Dear Diary,
15 Juni 2010 yang lalu adalah hari istimewa untukku. Ya, di tanggal ini seorang laki-laki mengucapkan ijab kabul di hadapan ayahku. Pertanda bahwa sesuatu yang haram menjadi halal ^_^ Dan hari ini, 15 Juni 2020 adalah 10 tahun pernikahan kami.
Alhamdulillah, aku bersyukur Allah memberikan jodoh yang pastinya terbaik. Meski aku hanya mengenalnya sekitar lima bulan, alhamdulillah tidak terlalu banyak masalah dalam pernikahan kami. Ya, masalah pasti ada tapi alhamdulillah bukan hal yang sangat berarti bagi kami.
Masalah adalah proses pendewasaan berpikir. Kami anggap masalah sebagai proses belajar dalam menapaki jalan berumah tangga. Meskipun dalam prosesnya tetap saja ada riak-riak kecil yang harus kami lalui ^_^
Memutuskan untuk Memilihnya
Dear Diary,
Aku sudah pernah menceritakan awal mula perkenalan kami di tulisan 8 Tahun Pernikahan Kami. Tapi dalam tulisan itu aku belum cerita kapan tepatnya dia melamarku. Kapan dia mengucapkan cinta padaku.
Ya Allah… aku benar-benar lupa kapan dia “nembak” sedangkan diary yang pernah kutulis di komputer udah lupa paswordnya. Hahahah
Kalau aku bilang bahwa aku lupa saat-saat dia menyatakan cinta padaku, suamiku hanya tertawa lepas. Kalau kutanya kapan dia selalu bilang, “hayoo… lupa ya?” Lalu kami berdua sama-sama tertawa.
Ya, begitulah kami menjalani hari-hari. Saling menggoda, tertawa, dan tidak terlalu mempermasalahkan hal sepele. Enggak penting ah kapan kami saling mengenal toh sekarang sudah punya dua anak. Apa perlunya mengingat kapan kami saling mengucapkan cinta?
Bukankah anak-anak adalah buah dari cinta kami?
Jika mengingat-ingat masa lalu, mengapa aku memilihnya untuk menjadi pendamping hidupku? Entahlah, kok rasanya aku nggak bisa mengungkapkan lewat kata.
Apakah ini yang dinamakan cinta itu tidak rasional dan lebih mempertimbangkan perasaan?
Aku memilihnya karena aku yakin aja dia akan menjadi imam terbaikku. Aku melihatnya sebagai sosok lelaki yang bisa membimbingku menjadi wanita yang lebih dekat kepadaNya.
Pernah loh aku nanya ke adikknya, kira-kira gimana sih sifat masnya itu? Lalu aku merasa bodoh dan lucu. Kok bisa-bisanya aku tanya pada adiknya yang pasti akan menjawab jika kakaknya orang yang baik, hahahah.
Padahal saat kami memutuskan untuk menikah, dia juga belum punya pekerjaan tetap. Ah, rezeki udah ada yang ngatur, gitu pikir saya. Toh saya juga bisa membantunya memenuhi kebutuhan rumah tangga jika kami sudah menikah nanti.
Apakah aku juga sholat istikharoh untuk memilihnya? Alhamdulillah iya. Bahkan aku juga minta bantuan teman yang tidak mengenal suami saya. Temanku ini rajin sholat, mengaji, dan puasa jadi aku pun tak segan minta bantuannya. Kata dia, suamiku orang yang baik dan cocok untukku.
Bagiku yang penting adalah dia rajin sholat, hormat kepada orang tua, dan yang pasti kedua orang tuaku juga bilang “oke” ^_^
Ya, begitulah caraku memilihnya sebagai pelabuhan cinta terakhirku.
10 Tahun Pernikahan dan Malaikat Tak Bersayap
Dear Diary,
Menjalani 10 tahun pernikahan bukanlah hal yang mudah. Seperti yang aku katakan bahwa riak-riak kecil juga hadir dalam pernikahan kami.
Terutama saat awal-awal pernikahan. Seperti halnya pasangan lainnya, saat usia pernikahan masih sangat muda masalah kecil mulai menampakkan diri. Terlebih saat itu aku langsung hamil dan menjadi pribadi yang sangat sensitif.
Aku memutuskan untuk tinggal bersamanya di pondok mertua indah. Hal ini tentu saja menuntutku untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan termasuk keluarga suami. Kebetulan kelima saudara suamiku adalah perempuan dan suamiku ini anak kedua. Jadi dia punya seorang kakak perempuan dan lima adik perempuan.
Sebelum menikah aku pernah diberitahu seseorang jika punya saudara ipar perempuan itu harus hati-hati dan waspada. Aku nggak tahu alasannya apa yang pasti diminta hati-hati aja gitu.
Setelah menikah dan menjalani 10 tahun pernikahan, enggak ada yang berarti dari kata-kata seseorang tersebut. Semua saudari iparku baik-baik dan sayang kepada suamiku. Alhamdulillah enggak pernah ada masalah sedikitpun diantara kami. Bahkan mereka sering menolong keluarga kecil kami dan aku sangat bersyukur.
Jika di 8 tahun pernikahan aku menemukan 3 pelajaran hidup, di 9 tahun pernikahan aku mendapatkan 9 berkah, maka di 10 tahun pernikahan ini aku sadar jika Allah SWT telah mengirimkan malaikat tak bersayap ^_^
Malaikat tak bersayap? Siapakah dia?
Dia adalah suamiku. Lelaki yang memutuskan untuk melabuhkan cinta terakhirnya untukku. Lelaki yang telah menjadi ayah terbaik untuk anak-anakku. Lelaki yang selama 10 tahun ini telah menghadirkan warna warni kebahagiaan di hidupku.
Mungkin kamu menganggap ini berlebihan ya, Diary…
Tapi, rasanya tak ada kata yang tepat untuk mengungkapkan betapa sabarnya suamiku ini. Selama 10 tahun pernikahan belum pernah sedikitpun dia berkata kasar kepadaku, membentakku, atau marah padaku.
Ya, pernah sih dia bikin aku nangis. Tapi itu karena aku terlalu baper dengan keadaan atau mungkin aku terlalu lelah dan ingin melampiaskan emosi sedihku.
Pun kepada anak-anakku, dengan sabar suamiku membersamai tumbuh kembang mereka. Bahkan ketika dulu aku masih bekerja suami yang mengasuh kedua buah hati kami. Belum pernah sekalipun kudengat keluh kesahnya dalam merawat anak-anak.
Aku pun sangat tersyukur memiliki suami yang bisa menerima semua kekuranganku. Meski darinya belum pernah kudengar panggilan sayang tapi aku tahu dia menyayangiku. Kadang aku pengin sekali dia memanggilku “bunda” atau “sayang” tapi sepertinya itu hanya mimpi karena dia sangat pemalu, hahaha.
Tapi itu bukan hal yang tidak mungkin juga sih. Semoga ya suatu saat dia bisa memanggilku dengan kata-kata yang kuinginkan tanpa harus dipaksa. Seperti saat dia mengingatkanku akan tanggal pernikahan kami. Ya, Selama 10 tahun pernikahan baru dua kali ini dia mengingatkanku bahwa tanggal 15 Juni adalah hari spesial kami.
Nothing is imposible adalah prinsip saya. Nggak ada yang nggak mungkin terjadi di dunia ini. Bahkan seorang laki-laki yang dulunya sangat pendiam dan tertutup sekarang sudah bisa menghadiri undangan tahlil, menyapa teman-temanku (yang bukan temannya), bahkan sekarang sudah bisa mengingatkan tanggal pernikahan ^_^

Enggak ada ucapan apa-apa dan hanya kirim sebuah foto dari buku akad nikah π
Dan hadiah terindah di 10 tahun pernikahan kami ini bukanlah pesta mewah ataupun jamuan istimewa tapi kiriman whatsapp suami tentang hari pernikahan kami ^_^
Diary, makasih ya… telah mendengarkan curhatanku untuk mengingat momen terindah dalam hidup ini.
Salam,