Serunya Memiliki Hobi yang Sama dengan Anak – Pasti seru sekali ya, Bun, kalau anak-anak memiliki hobi yang sama dengan orang tuanya. Seperti saya yang senang sekali saat tahu anak sulung hobi baca komik. Wah, senangnya bukan main bisa seru-seruan bareng “anak wedok” hunting komik bareng di toko buku.
Dulu, saat masih single hobi saya ngumpulin perangko dan saya udah mikir tuh pengen mewariskannya ke anak-anak suatu hari nanti. Hehehe. Pasti seru bisa merawat perangko bersama anak-anak.
Hobi adalah kegiatan yang dilakukan diwaktu senggang dengan tujuan menenangkan pikiran, mengisi waktu luang, ataupun sekedar kesenangan. Hobi saya sejak sekolah dasar hingga sekarang pun gonta-ganti. Berikut ini hobi yang pernah saya lakukan saat sekolah dasar hingga sebelum menikah.
1. Membaca
Saat SD saya suka menyewa komik seharga 200-500 rupiah/minggu, lalu saat SMP hobi saya tetap membaca tapi bukan komik lagi melainkan novel anak karya Enid Blyton. Barulah ketika SMA saya membaca novel yang lebih tebal, seperti Harry Potter.
Baca juga: Menumbuhkan Kegemaran Membaca pada Anak
Rasanya saya kecanduan membaca buku, waktu luang saya habiskan untuk membaca novel-novel yang saya pinjam di perpustakaan sekolah. Saya tenggelam dalam kenikmatan membaca buku hingga kurang bersosialisasi dan membuat saya menjadi anak yang terkesan kurang gaul. Berhubung sifat saya cuek, hal tersebut bukan masalah bagi saya.
2. Filateli dan Korespondensi
Ketika SMP, seorang saudara memberi saya album perangko. Berawal dari situlah saya gemar mengumpulkan satu demi satu perangko (filateli). Saat itu saya tinggal di sebuah kos-kosan (kebetulan ibu saya bekerja sebagai penjaga kos-kosan milik orang). Sekitar tahun 90an tuh masih banyak orang yang saling berkirim surat. Jadi saya mengumpulkan perangko dari surat-surat yang diterima oleh anak kos.
Selain mengumpulkan dari anak kos, sebagian perangko juga saya beli di kantor pos. Pada saat itulah saya tahu jika ada majalah Sahabat Pena dari PT. Pos Indonesia. Saya lupa harganya berapa, seingat saya sih 1000 atau 2000 rupiah gitu, murah kok soalnya saya selalu beli saat masih SMP. Kalau sekarang sih sudah bisa diunduh ya di webnya posindonesia.
Melalui majalah tersebut saya bisa berkenalan dengan teman-teman dari luar kota dan saling berkirim surat (korespondensi). Nah, melalui surat-surat itulah saya mengumpulkan perangko.
Bagaimana saya melepaskan perangko dari amplop? Yaitu dengan cara merendamnya dalam air, setelah itu barulah perangko bisa terlepas dari amplop dan menjemurnya. Setelah kering barulah dimasukkan ke album perangko.
3. Menulis Di Buku Harian
Hobi ini telah saya tekuni sejak kelas 4 SD, awalnya saya hanya curhat saja di buku harian. Mencurahkan semua isi hati. Saya pun ketagihan dan tidak bisa berhenti menulis. Namun, saya hanya memiliki buku harian sampai SMA saja karena setelah itu saya mulai mengenal Friendster sebagai media menulis. Dulu orang tua saya sempat pindah rumah dan buku harian saya entah kemana. Mungkin hilang saat perpindahan rumah tersebut.
4. Membuat Kliping
Bunda tahu nggak kalau dulu hampir setiap murid pasti pernah mendapat tugas kliping atau mengumpulkan potongan berita dari koran. Tugas ini kemudian menjadi hobi saya, tapi yang saya kumpulkan bukan lagi potongan berita, tapi resep masakan dan gambar artis yang saya sukai. Semuanya saya ambil dari koran atau majalah dengan modal gunting.
5. Chating
Saya mengenal dunia internet sejak SMP kelas 3, waktu itu harga internet per jam masih Rp. 7000 dan warnet maih jarang banget. Sejak itulah saya ketagihan chating dengan mIRC atau YM (Yahoo Massanger), hayoo… Bunda pernah tidak pakai dua media ini?
Uang saku saya pun habis untuk chating di warnet dan jarang sekali jajan saat sekolah. Waktu itu handphone belum menjamur seperti sekarang jadi warnet masih laris manis.
Baca juga: Manfaat Mengajak Anak-anak ke Agrowisata
Bagi saya yang saat itu kuper karena suka membaca, iya membaca telah membuatku menjadi anak yang kurang bisa bergaul. Chating sedikit menghibur kesepian saya karena bisa memiliki teman di dunia maya. Kebiasaan ini berjalan cukup lama sampai saya duduk di bangku kuliah.
Sekarang anak-anak remaja tidak perlu ke warnet untuk chating karena hampir semua sudah memiliki smartphone. Chating dengan cara apapun dan dimanapun juga bisa.
6. Menulis di Blog
Menginjak perguruan tinggi, hampir semua hobi yang pernah saya lakoni terlewat begitu saja. Kesibukan kuliah membuat saya nggak sempat merawat perangko, mengumpulkan kliping, ataupun menulis buku harian. Sebagai gantinya saya menulis di Friendster (2017) dan multiply (2018) yang masih gratisan.
Alhamdulillah sekarang blog saya sudah berbayar dengan platform wordpress (bundaeni.com) dan blogspot (bundadzakiyyah.com). Menulis dan membaca hobi saya yang paling awet dan belum pernah tersisihkan oleh hobi lainnya termasuk memasak dan bermain dengan anak, hehehe.
Serunya Memiliki Hobi yang Sama dengan Anak
Hobi memang tidak bisa dipaksakan, tapi nggak ada salahnya sih kalau anak memiliki hobi yang sama dengan bundanya. Mungkin saja anak-anak melihat bundanya yang lagi asik dengan hobinya, akhirnya ikut-ikutan suka deh. Asalkan hobi yang membuat anak-anak tertarik tersebut adalah hobi yang positif ya, Bunda, membaca misalnya.
Kalau Bunda suka nonton drama korea dan anaknya yang masih kecil juga suka nonton itu baru nggak seru. Ada beberapa tetangga yang anaknya doyan banget nonton drama korea, pastilah bundanya juga suka drakor. Makin miris saat sang bunda bangga kalau anaknya selalu update drama korea, hiks, masih kelas 5 SD loh itu.
Alhamdulillah sulung saya memiliki hobi yang sama yaitu membaca buku dan menulis diary. Saya nggak pernah menyuruhnya atau membimbingnya untuk membaca atau menulis. Saya bebaskan dia melakukan apapun yang dia sukai termasuk membaca dan menulis.
Namanya juga anak-anak, kadang dia juga tidak mau memegang buku sama sekali. Tetapi, kadang juga seharian menghabiskan waktunya dengan membaca komik Doraemon yang telah dibacanya berkali-kali.
Sekarang, sulung saya sedang menunggu antologi pictbook pertamanya. Ya, si kakak mengikuti kelas menulis online di Wonderland Family saat liburan semester tahun lalu. Semoga kakak selalu semangat menulis dan membacam, seperti saya. Amiin (hehehe)
Apakah Bunda memiliki hobi yang sama dengan anak? Yuk, sharing di kolom komentar!
6 Komentar. Leave new
Aww Makasih ya mbak.
Eh, mengenai hobi membaca ini saya dengan anak-anak juga sama nih. Anak sulung saya suka banget dibacakan buku. Berhubung dia belum bisa baca Jadilah saya atau ayahnya yang bacakan. Masya Allah sehari bisa setumpuk itu hihihi
Selain baca, hobi yang sama dengan anak adalah jalan-jalan. Seru deh kalo udah jalan-jalan sama mereka. Asik yaaa mbak Memiliki hobi yang sama dengan anak jadi bisa ngelakuinnya bareng
Berhubung anak perempuan udh nikah, kami jarang melakukan hobby bareng. Anak² pada suka baca sih, tapi genrenya beda. Baru² ini anak perempuan ngakunya hobby masak. Bisa ngilangin setress katanya. Hihi…padahal saya hobbynya jahit tuh…
Sekarang Najwa mulai seneng nulis diary kayak aku. Apa-apa ditulis. Mau ngomong pun sukanya lewat surat. Jadi ya lumayan klo sama BukNaj. Nah hobi lain yang mulai ditirunya adalah belajar makeup. Kikiki… kacau dah kalau yang ini
Si sulung hobinya sama kayak aku. Berburu buku bacaan. Asyik kalau lagi ke gramedia. Anteng cari buku atau novel. Filateli juga hobiku sejak SD. Seneng banget kalau dapat perangko dan berhasil mengumpulkan seri yang sama dalam satu album.
Emang seru mba, punya hobi yang sama ama anak tuh. Kalo aku, kebetulan serumah suka musik. Yang gede sejak balita udah bisa main kibor meski asal, trus sd udah bisa ngiringin 1 lagu sederhana. Sekarang dia lebih suka digital music, tapi masih mau ngiringi emaknya nyanyi pop hehehe.
keren nih, mbak bety emang suaranya keren sih, aku pernah denger, hihih