaran tersebut.
Sampaikan Aturan dengan Gaya Bahasa yang Sesuai
Anak-anak berbeda dengan orang dewasa karena otak berpikirnya belum optimal. Anak-anak itu proses berpikirnya masih terus bertumbuh dan berkembang sehinga belum bisa menangkap pesan secara sempurna seperti orang dewasa.
Coba deh kalau ada anak yang tidak mau mengaji (baca tulis Quran) padahal manfaatnya banyak. Lha itukan pikiran kita sebagai orang dewasa. Berbeda dengan anak-anak yang lebih suka main game
Oleh karenanya orang tua pun harus menyesuaikan dengan apa yang dipahami anak-anak. Sampaikan sesuai dengan gaya bahasanya, hindari kata-kata dengan harapan yang muluk-muluk.
Nah, orang tua harus paham nih tahapan tumbuh kembang anak sehingga bisa melakukan komunikasi sesuai usia ananda.
Misalnya dalam keluarga saya ada dua anak yang berbeda usia, 5 tahun dan 9 tahun. Lalu, bagaimana cara memberikan pengertian?
Tentu saja pola pengasuhan yang saya berikan juga berbeda ya, Bunda. Untuk si sulung yang sudah kelas 4 SD saya memberikan tangggung jawab dalam bentuk apresiasi dan bukan beban.
Contohnya nih, saat menanamkan mental disiplin setelah makan piring kotor harus dicuci. Alih-alih mengatakan βkakak sudah besar, kakak harus mencuci piring setelah makanβ tetapi saya memilih untuk mengatakan βwah, kakak sudah besar dan hebat, pastinya sudah bisa membantu bunda mencuci piring setelah makanβ
Jadi, saya tidak memberikan beban tapi berikan apresiasi sehingga tumbuh rasa tanggung jawab dan mental disiplinnya. Intinya penyampaian harus benar ya jangan sampai menjadi beban untuk anak.
Kesimpulan
Menumbuhkan mental disiplin berbeda dengan kebiasaan melakukan disiplin. Menumbuhkan mental artinya membentuk watak atau karakter pada anak sehingga muncul kesadaran, bukan sekedar disiplin karena kebiasaan.
Harapannya anak akan berkarakter disiplin yang secara sadar melakukan hal positif tanpa paksaan atau beban. Lalu, bagaimana caranya?
Tahapan prosesnya adalah mulai dengan kebaikan yang menyenangnya untuk anak usia 0 sampai 7 tahun. Lalu, berikan bimbingan dan kehangatan saat ananda berusia 7 tahun hingga baligh. Nah, setelah anak dewasa kita perlu merawat mental disiplin ananda yang telah tumbuh.
Demikian pengalaman saya menumbuhkan mental disiplin pada anak yang saya pelajari dari Sekolah Parenting Harum.
Melalui motonya, good parenting untuk Indonesia yang lebih baik menjadikan saya belajar bahwa menjadi orang tua yang baik tidak perlu mengubah anak menjadi baik. Tetapi orang tua lah yang harus merubah diri menjadi lebih baik agar anak-anak juga tumbuh menjadi generasi yang baik.
Semoga bermanfaat ^_^
21 Komentar. Leave new
memang orangtua adalah contoh terbaik dan role model disipilin untuk anak-anaknya, mulai dari orangtualah yang membiasakan segala hal disiplin pada anaknya
Ya ampun Bun, meleleh deh bacanya
ini semacam self reflection for almost all parents!
Menyalahkan anak saat dia “tidak disiplin” – “tidak taat” – “tidak patuh”
dan segala ekspektasi saat anak masih imut, sementara kita udah tua bangkotan … rasanya kok seperti berkaca pada retakan keramik… hiks
Entahlah ini quote ngarang sebenernya, tapi menumbuhkan disiplin pada anak, kan ga kayak wamil gitu ya bun, anaknya dipecut gitu ….. π
Aku agak PR untuk menumbuhkan mental disiplin pada anak. Lha akunya juga kadang aras-arasan, hahaha. Padahal contoh utama kan dari orangtuanya, orang dewasa. Jadi mari ubah diri dulu sebelum menerapkan itu pada anak
Noted banget ini, menumbuhkan mental disiplin berbeda dengan kebiasaan melakukan disiplin. Serupa kita, saat ada Bapak dulu disiplin kalau Beliau ga ada santai ajaa duh
Memang perlu menumbuhkan mental disiplin sejak dini karena anak akan terbiasa dan tinggal dirawat mental kedisiplinannya nanti
Wah, ini bener2 reminder deh mbak..
dalam bbrp hal, anak saya sudah bisa disiplin (misal buang sampah). Namun, sekaligus masih ga karuan dlm hal lain (misal pakai gadget).
Jadi refleksi kalau saya MEMANG belum sepenuhnya jadi model yg baik, juga masih belum konsisten. Namun, di sisi lain, saya juga mesti memeluk ketidaksempurnaan saya sebagai orangtua. Bukan untuk pembelaan atau “ah aku sih memang gini” tetapi supaya lebih legawa menjalani peran ini, juga lebih teduh ketika menghadapi hal2 yang belum/tidak sesuai ekspektasi.
Makasiih maak…
Emang kalau soal anak, selalu balik lagi ke orang tuanya ya. mau anaknya disiplin, orang tua mesti berkaca pada dirinya sendiri, sudah diplin atau belum.
Dan bener banget, menumbuhkan disiplin ini nggak bisa dengan kekerasan, tapi pembiasaan dan juga contoh nyata dari orang tuanya
Bagaimana pun, orangtua adalah contoh dan role model terbaik anak untuk belajar apa saja, termasuk dalam hal membangun sikap disiplin. Orangtua tidak harus sempurna karena pasti memiliki kesalahan namun yang terpenting orangtua mau jujur jika melakukan kesalahan ya mak…jadi anak-anak bisa belajar untuk melakukan hal yang serupa, yaitu hal-hal yang baik.
Orang tua memang jadi kunci nih dalam menumbuhkan mental disiplin. Jangan sampai kebanyakan gak tegaannya ya.
Iya mbaa. Pakai contoh memang lebih kena ya. Kedisiplinan karena kesadaran itu nggak bisa langsung cepet adaa. Mereka juga butuh waktu, aku jadi inget jaman dulu. Awal masih dibangunin, lama2 tumbuh kesadaran untuk bangun pagi lalu mandiiii
menumbuhkan mental disiplin pada anak itu penting ya mbak
selain dengan pembiasan positif juga dengan teladan dari orangtua
Nah, ini saya lebih sepakat dengan kata membuat kesepakatan bersama dan dilengkapi dengan hukuman atau efek yang ditimbulkan jika tidak disiplin, anak diajak berbicara dan kadang perlu merasakan sendiri akibat tidak disiplin yang ditimbulkan
Mental disiplin ini memang tidak mudah. Untuk beberapa hal, aku masih kurang konsisten mengajari anak-anak perihal disiplin. Apalagi sejak PJJ, rasanya banyak hal jadi pemakluman. Ini yang bikin disiplin kendur.
Anak2 memang harus dikenalkan dengan disiplin sejak kecil supaya saat dewasa kelak nilai2 seperti itu terbawa ya mbak?Membuat aturan itu ide bagus untuk mendisiplinkan anak ya mbak, cuma emang godaannya adalah ortu harus konsisten menegakkan aturan tersebut walaupun ke si anak.
Aku merasa tertampar mbak. Anak masih 3 tahun aja aku sudah ga disiplin. Let’s say ga disiplin waktu bangunin dia, makan, dan tidur dia. Padahal ini basic banget sebelum bisa disiplinin anak untuk hal yang lebih complicated
Kedisiplinan penting banget diterapkan sejak dini..dan memang harus dimulai dari ortunya ya untuk bisa disiplin juga..karena anak kan peniru ulung yak…
Menanamkan disiplin pada anak memang harus konsisten ya. Orangtua juga harus disiplin, aturan berlaku untuk semuanya tidak ada pengecualian agar anak memahami bahwa yang baik dan semestinya ya itu sesuai yang diberlakukan orangtuanya.
MasyaAllah makasih bund Eni, saya jadi belajar banyak nih
meski belum ada anak, tapi sama keponakan juga sering momong jadi berguna banget nih
Disiplin ini memang penting banget ya ditananmkan sejak kecil. Supaya semakin besar, kesadaran berdisiplin semakin kuat. Kerasa sendiri deh di aku. Sejak kecil mama keras dengan disiplinnya. Jadinya sekarang aku lumayan disiplin. PR besar nih aku menanamkan sikap ini ke anak-anak.
Paket Lengkap!!
Saya jadi tau, sepertinya saya nyuruh nyuruh anak ini buat disiplin, harus berubah nih, apalagi anak udah umur 7 tahun tapi mental disiplinnya belum kelihatan. Yoo sama aja mbak kalau setiap ada tamu ngerengeknya minta ampun, yang sering di rewelin ya HApe hahaha.. MasyaAllah.. belajar parenting memang gak ada habisnya, gak ada akhirnya π
Bicara disiplin itu paling pertama mau ga mau ya teladan orang tua hehehe. Lanjutnya diskusi dan komunikasi antara orang tua dan anak-anak. Harus ada obrolan dan kesepakatan tentang disiplin yang seperti apa dan tanggung jawab apa yang harus diselesaikan anak-anak dan juga orang tua
Menumbuhkan mental disiplin pada anak memang harus dimulai sejak dini dan berkesinambungan ya mak! Jd orang tua itu memang subhanallah, sebuah profesi yang tidak mudah dan butuh energi yang panjang. Postingan ini pastinya sangat bermanfaat sekali bagi ortu.