Alhamdulillah akhirnya saya sudah vaksin pertama pada 8 Oktober 2020, dapatnya jenis sinovac. Waktu itu saya baca status teman yang membuka pendaftaran vaksin di Desa Wajak. Alhamdulillah karena jujur saya malas sekali kalau harus vaksin ke Kota Malang, hehehe. Lalu, bagaimana pengalaman vaksin sinovac dan apa efeknya bagi saya?
Yuk, sini saya ceritain mulai dari saya takut vaksin sampai akhirnya nekat.
Takut Vaksin Tanpa Alasan yang Jelas
Saat ada serbuan vaksin dimana-mana, saya hanya mengamati dari media sosial dan belum ingin ikutan antri. Apalagi saat itu vaksin belum masuk ke desa tempat saya tinggal. Kapan-kapan aja deh, pikir saya. Hingga akhirnya pada bulan Juli saya disapa corona dan positif covid-19. Saat itulah saya sedikit menyesal kenapa nggak ikut antri vaksin.
Tapi alhamdulillah saya tidak mengalami gejala berat dan sanggup melawan virus corona yang ada di tubuh saya. Pada bulan September tubuh saya sudah pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa.
Namun, kabar tak enak terdengar oleh telinga saya dan membuat saya takut untuk divaksin. Teman saya meninggal (dan katanya karena setelah divaksin) saat usia masih muda, jauh di bawah saya. Katanya setelah ikut vaksin, teman saya ini mengalami gondongan (ada benjolan di lehernya) yang tidak kunjung sembuh.
Mohon maaf saya tidak dapat menceritakan secara detail ya karena memang kurang tahu informasi yang jelas. Daripada nanti yang baca tulisan saya malah membayangkan yang aneh-aneh kan?
Jadi, alasan saya takut vaksin ini sebenarnya tidak jelas ya karena keluarga saya yang sudah vaksin juga sehat-sehat saja sekarang. Teman-teman saya yang lain juga begitu, sudah banyak yang vaksin dan alhamdulillah baik-baik saja.
Akhirnya Saya Berani Vaksin
Terus, kenapa kok saya tiba-tiba berani divaksin?
Menurut dinas kesehatan, vaksinasi bertujuan memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga jika suatu saat terpapar penyakit tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang ringan.
Tapi kan saya sudah terpapar, apa masih perlu divaksin?
Memang benar jika sudah terpapar covid maka dalam tubuh saya akan terbentuk antibody untuk virus corona. Tapi kan saya tidak tahu apakah sistem kekebalan di tubuh saya membentuk antibody yang lebih dari cukup?
Jadi, lebih baik saya mendapatkan vaksin agar lebih aman dan beraktivitas pun lebih tenang. Bukan hanya saya dan keluarga yang butuh dijaga, bukan? Kita juga perlu menjaga diri agar tidak menularkan virus kepada yang lainnya.
Selain itu saya juga berencana ingin pergi ke Jogja (aamiinkan ya, teman-teman ^_^) jadi kalau suatu hari butuh sertifikat vaksin saya tidak perlu repot lagi kan? Hehehe.
Persiapan Sebelum Vaksin
Sebelum vaksin saya tanya dulu kepada teman-teman yang lebih dulu divaksin sinovac. Apa saja keluhan mereka?
Kata teman-teman yang sudah lebih dulu menerima vaksin sinovac, efek setelah vaksin tuh ngantuk dan lapar. Tapi ada juga yang tidak merasakan efek apa-apa selain lengan pegal bekas suntikan.
Saran teman-teman lainnya, kalau mau vaksin tubuh harus sehat. Oh, baiklah⦠saya pun melakukan persiapan sebagai berikut seminggu sebelum vaksin.
- Memperbanyak makan buah dan sayuran segar karena tubuh memerlukan banyak asupan nutrisi yang terbaik dari alam.
- Minum air mineral minimal 2,5 liter sehari.
- Tidur cukup minimal 7 jam sehari.
- Olahraga ringan dan berjemur minimal 30 menit.
- Sangat membatasi makanan dan minuman yang mengandung gula dan makanan pabrikan.
Sudah sih, itu saja persiapan yang saya lakukan konsisten selama seminggu sebelum vaksin. Alhamdulillah pas tiba hari H saya sehat wal afiat. Bahkan setelah antri dengan berdiri selama 2 jam di halaman balai desa, tubuh saya tetap kuat, wkwkwk.
Pengalaman Vaksin Sinovac, Antri Berdiri Hingga Dua Jam
Tadi saya sudah cerita kan kalau saya tahu info vaksin di Balai Desa Wajak ini dari status teman di whatsapp. Nah, saya daftar dong ke beliau dengan cara kirim KTP dan KK. Saya pikir nanti gak bakalan antri setelah daftar di teman saya ini.
Tapi ternyataaaaaaβ¦
Pas ngantar anak sekolah saya lewat balai desa, jam 7 pagi itu sudah banyak yang antri. Dengan tenang saya bilang ke suami kalau kemarin saya sudah daftar ke teman saya.
Seperti yang dikatakan teman tersebut, saya datang jam 8 pagi donk karena memang petugasnya datang jam segitu. Daaaan β¦ sampai di balai desa udah full aja tuh parkir kendaraan sampai luber ke pinggir jalan. Waduhβ¦ Udah gitu antriannya gak jaga jarak lagi, huftβ¦
Bismillah deh, batin saya dengan pikiran positif. Semoga Allah SWT melindungi karena saya sudah pakai masker. Semua yang ada di balai desar juga pakai masker sih kecuali yang lagi merokok, hohoho.
Saya lihat-lihat dulu. Ada beberapa meja dan beberapa meja yang sudah ditempati panitia vaksin, yaitu:
- Meja pengambilan formulir pendaftaraan dan screening.
- Meja pengumpulan formulir pendaftaran dan screening.
- Meja pemeriksaan tekanan darah atau tensi.
- Meja screening kesehatan.
- Meja penyuntikan vaksin.
Saya kira karena sudah daftar ke teman, saya gak perlu antri. Tapi ternyata saya belum mendapatkan formulir dari teman. Hehehe. Jadi ya saya ambil formulir dulu, mengisikan nama dan nomor KTP, lalu menyetorkannya ke meja nomor 2 bersama dengan fotokopi KTP.
Setelah itu saya menunggu pemanggilan nama. Tidak ada tempat duduk yang bisa ditempati, ada beberapa yang sudah berjubel. Eh, ada juga tempat duduk plastik (kayak di kondangan gitu) yang di dalam pendopo, tapi itu khusus untuk antrian yang sudah dipanggil namanya.
Namun, sampai saya pulang sepertinya tempat duduk itu kurang efektif penggunaannya karena memang antriannya tuh cepet banget karena emang prosesnya gak pakai lama sih. Tensi darah gak sampai 5 menit, screening juga gak sampai 5 menit. Apalagi suntiknya, buka baju lengan, oles alcohol, disuntik cuuus, oles alcohol lagi, udah suruh pulang.
Cepet kaaaan?
Ada yang agak ribet tuh biasanya yang lengan bajunya susah dibuka, sampai telanjang dada loh. Wkwkwk⦠Bikin gempar sebalai desa deh. Untung aja itu bapak-bapak.
Kalau ibu-ibu udah pada cerdas semua kok, dari rumah sudah menyiapkan kostum yang ncusable. Saya pun pakai kaos lengan pendek dan cardigan panjang. Jadi pas disuntik ya tinggal nurunin pundaknya cardigan toh? Anggota tubuh saya yang lain masih aman dan tertutup, hanya yang bagian mau disuntik aja yang terbuka.
Saat cek tekanan darah tuh yang menurut saya aneh. Kok bisa sampai 140/80 sih tekanan saya? Biasanya tuh pas tegang paling mentok ya 120 (kayak pas positif corona kapan hari). Lah, coba pas donor darah tekanan saya diatas 110 gitu ya biar saya lolos terus. Kalau mau donor tuh tekanan darah saya antara 95-100, jarang sekali bisa di atas 100.
Jadi saya tuh sampai curiga, jangan-jangan tensi meter otomatis yang di balai desa itu valid gak ya? Hihihi. Soalnya ada beberapa yang tekanan di atas 150 harus kecewa karena gak jadi vaksin.
Atau mungkin karena tegang ya? Setelah berdiri selama 2 jam, tekanan darah saya jadi naik. Bisa gitu gak sih?
Lalu, pas tiba waktunya saya screening saya bertemu dengan Bu Tatik, bidan desa (sekarang beliau sudah bertugas di puskesmas) yang dulu membantu saya melahirkan anak pertama. Saya senang sekali karena Bu Tatik masih mengingat saya setelah 10 tahun berlalu. Hahaha.
Kalau kata suami saya, mungkin beliau masih mengingat saya yang waktu melahirkan anak pertama tuh manja banget. Pas bukaan satu bisa balik ke bidan 3 kali untuk periksa. Untung aja Bu Tatik ini sabar banget, hehehe.
Eh, maaf jadi mengingat masa lalu. Kembali ke pengalaman vaksin yaβ¦
Pas screening Cuma ditanya apakah saat itu sedang sehat? Tidak ada keluhan? Pernah sakit apa? Apakah ada riwayat alergi?
Saya jawab kalau saat vaksin saya memang sedang sehat. Saya juga pernah terpapar covid-19 pada bulan Juli 2021. Alhamdulillah lolos screening dan saya menuju meja nomor 5 untuk mendapatkan suntikan vaksin.
Efek Setelah Vaksin, Apakah Saya Mengalami KIPI?
Sepulang dari vaksin di Balai Desa saya langsung makan karena memang paginya itu sarapan gado-gado aja dan jam 11.30 saya sudah lapar sekali. Mungkin efek dari antri berdiri selama 2 jam ya?
Oiya, sebelum makan siang saya mengompres bekas suntikan saya dengan handuk hangat (agak panas sih). Saya ulang beberapa kali sampai air di baskom menjadi hangat, awalnya agak panas.
Baru deh saya makan dengan nasi, lauk, dan sayur yang sudah saya siapkan sejak pagi. Iya, saya sudah menyiapkan masakan pecel dan tuna bumbu merah untuk saya makan setelah vaksin. Seperti pesan teman saya, setelah vaksin jangan lupa konsumsi makanan sehat dan minum banyak air, lalu istirahat deh.
Alhamdulillah saya juga tidak mengalami Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Hanya saja setelah vaksin tuh saya jadi lapar dan mengantuk parah. Saya kira lapar karena antri tapi sore dan malam harinya saya juga mudah lapar.
Setelah vaksin saya juga mengantuk sekali, mata tuh kayak pengen merem aja. Sehingga saya tidur siang selama dua jam lebih. Itu pun kayak masih ngantuk banget. Jadi ya setelah vaksin itu saya banyak tidur dan ngemil buah dan salad.
Efek vaksinasi memiliki reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang. Alhamdulillah respon tubuh saya hanya ngantuk dan lapar saja, tidak ada yang lain. Bahkan pegal-pegal di lengan bekas suntikan juga tidak terlalu parah. Malah kayak gak berasa apa-apa deh.
Yuk, Vaksinasi dan Move On dari Pandemi!
Vaksin adalah upaya prefentif untuk mengurangi resiko jika ada yang terpapar virus corona. Vaksinasi covid-19 diberikan secara gratis kepada masyarakat dengan harapan herd immunity akan terbentuk dengan baik. Jadi, vaksin ini bukanlah obat untuk covid-19.
Meski sudah vaksin kita juga masih harus menerapkan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) sebagai upaya untuk menjaga kesehatan.
Yuk ah, move on dari pandemi. Kalau kalian belum vaksin ya segera vaksin. Selalu ingat untuk menerapkan prokes, konsumsi makanan bergizi untuk menjaga kesehatan tubuh juga.
Salam sehat selalu.
19 Komentar. Leave new
Semoga ngga ada penyakit aneh aneh lagi ya Mba
Ini yg serem ada varian baru.
Moga2 Indonesia bisa bebas dari penyakit berbahaya, apapun itu!
aamiin, iya mbak nurul
Kaya Mbakku yang maju mundur soal vaksin. Alhamdulillah mau juga akhirnya dan waktu itu antrinya gak lama. Yang agak drama pas pagi sih karena ambil nomor antrian. Setelah itu lancar
Saya malah waktu itu nyari2 sendiri soal info vaksin dan susah pada awalnya mbak.
Karena menyadari pentingnya manfaat vaksin.
Tapi setelah vaksin ternyata gak semenakutkan yg dikira. Di aku pun efeknya malah gak terlalu parah kayak yg dibilang orang2.
Malah alhamdulillah bantu imun aku juga mbak.
saya aman nih dari masalah KIPI, bahkan efek sampingnya pun tak ada dirasakan dari sinovac. Cuman sebatas ngantuk dan lapar aja hehehe namun untuk booster pake Moderna. 2 hari ngga bangun tapi aman sih hehe
Saya sudah melakukan 2x dosis vaksin dan alhamdulillah aman-aman saja ini, tidak ada yang namanya chip-chip di dalam vaksin
Dulu saya juga sempat terpapar corona dan harus menjalani isolasi mandiri selama dua minggu, itu kondisi ketika vaksin belum ditemukan, jadi semuanya bergantung pada ketahanan diri, alhamdulilah bisa bertahan.
Dan, 3 bulan kemudian setelah sembuh dari korona, berkat bantuan keluarga yang mempunyai jabatan di pemerintah daerah, kami sekeluarga bisa mendapatkan vaksin, tidak sekali, tapi dapat langsung 2 kali vaksin dalam rentang waktu sebulan. Alhamdulillah sekali.
Setidaknya dengan melakukan vaksin tubuh akan memiliki sistemasi ketahanan dan kekebalan terhadap korona, sehingga ketika terpapar pun, gejala yang muncul tidak sampai parah dan mengancam nyawa. Saya tidak habis pikir sama orang yang menolak vaksin, itu gimana ya jalan pikirannya? Meskipun dia merasa baik2 saja, tapi kan orang2 sekitarnya bisa terancam terpapar juga.
Alhamdulillah aku sekeluarga udah tuntas vaksin dosis kedua sejak benerapa bulan lalu. Semoga dengan semakin meratanya vaksin bisa lebih cepat mengusir pandemi.
Kalau persiapan sebelum vaksin bagus, memang ga ada KIPI. Ada pun sangat tidak berarti
Emang kyknya beda2 KIPI vaksin ke org2 yaa. Aku juga pakai Sinovac dan gak ada KIPI berarti gtu. Tp emang katanya SInovac nih “paling ringan”. Makanya ada isu kalau bbrp daerah menolak vaksin krn maunya pakai Sinovac, gk mau merek lain, entahlah aneh2 aja
Yg penting sblm vaksin pastikan bdan fit aja sih yaa
Alhamdulillah ya semakin kesini masyarakat semakin banyak yang sudah vaksin, akupun udah vaksin tuntas nih mbak
Masya Allah Mbakk.. antrinya membludak gituuu.. mb Eni antri sampe 2 jam pula, ckckck.. tapi alhamdulillah gak pengsan yaa.. haha..
Aku juga vaksin pake Sinovac, dan alhamdulillah KIPI nya juga hanya mengantuk aja. Kalau laper, gak terlalu sih, biasa aja π
Cakeep~
Mama-mama masa kini suka yang praktis dan sangat paham mengenai pentingnya vaksin untuk meningkatkan daya tahan tubuh terutama di masa pandemi.
Skuy,
Kita pakai kostum yan ncusable yaah…dan segera vaksin.
Alhamduliah aku vaksin Sinovac nih dan untuk KIPI nya juga cuma ngabtuk dan laperrr aja hehe.
Semoga dengan adanya serbuan vaksin dan makin banyak orang yang mau divaksin.
Copid beneran mereda, jangan naik2 lagi.
Aku sekeluarga juga udah vaksin, qadarullah keluarga mertua kena copid setelah vaksin, tapi recoverynya juga cepat karena langsung ditangani sendiri dan isoman
Salah satu yang pemerintah lalai menginformasikan.. kalau vaksin tu suntik di lengan artinya peserta harus siap buka baju sampe lengan, jadi masyarakat bisa siapkan baju yang cocok. Hal-hal kecil kayak gini kadang luput. Termasuk BERTANYA mau di lengan kanan atau kiri? Nah. Ini ngaruh loh. Kalau kamu kidal, suntik di kanan, karena kiri akan banyak dipake bergerak π di Korsel tempat saya, hal kecil sprti ini sudah jadi bagian SOP.
wah keren ya Kak di korea udah ada SOPnya ^_^
vaksin bikin lega ya bun, aku kurang satu nih belum ada lagi di desa
semoga bisa lekas penuh 2x aamiin
Dua kali vaksin alhamdulilah gak KIPI , padahal bulan puasa. Butuh persiapan emang.. menyiapkan tubuh untuk menerima vaksin itu penting