“Tak ada siswa yang buruk, hanyalah guru yang buruk”
Kutipan ibu guru Naina Matur tersebut membuat saya penasaran dengan film Hichki. Setelah membaca sinopsis film bolliwood ini saya pun terusik untuk menontonnya. Pasalnya pernyataan tersebut pas sekali dengan isi hati saya saat masih mengajar.

sumber: wikipedia
Hichki adalah film Bollywood yang disutradarai oleh Siddharth Malhotra dan diproduksi oleh Yash Raj Film (rilis Maret 2018). Seandainya enggak baca status teman setelah nonton film ini, mungkin saya enggak akan tahu wajah terbaru Rani Mukerji. Dalam film ini Rani agak gendats ya, hehehe. Tapi tetep cantik kok dan saya lagi enggak pengen bahas itu di postingan ini ya, Bunda.
Banyak sekali pelajaran yang bisa didapatkan dari nonton Hichki. Selain tentang guru yang punya (sedikit) kelainan, juga tentang memperlakukan siswa di sekolah. Jadi, film ini tidak hanya layak ditonton oleh guru dan siswa saja, tetapi bagus juga jika setiap orang tua menontonnya.
Nah, saya juga enggak akan nulis spoiler film Hichki ya, Bunda. Saya nulis pendapat saya saja setelah nonton film ini. Mengapa saya mengatakan kalau melalui film ini penonton bisa belajar menjadi guru inspiratif? Simak ulasan saya yuk, Bun!
Anak Tidak Bisa Memilih Akan Terlahir Seperti Apa
Naina adalah penderita sindrom sindrom tourete yaitu masalah neurologis, seperti sengatan listrik. Sindrom ini mempengaruhi cara bicaranya, tapi tidak kecerdasannya. Makanya, Naina berhasil menyelesaikan gelar sarjananya meskipun sebelumnya dia dibuang oleh 12 sekolah.
Jahat banget ya sekolahnya, saya sampai nangis saat Naina diketawain temannya karena cegukan setiap saat. Pasti hatinya terluka kaena Naina tidak bisa menahan atau menghentikan cegukannya, kapanpun dan dimanapun dia berada. Bahkan ayahnya juga malu memiliki anak seperti Naina karena banyak sekolah yang membuangnya.

Ekspresi Naina (kecil) saat diejek temannya
Lha emangnya Naina mau, Pak? Yang kasih cegukan juga Tuhan, kan?
Harusnya orang tua bisa menerima apa pun kondisi anak. Yakinlah, Ayah Bunda, Tuhan punya rencana lain di setiap takdir yang Dia berikan kepada kita. Setiap anak punya kekurangan dan kelebihan, harusnya orang tua bisa memberikan dorongan kepada anak untuk memaksimalkan potensinya. Bukan malah tidak yakin dengan masa depan anak, seperti yang dilakukan Tuan Mathur.
Tidak Ada Siswa yang Buruk
Beruntung ada Mr. Khan yang menerima Naina dan menginspirasinya untuk menjadi guru. Menurut Mr.Khan, seorang guru yang normal akan memberikan motivasi, guru yang baik membuat siswanya mengerti, guru hebat, akan menunjukkan kepada siswa bagaimana menerapkan ilmunya, dan beberapa guru ada yang menginspirasi.
Atas motivasi dari kepala sekolahnya itulah Naina Mathur tidak pernah putus asa untuk menjadi guru, meskipun 18 sekolah menolaknya saat melamar (alasannya ditolak karena sindrom tourete yang dia miliki). Apa mungkin Naina mengajar sambil cegukan? Apa enggak ditertawakan siswanya?ย Gitu sih pikirnya orang-orang yang menolak Naina.

Siswa Naina di Kelas 9F sedang belajar di luar kelas
Namun, ada satu sekolah yang kemudian menerima Naina setelah lima kali menolaknya. Adalah St. Nutker, sekolah yang pernah menjadi tempatnya belajar dan di tempat inilah Naina bertemu dengan Mr. Khan. Bangga donk ya, sebagai alumni bisa mengajar di almamater. Melalui Mr. Khan, Naina belajar menjadi guru inspiratif dan membuat perubahan besar di St.Nutker.
Setelah menjadi guru di St.Nutker, perjalanan Naina dimulai. Dia harus punya banyak stok sabar karena pada hari pertama mengajar Naina sudah mendapat perlakuan yang kurang baik dari siswanya. Mulai dari diejek karena sering cegukan, jatuh dari kursi karena dikerjain siswanya, hingga mendapati kelas yang kosong saat hendak mengajar.
(Kalau saya jadi Naina mungkin saya langsung resign, huhuhuuuu)
Usut punya usut siswa-siswa di kelas 9F, dimana Naina sebagai wali kelasnya, berasal dari keluarga kurang mampu. Mereka harus membantu orang tua bekerja bahkan ada yang bermain judi untuk mendapatkan uang. Hal tersebut Naina ketahui setelah terjun langsung menyambangi siswa-siswanya.
Naina pun menerapkan metode menyenangkan dalam mengajar sehingga murid-muridnya tertarik. Dia juga menganggap semua siswanya memiliki kelebihan masing-masing dan tidak ada siswa yang bodoh. Terbukti, cara Naina mendidik dengan hati bisa membuat murid-muridnya berubah. Seperti apa perubahannya, tonton langsung deh filmnya, Bun! Hahahah.
Belajar Menjadi Guru Inspiratif Melalui Nonton Hichki
Saya jadi teringat dengan siswa-siswa saya yang sering tidur di kelas, tidak pernah mengerjakan PR, atau pun hanya punya satu buku catatan. Menurut beberapa guru, mereka tidak semangat belajar, nakal, dan tidak mendengarkan kata-kata guru.
Setelah saya menggali informasi ternyata beberapa siswa tersebut harus mengantarkan orang tuanya ke pasar pada jam tiga pagi, ada juga yang mencari rumput untuk kambingnya di rumah, ataupun bekerja sebagai tukang bangunan sepulang sekolah.

Bu Guru Naina mengajak siswanya bereksperimen
Sayangnya tidak semua guru mau mengerti dan memahami keadaan siswanya. Beberapa guru menganggap siswa yang tidak bisa dikendalikan adalah siswa yang buruk. Padahal belum tentu demikian.
Jadi, menurut Naina tidak ada siswa yang buruk, hanyalah guru yang buruk karena tidak bisa menjadikan siswa lebih baik. Itu menurut Naina lho, Bunda. Hehehe
Sebagai guru, empati Naina sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan mulai mendatangi rumah siswanya satu persatu. Dari sinilah Naina tahu bagaimana kehidupan siswa-siswanya dan memunculkan keprihatinan dari guru berhati lembut ini.
Menjadi guru inspiratif memang tidak mudah dan membutuhkan tekad yang kuat untuk bisa mengubah perilaku siswa. Ada yang bilang, kalau siswa dekat dan percaya dengan gurunya, apa saja akan mereka ceritakan. Lha kalau ada siswa yang sampai dibully, merokok, dan melakukan hal-hal yang tidak sopan, sepertinya guru juga harus instropeksi.
Guru yang punya empati tinggi tidak akan mudah menyalahkan siswa. Tapi mencari tahu lebih dalam alasan siswa berperilaku di luar norma atau aturan.
Tidak Ada yang Sempurna
Menurut saya film ini memiliki banyak kelebihan dibanding kekurangannya. Penonton bisa belajar menjadi guru inspiratif untuk setiap siswa dan orang tua yang baik untuk anak-anaknya. Selain unsur edukasi yang mengena banget, melalui film ini Rani menunjukkan kepiawaiannya memainkan karakter penderita sindrom tourete.
Sepanjang film saya membayangkan, apa enggak capek akting cegukan (nyaris kayak suara anjing mengonggong) dan memukul dagu berkali-kali gitu? Coba deh Ayah Bunda tonton, hehehe. Saya memang belum pernah kecewa menonton aktingnya Rani, selalu TOP BGT.
Hanya saja, dalam film ini hanya dua pelajaran yang ditonjolkan yaitu matematika dan IPA (apa eksakta gitu). Jadi saya mikirnya, apakah di St.Nutker memang ada dua mata pelajaran itu saja? hehehe.
Belajar menjadi guru inspiratif memang bisa dari mana saja, salah satunya dengan nonton film Hichki. Kalau Ayah Bunda punya rekomendasi film apa nih yang inspiratif? Yuk, sharing di kolom komentar.
7 Komentar. Leave new
Duh, jadi inget murid di kelas. Setiap panen kopi kelas saya kosong karena mereka semua pergi menjadi buruh. Miris banget.
Saya suka sama kata pembukanya hehe
Aku sudah nonton film ini. Sebenarnya ceritanya sudah bisa ditebak sih. Tapi film bertema pendidikan memang selalu menginspirasi
makasih sharingnya
sama-sama mbak
Saya baru tau kalau Rani Mukherji membintangi film ini. Maklum hanya tau seputar Kajol dan SRK, wkwkwk…
Dari ulasan Mbak Eni, emang bagus nih film. Tidak biasa dan menunjukkan pada dunia bahwa yg dianggap tdk sempurna pun sebenarnya bisa berkiprah baik, bahkan lebih baik. Salut. Oia, dapet nominasi atau penghargaan apakah film Hichki ini, Mbak?
Thanks for sharing,.