Assalamuโalaikum, halo Bundaโฆ Apa kabar?
Jika ada pertanyaan, apa harapan Bunda tentang masa depan anak-anak? Kira-kira apa jawaban Bunda?
Kalau saya berharap anak-anak bisa sekolah yang tinggi lalu kuliah di jurusan bahasa dan bisa mengajak saya ke Korea. Malah saya pernah mengutarakannya kepada anak pertama saya. Padahal dia belum paham dimana itu Korea. Itu dulu, sebelum saya ikut sekolah parenting. Sekarang? Hanya menyimpannya dalam hati dan mengutarakannya dalam tiap sujud siang dan malam. Kenapa?
Ternyata kata Bu Abyz – mentor di sekolah parenting, orang tua nggak boleh mengutarakan harapan-harapannya kepada anak. Bisa jadi harapan tersebut adalah keinginan orang tua yang belum terkabul. Hal ini bisa lho berdampak negatif kepada anak-anak (meskipun tidak semua anak), mereka akan merasa tertekan karena nggak bisa mengabulkan harapan orang tua.
Parahnya lagi, anak-anak akan merasa terbebani dengan harapan-harapan orang tua yang tersampaikan kepada anak-anak. Oleh karenanya saya pun menghindari untuk mengatakan harapan-harapan saya kepada anak-anak. Saya dan suami lebih memilih membimbing anak-anak dan memfasilitasi mereka sesuai bakatnya.
Setiap Anak Lahir dengan Berbagai Potensi
Bunda, setiap anak itu unik karena memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Itu karena mereka lahir dengan benih-benih kebaikan yang khas sehingga berbeda anak satu dengan lainnya. Oleh karenanya saat lahir mereka telah membawa potensi dan sifat baik yang diberikan Allah SWT.
Agar anak bisa mengembangkan sikap positif, sudah sepatutnya jika orang tua menumbuhkan benih-benih kebaikan yang sudah ada pada diri anak.
Jadi, kata bu Abyz, inilah sesungguhnya inti dari pengasuhan terbaik untuk kepentingan terbaik anak atau biasa disebut Good Parenting.
Kira-kira nih, apakah Bunda sudah menerapkan good parenting? Eh, sama donk, saya juga belum, hehehe. Makanya saya ikutan sekolah parenting, Bun. Itu karena saya merasa masih menerapkan โbad parentingโ hihihi.
Layaknya sebuah tanaman yang membutuhkan proses untuk menumbuhkannya, begitu juga dengan anak-anak. Untuk menumbuhkan perilaku positif tentu saja harus melalui proses yang didalamnya termuat nilai ibadah. Kenapa? Karena dalam menerapkan good parenting tentu saja melalui kesabaran, kerja keras, belajar, contoh perilaku, dan tawakal.
Lalu, bagaimana langkah-langkah untuk mendidik dan mengasuh anak dengan hati? Nah, sebelum saya bahas langkah-langkahnya, saya bisikin dulu ya tentang sekolah parenting yang sedang saya ikuti.
Sekolah parenting ini diadakan oleh Pondok Parenting Harum dan dimotori oleh Ibu Abyz Wigati SPsi selaku konselor di Pondok Parenting dari LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) Harapan Ummat Malang. Penyampaian materi belajarnya juga saya suka yaitu melalui penyadaran, daily parenting dan pembekalan untuk menjadi fasilitator parenting.
Baca juga: Apakah Anda Orang Tua Bijak Bergadged?
Menurut Bu Abyz nih tantangan dalam mendidik anak di tiap zaman selalu berubah sehingga orang tua membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang cukup. Harapannya, orang tua dapat memberikan bekal yang layak bagi anak-anak untuk menghadapi tantangan masa depan.
Ada dua kelas dalam satu angkatan sekolah parenting tahun ini, kelas B yang diadakan pada hari Rabu dan kelas A pada hari Minggu. Masing-masing kelas pesertanya tidak lebih dari 12 peserta belajar dengan satu mentor. Materinya menarik dan prosesnya juga nggak kaku kayak sekolah beneran, fleksibel dan menyenangkan deh pokoknya.
Lalu, bagaimana sih langkah-langkah mendidik dan mengasuh anak dengan hati?
1. Pahami Tahapan Tumbuh Kembang Anak
Setiap Bunda pasti menginginkan yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya. Sayangnya tidak semua orang tua sepenuhnya tahu dan mengerti apa yang harus diperhatikan dalam mendukung tumbuh kembang anaknya. Biasanya seiring bertambahnya usia si kecil, bunda akan paham apa yang harus diperhatikan. Banyak yang bilang kalau anak pertama biasanya jadi korban karena untuk pembelajaran si Bunda. Hehehe
Menurut Bu Abys, untuk mendidik dan mengasuh anak dengan hati, langkah pertama yang harus dipahami para Bunda adalah tahapan tumbuh kembang anak. Tahapan tumbuh kembang adalah panduan bagi bunda untuk memahami sudah sampai dimana ya pertumbuhan si kecil. Lalu apakah ada kemajuan seperti seharusnya?
2. Berkomunikasi secara Efektif dengan Anak
Kemudian, langkah berikutnya adalah berkomunikasi efektif dengan anak. Apakah komunikasi bunda dengan si kecil sudah efektif?
Coba deh bunda perhatikan saat bunda mengatakan โtidak boleh menumpahkan susu di mejaโ kepada si kecil yang berusia kurang dari tiga tahun, dengan wajah garang. Apakah berhasil, Bunda? Oleh karenanya Bunda bisa menggunakan cara berkomunikasi sesuai tahapan tumbuh kembang anak, sesuai gaya belajarnya, dan sesuaikan metode dengan karakter anak.
3. Menjadi Figur Contoh
Bunda pasti setuju dengan pernyataan “anak adalah peniru ulung.” Ya, mereka akan meniru apa saja yang dilihatnya. Makanya kudu hati-hati neh. Alangkah baiknya jika Ayah-Bunda memberikan contoh yang baik dalam setiap aktivitas si kecil. Bunda bisa memberikan contoh dari hal paling sederhana seperti mengajarkan kepada anak untuk makan dan minum sambil duduk, menata tempat tidur, ataupun.
4. Memberikan Support dan Control (Dukungan dan Pengawasan)
Dukungan orang tua sangat penting saat mendampingi dan mengasuh anak-anak. Apalagi jika dukungan yang diberikan kepada anak-anak diberikan dengan setulus hati dan rasa cinta yang besar. Hal tersebut dapat memberikan kekuatan kepada anak untuk bisa tumbuh dengan percaya diri dan optimis menyelesaikan segala permasalahan.ย Namun, meskipun begitu Ayah Bunda juga harus tetap memberikan pengawasan yang tepat ya!
5. โMemaklumiโ Proses
Segala sesuatu tak ada yang sempurna dan butuh proses.ย Begitu juga dengan parenting yang membutuhkan proses panjang untuk menikmati hasilnya. Bunda memang tidak dapat memanen hasil good parenting saat ini juga tapi sepuluh tahun yang akan datang.
Inilah pentingnya sebuah kerjasama dalam pernikahan. Bersama pasangan kita bisa menikmati proses dalam membersamai anak-anak.ย Oleh karenanya penting juga memahami dan menikmati proses good parenting. Alih-alih memaksa, Ayah Bunda harus bisa mengajak dan menyeru kepada anak-anak untuk berbuat kebaikan. Maklumilah proses yang salah dalam mendidik, maafkahlah diri kita sebagai orang tua yang berbuat kesalahan.
6. Apresiasi dan Konsekuensi
Pernahkah Bunda menjanjikan hadiah kepada anak-anak saat mereka berhasil menyelesaikan sebuah masalah? Ternyata hal tersebut kurang baik karena dapat membuat anak berharap dan melakukan kebaikan karena pamrih.
Namun sebaliknya, Ayah Bunda bisa merayakan keberhasilan Ananda dan bukan menjanjikan hadiah. Harapannya Ananda merasa bangga saat keberhasilannya ternyata ada yang mengapresiasi.
Lalu bagaimana jika Ananda melakukan kesalahan? Memberikan konsekwensi dan bukan menakut-nakuti dengan hukuman sehingga anak-anak akan paham akan konsekuensi tanpa harus ketakutan.
7. Istiqomah
Terakhir, mendidik dan mengasuh anak-anak dengan hati dapat mencapai hasil yang optimal jika dilakukan secara konsisten. Yup, istiqomah dapat membawa dampak yang luar biasa terutama jika Ayah Bunda mau bersabar dengan menikmati prosesnya.
“Mari kita tumbuhkan benih-benih kebaikan yang telah ditanamkan Allah dalam diri anak-anak kita dengan baik dan secara benar, bukan menanamkan bibit baru yang belum tentu tepat, bahkan bisa mematikan benih-benih kebaikan yang sudah ada” — Abyz Wigaty.
*materi pertama sekolah parenting bersama Pondok Parenting Harum
19 Komentar. Leave new
Memang perlu keahlian untuk mengasuh anak
saya masih belajar menjadi orang tua untuk anak saya. karena itu banyak hal yang saya belum tahu. makasih sharing infonya bunda. bermanfaat sekali.
bener bgt anak harus diapresiasi…. parenting itu harus selalu istiqomah ya mba ๐
makasih sharingnya
Menjadi orang-tua memang proses pembelajaran yang panjang ya mbak.. semoga kita bisa terus berproses menjadi lebih baik bersama anak-anak kita ๐
Menjadi orangtua memang proses panjang yg sekolahnya tiada akhir. Karena perkembangan zaman pun terus maju dan mendidik anak seiring dengan perjalanan zaman. Ini yang menuntut orang tua harus belajar dan belajar agar Istiqomah dalam mendidik anak ke arah yg positif. Terimakasih sharing nya.
Enak ya sekarang ada sekolah parenting. Mendidik anak jadi lebih terarah. Engga trial and error kayak dulu.
Makasih sharingnya Mbak…
Setuju bun, jangan mengutarakan harapan2 ortu ke anak. Ini kayaknya aku ngalamin. Dulu pas sekolah tiap kali ujian mama tuh ngewanti2 buat ranking minimal 3besar. Kalo lewat dr itu mama manyun, marah. Dampaknya apa, tiap kali aku ujian pasti ak sakit seminggu. Huhu mendoakan dalam sujud memang cara yang terbaik yah bun
Cakep mendidik dengan hati itu akan berbeda dengan mendidik dengan tangan. Tapi mengedepankan KESADARAN
Wah, Bunda Eni ikutan ya…
Keren materinya, Bunda, terima kasih sudah berbagi di sini, bisa buat bahan saya belajar, lagi dan lagi.
wah bagus banget tips-tipsnya bun, mengetahui potensi anak itu ternyata penting ya. betul juga sih setiap anak enggak bisa diajarkan dengan metode sama, harus beda sesuai dengan potensinya. makasih bun sharingnya.
Aku produk harapan orang tua ke anak yang diutarakan terus menerus…Yaitu untuk jadi profesi tertentu. Maka ketika masuk kuliah ga dapat jurusan itu aku sangat kecewa dan terutama ortuku.
Padahal setelahnya aku barau nyadar memang minatku bukan di situ, tapi orang tuaku yang menginginkannya.
Salut dengan Sekolah Parentingnya. Pasti banyak ilmu yabg didapatkan dari sana ya Mbak. Barakallah
Oh jadi nggak disarankan ya mba mengungkapkan harapan kita secara verbal kepada anak? Tapi kalo si anak sendiri (misalnya) mengungkapkan keinginan atau cita-citanya dan (menurut kita) baik, boleh dong kita mengafirmasinya? Supaya apa yah diperkatakan menjadi doa untuk masa depannya…
Anak anak punyavkehidupan sendiri, mereka punya potensi sendiri, terkadang kita sebagai orang tua kurang sabar menggali potensi tersebut. Saya sedang berusaha untuk memahami danvmengenali potensi anak anak, makasih sharing nya bun
Saya kerap memberitahukan harapan2 kami sebagai org tua kepada anak. Bahwa, kami hanya ingin mereka menjdi anak2 yg sholih dan sholihah,menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak, serta tidak menyusahkan orang lain. Itu aja sih kalau kami.
Alhamdulillah..saya dalam mendidik anak2 mengalir aja seperti air. Saya hanya memberikan pandangan baik & buruknya pada apa yg anak2 inginkan. Keputusan ada ditangan mereka & saya ga pernah menceritakan keinginan saya kpd anak2. Pengambilan keputusan semua secara aklamasi, misal waktu itu saya diminta kantor untuk.terbang kembali. Saya bicara dg suami & anak2, bila mereka mengijinkan saya jalani, bila ga bolehpun saya terima. Tp bila anak mengijinkan saya minta alasannya kenapa. Naah..disini kadang timbul kelucuan. Si kk alasannya agar bisa dibawakan coklat & lego, sementara si Ade biar tabungan mama tambah banyak asal jangan lama2 tugasnya…Ada lagi keputusan yg diambil bersama, saat saya akan mengambil kuliah S2. Si Ade santai aja bilang boleh, biar mama tambah pintar tp si Kk ga mengijinkan. Mau tau alasannya?…. Uang buat kuliahnya disimpan aja, buat aku & ade sekolah. Lagi kan mama juga sdh kerja, jadi gantian sekolahnya sama aku & Ade….hehehe.
Dgn pekerjaan RT, saya & suami ga pernah menyuruh anak2 untuk mengerjakannya. Saya & suami yg melakukannya, tp klo sabtu minggu saya aja mereka membantu. Saya hanya mencontohkan & anak2 akan meniru apa yg orangtuanya lakukan.
Anak2 ikut2 masak, beberes rumah & kamar. Lama2 anak2 bilang, “aku aja yg beresin ini, mama masak aja”
Daan..saat anak2 berumah tangga, si kk membagi tugas sd istrinya. “Kamu masak & setrika aja, yg nyuci, sapu ngepel & cuci piring aku. Kaya papa begitu”…hehehhe
Aslinya saya ga berpikir anak2 akan meniru & melakukan apa yg orangtuanya lakukan. Tapi saat anak2 dewasa, saya cukup terkejut. Bahwa anak2 merekam semua yg saya ajarkan & contohkan. Mereka ingat perkataan saya klo ada masalah ini & itu yg anak2 hadapi. Dulu mamaku ngajarinnya begini, bahkan bisa memberitahu sepupunya yg sudah punya anak. Jangan seperti itu kalauenghadapi anak yg ga mau makan dll.
Sumpah..saya kaget anak2 ingat semua yg saya ajarkan. Terutama di Ade, sampe pola pikirnya dalam menentukan tujuan hidupnya. Emaknya banget! Kata suami.
Alhamdulillah Mba, saya kebanyakan menadop dr orangtua & buku yg saya baca. Ternyata banyak yg benar selama saya mendidik dulu. Padahal hanya punya 2 buku ttg mendidik anak yg sama temukan di gramed.saat itu..
Waah jadi curhat deh….hahaha
masyaallah… alhamdulillah ya bunda
Masya Allah, bermanfaat banget mbak. Bismillah diterapkan pelan-pelan semoga tetap dapat istiqomah hingga akhir
[…] Baca juga: Mendidik dan Mengasuh Anak dengan Hati […]