Assalamualaikum Ayah-Bunda… Apa kabar? Semoga baik-baik saja ya. Meskipun pandemi belum berakhir semoga kita masih bisa beraktivitas seperti biasa tanpa kendala apapun. Nah, kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman belajar parenting di Sekolah Parenting Harum.
Belajar parenting itu bisa dari mana saja ya Ayah-Bunda. Begitupun saya, belajar dari buku, channel youtube, seminat dan talkshow parenting, dan juga ikut sekolah parenting yang diadakan Pondok Parenting Harum.
Adalah Bunda Abyz Wigati, S.Pd sebagai kepala Sekolah Parenting Harum. Beliau juga pemateri yang membersamai proses belajar kami. Beliau guru parenting pertama saya, seseorang yang pertama kali mengenalkan parenting. Melalui Bunda Abyz inilah saya tergerak untuk belajar good parenting agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik.
Bagi saya enggak ada metode parenting yang paling bagus. Setelah membaca dan menonton beberapa metode parenting, semuanya bagus. Tapi ya itu, saya tidak bisa menerapkan semuanya dalam keluarga saya.
Pernah saya membaca status seorang teman di facebook. Pada pengalaman pertamanya mengasuh anak pertama, dia pernah mencoba menerapkan metode parenting yang dia ketahui. Hasilnya malah bikin stress karena kurang pas jika diterapkan dalam keluarganya.
Teman saya ini nggak sendiri kok, saya pun demikian. Mungkin juga Ayah-Bunda yang lain juga pernah melakukan hal serupa. Terlalu saklek menerapkan ilmu parenting yang didapat.
Pentingnya Belajar Parenting
Mengapa sih harus repot-repot belajar parenting? Lha wong pekerjaan ibu rumah tangga aja nggak habis-habis. Kenapa masih harus ribet mempelajari ilmu parenting?
Orang tua jaman dulu enggak ada yang belajar parenting tapi mereka sukses kok membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Tidak jarang orang tua yang bangga karena anaknya sukses berkarir dan berkeluarga.
Ada beberapa orang yang saya kenal bilang, “Ah, ilmu parenting mah teori, praktiknya sulit. Ibu bapakku enggak pakai parenting anaknya bisa gede kok, sukses semua.”
Ya iyalah… anak bisa gede lha wong dikasih makan. Anak bisa sukses juga karena sekolah.
Tapi apakah yakin anak-anak melalui proses proses yang yang menyenangkan atau membahagiakan?
Apakah orang tua hanya ingin anaknya tumbuh besar dan sukses berkarir dan berkeluarga?
Tidak mengharapkan yang lain gitu? Misalnya anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, berbicara sopan kepada orang tua, tidak menyakiti hati orang tua, pun bisa membesarkan dan mendidik anaknya dengan baik pula?
Nah… itu dia yang saya pikirkan….
Banyak orang tua yang menganggap sudah sukses membersamai anaknya. Tapi pada kenyataannya, saat anak sudah dewasa mereka tidak segan melawan orang tuanya dengan kata-kata kasar, dan merawat ayah bundanya dengan setengah hati. Tidak sedikit pula yang rela menitipkan orang tuanya ke panti jompo karena merasa ribet. Huhuhu…
Naudzubillah ya…
Iya … iya… tidak semua anak seperti itu. Tidak semua orang tua yang “tidak berhasil” mendidik anaknya dengan proses yang baik dan menyenangkan. Ada juga kok yang sukses membesarkan anaknya menjadi anak baik sesuai harapan.
Inilah alasan saya yang menganggap bahwa belajar parenting sangat penting. Agar saya bisa menjadi orang tua yang baik saat membersamai tumbuh kembang anak-anak. Saya ingin menjadi orang tua yang disayang anak-anak. Bukan orang tua yang dibenci karena sering membentak atau memarahi anak.
Bagaimana Tipe Parenting Orang Tua Saya?
Bapak dan ibu saya bukan orang tua yang jahat. Mereka berdua sayang dengan anak-anaknya. Bapak saya pekerja keras tapi jarang sekali ngobrol dengan anak-anaknya. Jadi, saya dan saudara lainnya lebih dekat ke ibu karena beliau selalu di rumah.
Waktu saya kecil ada yang mengira kalau bapak seorang tentara. Mengapa? Karena sikap bapak yang kaku dan setengah otoriter. Hampir semua pendapatnya harus dapat diterima keluarga. Beliau kerja sejak pagi hingga sore dengan tujuan mencari nafkah. Itulah mengapa kami tidak pernah ngobrol kecuali hal penting saja.
Misalnya, minta uang saku, minta bapak ambil rapor, minta antarkan bapak beli keperluan sekolah. Udah gitu aja komunikasi kami dengan Bapak. Beliau tidak pernah menanyakan keadaan kami, apakah kami baik-baik saja? Bagaimana sekolah kami? Apakah ada yang menggangu kami?
Cukuplah ibu sebagai orang tua yang mengerti kondisi kami. Menurut bapak, tugas suami mencari nafkah dan tugas istri mendidik anak-anaknya.
Seperti kebanyakan laki-laki lainnya, kalau anak-anak berbuat salah maka itu kesalahan ibu dalam mendidik anak-anaknya. Makanya saya enggak berani nakal agar ibu tidak disalahkan. Saya sedih sekali jika ibu dimarahi bapak karena anak-anaknya nakal. Huhuhu…
Bagaimana dengan cara ibu mendidik anak-anaknya? Enggak terlalu keras kayak bapak. Tapi tetap saja cubitan dan pukulan pernah melayang ke pantat kami, kelima anaknya. Eh, bapak juga pernah memukul kami dengan sandal jepitnya jika kami tidak mau tidur siang, main sampai sore, atau nilai rapor jelek.
Meskipun pernah memukul, membentak, dan mencubit, ibu masih sering memeluk anak-anaknya. Ibu masih sering mendengarkan curhatan kami. Itulah mengapa hingga sekarang kelima anak ibu paling dekat dengan beliau.
Begitulah pola parenting bapak dan ibu saya. Hal ini lantaran orang tua saya tidak pernah mengenal good parenting. Bisa jadi pola parenting nenek dan kakek saya juga seperti itu sehingga menurun ke anak-anaknya, yaitu orang tua saya.
Mengenal Good Parenting untuk Indonesia yang Lebih Baik
Ketika melahirkan anak pertama saya belum punya bayangan akan mendidiknya seperti apa. Mengalir saja seperti ibu-ibu pada umumnya yang belum mengenal parenting (cara mengasuh dan mendidik anak).
Menurut saya pada waktu itu adalah mengasuh dan mendidik anak adalah ilmu katon (melihat), yaitu otomatis bisa karena pernah melihat orang tua saya mengasuh anak-anaknya. Dengan kata lain saya pun mengadopsi pola asuh orang tua saya. Sudah kayak otomatis gitu.
Ketika anak saya sudah bisa berjalan dan berbicara, saya sering membentaknya. Padahal saya pernah membaca artikel kalau membentak bisa berpengaruh buruk pada anak-anak. Membentak bisa membuat renggang ikatan batin dengan anak, selain itu bentakan tidak mengajarkan apa-apa untuk perkembangan si kecil.
Huhuhu… saya sering menangis pada malam hari ketika si kecil tidur pulas. Saya pandangi wajahnya yang polos tanpa dosa. Lalu bertanya dalam hati, “Mengapa saya kayak otomatis gitu membentak anak? Bagaimana caranya agar saya bisa menahan emosi?”
Saya pun bersyukur ketika menemukan informasi tentang seminar parenting yang diadakan pondok parenting harum. Saya lupa kapan tepatnya, pokoknya saat anak saya berusia sekitar 4 tahun.
Bergabung dengan Sekolah Parenting Harum
Waktu itu saya belum mengenal Bunda Abyz Wigati, pengisi materi pada seminar parenting yang diadakan Pondok Parenting Harum. Saya juga ikut beberapa seminar online yang waktu itu diadakan di facebook. Malahan beberapa kali saya mendapatkan hadiah karena aktif bertanya dan memperhatikan materi.
Nah, pada tahun 2018 Pondok Parenting Harum membuka Sekolah Parenting (pertamanya) dan saya langsung daftar. Waktu itu biayanya 600 ribu selama satu tahun. Kelasnya diadakan di Lawang Agung daerah Sukarno-Hatta Malang.
Melalui sekolah parenting harum itulah saya mengenal good parenting, yaitu pengasuhan yang baik melalui proses menumbuhkan benih-benih kebaikan yang sudah ada dalam diri anak. Saya jadi paham bahwa setiap anak itu dilahirkan dengan membawa benih-benih kebaikan. Tugas orang tua adalah menumbuhkan benih tersebut agar mereka menjadi anak yang baik.
Itulah awal perkenalan saya dengan Sekolah Parenting Harum yang kemudian juga mengenalkan saya dengan sosok Bunda Abyz yang humble. Melalui Bunda Abyz inilah saya belajar banyak hal, bukan hanya pola asuh anak yang baik tapi juga hubungan dan komunikasi dengan keluarga.
Pengalaman Belajar Parenting di Sekolah Parenting Harum
Banyak hal yang saya dapatkan ketika belajar parenting di sekolah parenting harum. Bukan hanya tentang good parenting tapi juga cara mengatasi permasalah rumah tangga lainnya. Melalui sekolah parenting yang diadakan pondok parenting harum ini saya juga bisa belajar pola pengasuhan dari ibu-ibu alumni lainnya.
Iya, semua alumni bisa bergabung dengan WAG alumni dimana ada jadwal rutin tentang parenting. Mulai dari curhat, konsultasi, sharing parenting, jualan (hampir di semua grup ibu-ibu pasti ada sesi jualan ya, hihihi) hingga ngobrol “ngalor ngidul” tentang kondisi terkini, hehehe.
Lalu, pengalaman apa yang saya dapat dari Sekolah parenting Harum?
Mendidik Anak Butuh Proses
Seringkali saya mendengar orang berkata bahwa tidak perlu belajar parenting karena itu teori semata. Kalau ada yang bilang seperti itu ya saya senyumin aja lah. Enggak perlu berdebat karena saya pikir setiap orang boleh punya pendapatnya masing-masing.
“Saya sudah belajar parenting dari banyak sumber dan praktisi, kenapa anak saya tetap nakal atau tidak seperti yang saya harapkan?”
Ada yang berkata seperti itu? Banyaaaak… saya salah satunya, hehehe. Dulu, setelah mengikuti banyak seminar parenting, membaca artikel-artikel tentang parenting, bahkan setelah selesai mengikuti sekolah parenting, saya tidak melihat banyak perubahan pada keluarga saya.
Hingga suatu ketika Bunda Abyz bilang bahwa mendidik anak itu butuh proses. Mungkin sekarang tidak tampak hasilnya tapi percayalah akan ada waktunya kita menuai hasil dari good parenting.
Benar saja… dua tahun setelah itu, saya melihat ada perubahan dalam keluarga saya. Saya tidak bisa menceritakan secara detail ya. Beberapa perubahan yang terjadi adalah saya lebih bisa mengontrol emosi (marah, sedih, bahagia), ada perubahan sikap dari suami dan anak-anak saya.
Seperti suami yang mulai bisa diajak kerjasama (mengasuh dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga), anak-anak yang lebih bahagia karena bundanya udah jarang sekali marah. Dan masih banyak lagi…
Setiap Anak Memiliki Benih-benih Kebaikan
Materi pertama dari sekolah parenting harum adalah tentang proses menumbuhkan benih kebaikan pada anak. Melalui materi ini saya jadi tahu bahwa setiap anak itu baik dan memiliki benih-benih kebaikan yang sudah ditanamkan oleh sang pencipta. Orangtua adalah yang dipilih oleh Tuhan sebagai orang yang mampu untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan terbaik bagi anaknya.
Tugas saya sebagai orang tua adalah menumbuhkan benih-benih kebaikan tersebut sesuai fase tumbuh kembangnya. Jadi tidak ada anak yang nakal, bodoh, dan sebutan jelek lainnya. Hal itu terjadi lantaran benih-benih tadi tidak tumbuh dengan baik.
Bisa dibayangkan jika ada benih yang baik tapi tidak dirawat dengan baik, tidak dipupuk dengan tepat, bagaimana bisa tumbuh dengan baik?
Begitu juga dengan anak-anak. Ketika mereka bisa tumbuh dengan baik sudah pasti cara mengasuh dan mendidiknya pun sesuai fase tumbuh kembangnya.
Sekarang anak saya sudah kelas 4 SD da n TKB, saya bersyukur banyak kebaikan yang ada pada mereka. Seperti si kakak yang sudah bisa sholat 5 waktu, bangun pagi saat subuh (nggak pernah kesiangan), peduli pada lingkungan, dan banyak kebaikan lainnya.
Materi Parenting yang Apresiatif, Aplikatif, dan Humble
Tidak ada metode parenting yang paling baik dan paling bagus untuk bisa kita terapkan di keluarga kita. Metode parenting bisa kita pelajari dari siapa saja dan dari mana saja. Tapi untuk diterapkan pada keluarga sepertinya masih harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karena kan setiap keluarga mempunyai ciri khasnya masing-masing.
Nah, begitu juga dengan materi belajar di Sekolah Parenting Harum. Ketika harus diterapkan pada anak-anak ya saya sesuaikan dengan karakter mereka.
Menurut saya materi parenting yang disampaikan Bunda Abyz itu apresiatif, aplikatif, dan humble. Maksudnya adalah materi yang disampaikan itu selalu mengapresiasi dan bukan menyalahkan. Misalnya saya susah menahan emosi, Bunda Abyz gak langsung menyalahkan tapi mengapresiasi keberanian saya untuk mengakui hal tersebut.
Selain itu materi Sekolah Parenting Harum juga aplikatif yang artinya sudah diterapkan (bukan teori semata), dan juga humble (tidak merasa yang paling bagus dan benar).
Belajar Teknik Komunikasi
Kalau saya bilang, setiap permasalahan rumah tangga itu diawali dengan masalah komunikasi. Entah itu komunikasi dengan pasangan atau anak. Nah, melalui Sekolah Parenting harum inilah kemudian saya belajar tentang teknik komunikasi.
Nantinya teknik komunikasi ini akan saya bahas pada postingan terpisah ya teman-teman. Melalui komunikasi yang benar pesan kita akan tersampaikan dengan baik kepada anak ataupun pasangan.
Kesimpulan
Belajar parenting itu bukan sim salabim yang bisa membuat anak menjadi baik seketika. Orang tua harus melalui proses yang tidak singkat dalam mendidik dan mengasuh anak, terutama dengan good parenting. Melalui good parenting yang harus berubah adalah orang tua. Jika ayah-bundanya bisa menjadi lebih baik insyaallah anak-anak akan menjadi baik pula.
Melalui sekolah parenting saya mendapatkan materi yang apresiatif, humble, dan aplikatif. Selama satu tahun belajar bersama orang tua lainnya agar bisa berubah menjadi lebih baik. Sehingga bisa menerapkan pola asuh yang lebih baik. Yaitu tanpa emosi marah yang berujung pada perilaku marah, tanpa bentakan, dan melakukan pengasuhan sesuai fase tumbuh kembang anak.
Itu dia pengalaman saya belajar parenting di Sekolah Parenting Harum. Saya mendapatkan banyak ilmu parenting dari Pondok Parenting Harum ini. Pengalaman berharga tentang parenting juga saya dapatkan dari para alumni sekolah parenting yang tergabung di whatsapp grup.
6 Komentar. Leave new
Wah, jadi iri banget, jadi pengen ikutan juga kak, biar menambah ilmu dalam dunia parenting. Karena ilmu parenting yang benar-benar pas itu masih kurang banget di aku.
Orangtua zaman dulu kadang melupakan satu hal yaitu sisi kesehatan mental anak. Bisa jadi mereka tumbuh baik dari luar namun di dalam hati masih ada innerchild yang emmbekas. Ada luka masa kecil di batin yang belum terselesaikan.
betul juga, kalau mau anaknya lebih baik orag tuanya terlebih dahulu harus berubah lebih baik. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik, aamiin
Emang jadi orang tua itu belajarnya gak abis-abis ya mba. Saya ngerasain ngurus adek yang jaraknya jauh banget. Kudu belajar gimana cara komunikasi yang baik, mengarahkan sesuatu yang baik yang penting sih emang gimana emosi kita juga terjaga dengan baik.
Terbaik memang orang tua yang gak pantang menyerah ngurus anaknya.
Mungkin sebelum nanti siap menikah dan punya anak, saya harus sekolah parenting juga kali ya. Biar gada trauma masa kecil yang kebawa ke anak.
Alhamdulillah,
Meski menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya, namun di zaman sekarang banyak sekali Sekolah Parenting yang bisa diikuti.
Dan pada dasarnya sebuah ilmu tetap akan menjadi teori kalau gak diiringi dengan praktek.
Mungkin orang dulu gak ada sekolah parenting, tapi baca dari buku dan iqro dari sekitarnya (mungkin juga menurun dari pengasuhan orangtua sebelumnya).
Semoga bersama Sekolah Parenting Harum, banyak tercetak generasi emas Indonesia yang unggul dan bahagia.
Aku kadang suka overthinking rasanya susah beuut jd ibu, kadang juga pakai nada tinggi bahkan kalau gemes nyubit huhu
Memang belajar parenting tu penting, seenggak2nya utk jd ibu versi terbaik semampu kita ya mbak