Apa sih manfaat gadget sampai-sampai anak balita sudah lihai memainkannya? Siapa saja pasti setuju kalau gadget memiliki banyak manfaat di era milenial ini. Selain untuk memudahkan pekerjaan, gadget juga bisa mengalihkan perhatian anak-anak saat orang tua sibuk. Namun, tahukah Bunda jika gadged juga bisa menimbulkan dampak negatif?
βKalau anakku sih pakai hp buat bikin konten yutubenya!β ujar seolah ibu.
βKalau aku kasih hp ke anak-anak saat mereka enggak doyan makan, aku setelin kartun jadi makannya lahap.β kata ibu yang lain.
βPa, jangan dikasih hp lagi donk anaknya, gak mau belajar nih!β teriak seorang ibu saat suaminya ngajak anaknya main game di hp.
Ya, begitulah alasan orang tua memanfaatkan gadget untuk anak-anak. Kalau Bunda termasuk yang mana? Hehehe
Beruntung Bunda Abys mengadakan kulwap (kuliah lewat whatsapp) tentang Gadget dan Perilaku Negatif Anak. Seperti biasa, kulwapnya gratis. Peserta hanya harus berdonasi 20K untuk disalurkan ke LKSA Harum.
Ayah Bunda pasti tahu dong kalau manfaat gadget itu banyak. Terutama di era milenial begini, banyak tantangan hidup yang harus dihadapi dengan kemampuan bergadget. Jadi, sebenarnya gadget bukan benda yang harus βdimusuhiβ artinya nggak perlu pobia gadget.
(Mungkin Bunda pengin baca juga Manfaaat Positif Gadged)
Lalu, mengapa tema ini dipilih?
Ya karena banyak orangtua mengeluhkan perilaku negatif anaknya terkait dengan gadget. Misalnya, βAnak saya pelit banget kalau uangnya dipinjam untuk beli peralatan sekolah atau jajan, tapi boros banget kalau untuk beli pulsa.β Atau, βkalau sudah fokus dengan gadget, meski emaknya jungkir balik di dapur, eeeβ¦ pas ada tamu ketok-ketok pintu juga tetap dicuekin.β
Ada juga yang gini, βDuh, anak saya kok kasar banget ya perilakunya, apa karena niru game yang sering dimainkan di gadgetnya?β
Dan masih banyak lagiβ¦.
Kok bisa sih perilaku seperti itu muncul?
Nah, Bu Abys akan sharing dan ulas beberapa hal terkait dampak gadget terhadap perilaku anak.
Dampak Negatif Gadged Bisa Bikin Otak Anak Korslet
Pernahkah Bunda memberikan gadget pada anak usia dini untuk menonton musik, atau kartun lucu yang berhikmah? Nah, dari situlah anak akan menemukan βdunia lainβ karena mata, telinga, pikiran, dan hatinya akan tertuju pada tampilan layar. Energi daya pikir dan kerja sarafnya juga terpusat pada gadged, bahkan indera yang terkait dengan syaraf motorik sehingga akan βtergerakkanβ jika terhubung dengan fokusnya saja.
Coba diingat-ingat, berapa kali Ayah Bunda memberikan gadged pada anak-anak? Jika rutin dilakukan dan melebihi batas ambang kekuatan fokusnya maka bisa jadi menimbulkan βkorsletβ pada proses tumbuh kembang sel otak dan syarafnya. Ih kok ngeri ya?
Iya, lha wong gadgetnya aja kalau digunakan melampaui kapasitas specnya juga bisa eror kan?
Nah, gangguan tumbuh kembang sel otaj dan saraf tersebut akan berakibat pada penurunan fungsi kerja bagian-bagian otak. Fungsi otak akan mengalami penurunan sehingga berpengaruh pada proses belajar anak dalam memahami sesuatu. Misalnya, membedakan hal baik dan buruk atau benar dan salah.
Terus kalau sudah begitu, kira-kira perilaku anak akan seperti apa? Itu sih masih ditinjau secara kognitif, udah serem banget kan ya?
Belum lagi jika terjadi pada anak fase 2 (masih ingat kan postingan saya tentang fase tumbuh kembang anak?). Seringkali gadged menjadi βpelarianβ dikala kebosanan melanda. Misalnya pas antri atau pas sendirian. Biasanya mereka akan buka gadged, ngecek grup chating, buka medsos, ataupun ngegame.
Iya, tujuan mereka memang menghilangkan kebosanan tapi kemudian mereka akan menemukan kenyamanan dan keseruan dengan aktivitas tersebut (bermain dengan gadged). Keseruan itulah yang kemudian memicu hormon di otak hingga memberikan dorongan untuk melakukannya lagi dan lagi.
Nah, saat di dunia nyata dia menemui ketidaknyamanan seperti diejek teman, dimarahi guru karena tidak mengerjakan tugas, dimarahi orang tua karena lalai, maka otaknya akan memberikan perintah untuk kembali ke dunia gadget.
Emosi anak-anak akan dipengaruhi hormone-hormon yang bekerja di otak sehingga gadget menjadi lebih penting dari segalanya. Mulai dari sebelum tidur sampai bangun lagi pasti gadged yang pertama kali disapa. Akibatnya akan muncul perilaku negative seperti egois, agresif, mudah tersinggung, cuek pada sekitar, sulit diingatkan, malas, tidak produktif, dan enggan beraktivitas dengan dunia nyata.
Adakah anak Ayah Bunda yang seperti itu?
Bunda Abys juga memberikan contoh kasus untuk anak yang kecanduan gadged untuk main game.
Anak Kecanduan Gadged Tingkat Berat, Sedang, atau Ringan?
Ada seorang anak yang suka main game tapi hanya sesekali saja. Suatu hari dia ditertawakan teman-temannya karena tidak bisa menjawab pertanyaan di kelas. Sesampai di rumah pun si anak ini dimarahi ibu karena tadi pagi belum merapikan tempat tidur.
Si anak jengkel karena hari itu semua orang menyalahkan dan memojokkannya, lalu ia menghibur diri dengan bermain game. Saat itulah dia puas bisa mendapatkan skor tinggi karena berhasil mengalahkan musuh. Bahkan mendapat banyak pujian dari gamenya. (bahkan game sederhana untuk anak usia dini pun banyak pujiannya lho Bunda).
Berkat pujian tersebut, hormon endorphin di otaknya meluber. Si anak bahagia dan tertantang untuk melanjutkan game level berikutnya. Hormon adrenalin di otaknya pun bekerja dan mendorong si anak untuk menerima tantangan. Dia kembali dihujani kata-kata pujian saat meraih score tinggi dan merasa menjadi champion sekaligus hero. Hormon dopamine di otaknya pun mempengaruhi pola pikirnya untuk mengabaikan yang lain guna terus main dan main.
Maka, saat Ayah Bunda memanggil karena membutuhkan bantuaannya ia tidak peduli. Bahkan saat Bunda mendatangi dan meminta perhatiannya secara halus, dia cuek. Pun ketika ibu menegur dengan marah, si anak bangkit dengan penuh emosi membentak balik ibunya disertai melempar barang terdekat, menutup pintu kamar dengan sadis dan ngegame lagi.
Kondisi ini berarti sudah masuk tahap kecanduan.
Lalu Ayah Bunda berujar, βIni pasti gara-gara gadget.β
Lagi-lagi gadged yang disalahin ππ€ Kasihan dong gadgednya, hihihi.
Padahal kan gadget ini hanyalah alat bantu yang memudahkan urusan manusia dalam rangka bertahan dan menghadapi tantangan hidup. Gadged adalah benda mati, kenapa harus disalahkan? Kuncinya tuh ada pada pengguna donk.
Pentingnya Kelekatan dalam Keluarga
Jika Ayah Bunda menyimak lagi kasus si anak yang kecanduan gadged tersebut. Bisa enggak sih jika kelekatan dalam keluarga mengubah haluan anak dari gadged ke orang tua? Maksudnya jika si anak mendapatkan masalah dia akan berlari dan mengadu ke orang tua bukan main game.
Bisa banget. Bagaimana caranya?
Pertama bangun interaksi yang hangat antar anggota keluarga. Jangan hanya ngobrol dalam aktivitas rutin seperti menyapa anak saat makan atau mau berangkat sekolah karena akan terasa hambar.
Terus ngobrol yang seperti apa?
Ya, misalnya bersama-sama memberikan ulasan pada film yang telah ditonton, buku yang dibaca, atau apapun yang dapat menciptakan interaksi antar anggota keluarga. Bunda juga bisa mengajak anak memasak bersama di dapur sambil ngobrolin kegiatan sekolah anak. Atau sesekali tamasya bersama keluarga sehingga menciptakan kelekatan.
Kedua, orang tua menjadi teladan dalam hal pengendalian diri. Secara konsisten Ayah Bunda harus dapat mengendalikan diri dalam hal penggunaan gadged secara konsisten. Misalnya tidak menonton drama korea saat ada anak-anak (saya sering khilaf kalau ini mah, heuheu). Soalnya nih, anak dan remaja yang hanyut pada tontonan akan terdorong melakukan hal yang sama dengan yang ditonton.
Tanya Jawab Kulwap: Dampak Negatif Gadged untuk Anak
Setelah materi dipaparkan, seperti biasa ada tanya jawab dan berikut rangkuman singkatnya.
Bagaimana contoh konkrit pengendalian diri orang tua terhadap gadged?
Contohnya, jika orangtua menginginkan anak tidak berlebihan dalam menggunakan gadget maka mesti dibuat aturan dan kesepakatan yang mengikat bagi keluarga. Aturan harus dijalankan dengan konsisten oleh semua anggota keluarga termasuk orangtua.
Contoh aturan yg disepakati, saat makan bersama tidak diperkenankan pegang hp maka semua termasuk ortu sebaiknya hp disimpan dan disilentm jadi semua fokus membangun keakraban dengan keluarga saat makan. Meskipun ingin sekali ngecek hp ya harus tahan π
Kedekatan seperti apa yang perlu dibangun, Bu?
Kedekatan yang dibangun ya melalui kegiatan-kegiatan kreatif itu sendiri, dan ketika anak fokus dengan gadget usahakan tetap ada proses interaktif. Jadi ya dikomentari ngegamenya, kalo nonton ya diobrolkan tontonannya, sesekali menepuk pundaknya dll.
Dengan begitu meski fokus di gadget sensoriknya tetap jalan.Β Tapi dengan catatan, ya keseharian dengan anak sudah dekat, biasa ngobrol bareng, guyonan bareng, diskusi bareng dan berbagai aktivitas lain. Jadi hubungan orang tua dan anak gak cuma formalitas seperti tanya sudah makan apa belum? PR nya sudah dikerjakan apa belum? π
Tentang indikator kecanduan gadget, apakah cuek saja karena sedang fokus pada satu hal atau harus ada perpaduan cuek lalu saat diingatkan ada emosi negatif yang terlihat?
Banyak pendapat berbeda tentang indikator kecanduan gadget. Berdasarkan pengalaman menangani anak saya yang juga pernah kecanduan game, saya mengkategorikan menjadi:
- Kecanduan ringan ketika merasa tidak nyaman tanpa gadget hingga tidak peduli dengan yg lain.
- Kecanduan sedang ketika sudah diikuti dengan kemarahan, kebohongan dan kejahatan sejenis
- Kecanduan berat ketika sudah tidak peduli dengan diri sendiri, gak merasa lapar, gak merasa lelah, gak ngantuk medki gak tidur berhari-hari krn dalam.pikirannya hanya mau ngegame aja
Lalu bagaimana dengan anak yang sudah kadung kecanduan gadget, Bu?
Kalau masih kecanduan ringan, orangtua bisa ‘mengambil alih’ peran gadget. Beri anak perhatian sesuai yg dia butuhkan, alihkan ke kegiatan lain yang menyenangkan. Bisa diawali dengan saat anak gadgetan orangtua nimbrung ya jadi tetap ada proses interaktif antara orang tua dan anak untuk menjalin kedekatan. Jika kedekatan sudah terjalin, maka saat ortu mau ngajak beraktivitas lain, anak akan bersedia. Jika belum terjalin kedekatan biasanya anak menolak atau terpaksa mau tapi jadi gak seru aktivitasnya π
Kalau sudah tingkat sedang, ortu mesti lebih banyak menyediakan waktu untuk membersamai anak termasuk saat anak bergadget guna memenuhi kebutuhan dasar emosi anak, sehingga pelarian anak ke gadget bisa terus berkurang. Tahap berikutnya, orang tua juga bisa ajak anak menekuni passionnya untuk mengalihkan bentuk aktivitas yg ditekuni.
Jika sudak kecanduan berat sebaiknya hubungi konselor atau psikolog untuk penanganan yg tepat. β
Menurut teori ada tidak batas maksimal waktu menggunakan gadget menurut usia?
Pendapat para pakar berbeda-beda. Menurut saya sebaiknya balita tidak terpapar. Jadi kalau hp ya cukup dikenalkan sebagai alat komunikasi. Untuk anak ssia sekolah menurut kak seto maksimal 2 jam sehari. Usia remaja per jam istirahat minimal 20 menit.
“Apresiasi hal positif tiap apa yang dilakukan dengan gadgetnya” Ini maksutnya gimana ya bun?
Jika anak menggunakan gadget untuk membuat karya tulisan, menggambar, jualan online, baca berita, cari resep dll aktivitas positif. Berikan apresiasi supaya anak memahami bahwa ada value yang ia peroleh jika menggunakan gadget untuk hal positif.
Nah, itu dia dampak negatif gadged untuk anak-anak, jika masih ada yang ingin bertanya bisa menghubungi bu Aby di www.sekolahparentingharum.com ya
44 Komentar. Leave new
Kebetulan calon bapak yg terdampar di mari, ane setuju dg pendapat bunda, kita harus memberikan porsi yg pas kepada anak untuk bermain gadged agar tidak terpengaruh hal negative
Ane pernah merasakan sendiri yg namanya kecanduan geme onlain, bener2 nggak bisa ngapa2 in kalau uda bermain, semua jadi terbengkalai itu ane yg uda dewasa, bagaimna dg anak2 yg cara berfikirnya berbeda kita, tapi Alhamdullilah sudah sembuh π
Untuk orang tua sebaiknya mengawasi anaknya saat bermain hp, apalagi saat melihat hp anak memakai kata sandi wajib orang tua memeriksanya karena glagat itu sangat bernahaya dapat merusak masa depan anak kita hehe maksudnya calon anak kita =D
terima kasih sudah mampir ya pak. Btw, terima kasih juga remindernya. Anak-anak saya masih kecil, semoga saat dewasa nanti saya bisa mengontrol mereka dalam bergadget
kadang anak melihat orangtuanya memainkan gadget juga jadi faktor anak jadi lebih milih main gadget daripada bermain hal lain. ya itu dia, karena orangtuanya juga keasyikan sama gadget.
hahaha… ortunya kadang gak sadar juga udah kasih contoh ya
Aku belum punya anak mba, tapi sering lihat anak bossku di kantor yang masih balita sering mainan gadget karena kedua orang tuanya sibuk kerja. Cuma sama itu dia bisa anteng, padahal seharusnya nggak boleh terlalu banyak ya.. walopun emang nontonnya kartun edukasi. Duhh PR banget nih buat nanti buat mendidik anakku kelak.
anteng tapi nonton gadget? Hiks. Syaa kok lebih suka mereka ramai ya daripada gadgetan
AKu ngaku anakku nggak steril dari gadget. Ya smartphone ya laptop mereka familiar semua. Ya emang ortu-nya sih yang kurang sigap sejak awal, tapi sempat ngerasa amaze juga karena DuoNaj itu belajar banyak tontonan anak-anak. PRku tetap mengurangi durasinya ya, Kalau steril emang terus terang aku give-up.
Emaknya keren ini mah
emang bukan pekerjaan ringan ya.. membuat anak tidak kecanduan gadget..karena lingkungan luar lebih 80% anak sudah pegang hp sendiri2..
Nah itu dia, semangat bunda dan tetap berusaha
Anakku gak kularang pegang gadget. Boleh2 aja. Tapi dibatasi banget. Kadang bisa seminggu, 2 minggu gak pegang gadget sama sekali. Kalau masih kecil, aku lebih suka mereka lari2an, berisik, main sepeda, main bola daripada duduk anteng pegang gadget.
sama mbak, aku suka mereka berantakin rumah daripada main gadget, hehe
Anak saya 4,5th sudah akrab sama hp dan laptop. Masih kategori ringan , belum kecanduan tapi sudah bikin saya khawatir juga. Hiks π
semoga bisa mengatasi rasa khawatirnya ya bun
Pastinya ada plus dan minusnya gadget untuk anak-anak. Saya yang diberik kesempatan untuk tinggal di rumah dan mengawasi anak-anak, kadang juga merasa kewalahan bagaimana menyiasati supaya anak-anak tidak selalu main hape.
harus kreatif ya bun
Kalau menurutku gadget ini memiliki dampak positif juga karena semua itu kembali lagi kepada orang tuanya bagaimana mereka memberikan gadget itu sesuai dengan fungsinya. Kebetulan gadget juga memiliki andil dalam tumbuh kembang anakku, dia banyak tau dan bisa bahasa inggris dari gadget. Biasanya aku membatasi penggunaan gadget dihari sekolah dan weekend.
Alhamdulillah kalau bisa bermanfaat gini ya mbak
Ternyata bukan karena gadgetnya saja yang bikin anak jadi kecanduan, ya? Peran orangtua juga sangat penting untuk membantu anak agar tidak hanya gadget saja yang dipikirkan atau dimainkannya.
Tapi sebagai orangtua juga punya tantangan berat juga untuk mendidik anak agar tidak kecanduan gadget, memang perlu pendekatan-pendekatan dan komunikasi yang khusus antara orangtua dan anak.
Jangan sampai terbawa emosi juga ya, kalau anak main gadget sendiri. Anak marah-marah, jangan sampai kita sebagai orangtua juga ikut marah malah membanting gadgetnya.
makasih remindernya mbak eri
Cucu bunda memang keluhatannya sdh gak bisa ninggalin gadget kl sedang di rnh, tp kontrolvtetap kami lakukan. Kami tenang karena di manapun dia berada dengan gadgetnya, yg dttonton adalah
Cerita2 film yg lucu abis tentang video2 lucu arau stand up komedi atau dia brouwsing tentang American Got Talent.
alhamdulillah kalau selalu dalam pengawasan ya Bunda
Masalah gadget kalau saya memang perlu disiplin. Karena kalau anak terus terpapar gadget ya mereka gak akan pnya waktu untuk bersosialisasi, ditambah otot tangaannya itu bisa tegang juga. Setuju itu kalau balita nggak penting dikasih gadget. Ini pekerjaan rumah orang tua nggak mudah tentang gadget.
Iya banget mbak, kasihan anak-anak kalau gak dibatasin ya
sebenarnya sih, in my honest opinion, gak meluluk dampak gadget negatif buat anak, tergantung gimana orangtuanya menerapkan rules. Anakku, aku bolehin main gadget dengan rules, hanya boleh saat wiken (kalo dia sekolah), nah kalo liburan begini, meski kulonggarin tapi dia tetep gak terlalu sering main gadget, karena terbiasa dengan rules yang aku berikan tadi
Keren mbak sudah ada rulesnya. Bisa ditiru nih
Baiknya memang dibatasi berarti, ya. Btw, usia remaja minimal 20 menit, maksimal berapa tuh, mbak?
mungkin 1-2 jam bisa diistirahatkan mbak kasihan mata kalau lama-lama
Menurutku memang semuanya harus ada koordinasi dan perhatian orangtua ya mba untuk hadapu gadget
Bisa bahaya kalau ortu lalai sedang anaknya main gadget ya mbak
Menurut aku, gadget itu bagai 2 sisi mata uang. Ada positif dan negatifnya. Asal enggak melewati batas dan sampe kecanduan, gadget punya sisi positif juga.
tapi tetap saja harus didampingi orang tua kan?
Teknologi seperti gadged itu memang seperti dua mata pisau ya…
Kalau digunakan dengan tidak bijak, akan membahayakan. Terutama bagi anak.
iya mbak, benera banget
Alhamdulillah,
Yang harus aku syukuri adalah…anak-anakku berjarak dekat.
Jadi karena sama-sama perempuan, mereka kompak main bareng.
Pernah suatu hari Abinya anak-anak ngeluh “Kok rumahnya berantakan siih…?”
Lalu aku jawab,”Lebih baik mana, Bi…rumahnya berantakan tapi anaknya gak main gadget atau rumah rapi tapi anaknya anteng?”
Oke…
Kami sepakat.
Membiarkan anak-anak bermain ke seluruh rumah, asal setelah bermain…mereka bertanggung jawab merapikan. Walau yaa…masih ada satu dua mainan yang tertinggal di tempat tidur, misalnya…
Jadi memang selalu ada konsekuensi dari setiap keputusan yang diambil.
Seperti 2 mata pisau, gadget bisa berfaedah tapi bisa juga merugikan. Orangtua tetap harus bisa memberi batasan kepada anak jangan sampai kecanduan gadget.. π
Kalau anak saya memang dibatasi seminggu dua kali pegang gadget dan itupun dia buat kartun lalu disusunnya jadi video. Lumayan jadi produktif.
Kudu sinkron pengasuhan emang mulai bapaknya dan ibunya. Di aku nih akunya ga ngasih, eeeh bapak e maen pubG. Pengen nangis jadinya π
Tapi emang ga lama paling pegangnya secara hape kami cuma punya masing2 1 bapak ibue. Jadi terus dipake. Tengkyuuu dah shring kulwap buat pengingat lagi
Terimakasih Mak mengingatkan lagi… kadang agar longgar orang tua ndak sadar dampak yang ditimbulkan
Terima kasih mbak. Tulisannya ini pengingat banget buat kami para orang tua. Harus bekerja keras ini memerangi kecanduan gadget. Orang tua duluan nih yang harus sadar diri bijak membatasi penggunaan gadget di rumah. PR besar ini buat saya. Seharian saya bisa pegang gadget mesti buat urusan kerjaan sih. *Ngeles π
Sekarang Aiman dan Aira mulai saya batasi mengenai gadget, udah gak kayak dulu yang bebas makai kapan aja
Baca artikel ini jadi semacam pengingat untuk saya. Tapi aku berusaha tetap ajak ngobrol anak-anak sekitar 5 menit kalau terlihat mereka aktif main gadget atau nonton TV.
Anak saya alhamdulillah sudah dibatasi menggunakna gadget, jadi sehari itu sejam aja, maksimal 2 jam menggunakan gadget dan itu pun di cek main apa saja.
Aku ngebatasin penggunaan gadget di anak2. cm bisa sabtu minggu ato hari libur. hari sekolah, ga boleh sentuh samasekali.
ga pgn jg ngelarang total, krn biar gmn, hari gini mah gadget udh dipakai banyak org. sekolah2 jg ada yg pakai gadget utk sarana belajar. anakku sendiri buka you tube utk liat tutorial menggambar krn dia hobi menggmbar ato bikin sketsa.
ya aku izinin banget kalo memang itu tujuannya. so far sih, untungnya mereka msh nurut dgn aturan yg kubikin. serem yaaa kalo sampe anak2 ini kecanduan gadget ato game mba. prnh liat videonya anak2 yg sampe histeris krn dilarang main game ama mamanya. duuuuh, nth sapa yg salah kalo udh begitu π