Saat sudah berumah tangga, sebenarnya ada satu kekhawatiran yang kurasakan. Yaitu tentang peran ayah dalam mendidik anak perempuan. Hal ini dikarenakan saya kurang dekat dengan ayah saya. Bisa gak ya anak-anak saya kelak dekat dengan ayahnya? Bisa gak ya suami saya nanti menjadi ayah yang baik dan bisa menularkan pola pikir yang positif pada anak-anak kami?
Setelah dewasa saya sadar jika sosok ayah sangat penting bagi kehidupan anak perempuan. Bagaimana tidak?Karena ayah adalah lelaki pertama yang dicintai anak perempuan. Namun, apa jadinya jika cintanya tak berbalas? Anak perempuan akan takut mencari cinta sejatinya dan tidak percaya diri.
Sejak kecil saya tidak pernah mendengar Bapak (sebutan untuk ayah saya) mengatakan kata cinta. Seperti kebanyakan orang tua, memberikan segalanya yang diminta anak adalah salah satu wujud cinta Bapak. Tapi sayangnya, tangki cinta saya belum juga terpenuhi meskipun Bapak menyekolahkan saya hingga sarjana. *maafkan anakmu ini Bapak
Saya pun tidak percaya diri untuk sekedar memiliki teman dekat laki-laki. Tapi saya penasaran bagaimana rasanya dicintai seorang laki-laki. Sehingga saat pertama kali mendengar seorang laki-laki dewasa menyatakan cinta kepada saya (ketika saya masih kuliah), langsung deh saya terima. Ah, seandainya Bapak pernah menyatakan cintanya pada saya. Pasti saya lebih percaya diri untuk menolaknya.
Namun begitu, alhamdulillah Allah SWT memberikan jodoh (suami) yang baik dan lemah lembut. Sayang kepada anak-anak dan menghapus semua kekhawatiran saya akan peran ayah dalam mendidik anak perempuan.
Hal yang Ingin Saya Lakukan Bersama Bapak
Sejak kecil memang saya tidak dekat dengan Bapak, tapi bukan berarti beliau tidak pernah mengajak saya jalan-jalan. Ya tetap saja Bapak mengajak saya rekreasi ke tempat wisata, mengantarkan beli baju atau sepatu, mengantarkan kemanapun saya pergi. Tapi ya gitu, enggak pernah bisa dekat. Huhuhu
Padahal banyak hal yang ingin saya lakukan bersama Bapak (mulai deh air mata mengalir saat tulisan sampai sini). Apa saja itu?
Bergandengan Tangan
Apa benar Bapak tidak pernah menggandeng tangan saya? Tidak. Beliau tidak pernah menggenggam tangan saya. Hanya saja saya pernah memegang tangan Bapak ketika menyeberang jalan, atau sedang berjalan mengejar bus di terminal. Itu pun saat saya masih kecil. Sekarang, saat sudah besar, ingin rasanya saya bergandengan tangan dengan beliau. Tapi entah mengapa rasa canggung saya terlalu besar T_T
Berpelukan
Di memori saya, Bapak tidak pernah memelukku. Entah saat saya masih kecil, saya sudah lupa. Tapi sekarang, saat melihat wajah bapak yang mulai keriput saya ingin sekali berpelukan dengan beliau. Lalu kenapa tidak saya lakukan? Lagi-lagi saya canggung dan malu. Itulah mengapa saya katakan kepada suami untuk sering-sering memeluk anak-anak. Tinggalkan memori yang indah, kenangan bahwa sang ayah sangat mencintai mereka.
Saling Bilang Sayang
Mengatakan sayang tampaknya mudah dan sepele. Tapi ternyata menjadi hal yang sulit dilakukan jika sejak kecil tidak terbiasa. Saya dan Bapak tidak pernah mengucapkan kata sayang. Meskipun saya tahu Bapak sangat sayang pada saya. Bapak memberikan semua yang saya butuhkan. Saya pun sayang kepada beliau. Tapi untuk mengatakan sayang rasanya mulut terkunci. Seperti hal tabu yang jika dilakukan menjadikan diri malu. Huhuhu. Mungkin sejak kecil Bapak memang tidak pernah mendengar kata sayang dari orang tuanya T_T Atau ada alasan lain yang saya tidak tahu.
Mendengarkan Musik dan Menyanyi Bersama
Mungkin Bapak tidak menyukai musik favorit saya karena perbedaan usia. Namun, entah mengapa saya ingin sekali bernyanyi bersama beliau. Pasti sangat menyenangkan bisa mendengarkan musik dan bernyanyi bersama.
Berolahraga Bersama
Bapak suka joging dan bersepeda, pun dengan saya. Tapi belum pernah sekalipun kami berolahraga bersama. Hal inilah yang ingin saya lakukan bersama Bapak. Kelak, saya pun ingin berolahraga bersama suami dan anak-anak saya, pasti seru dan asik.
Selfi Bersama
Bapak selalu malu jika akan difoto, apalagi selfi. Dulu memang enggak ada smartphone seperti sekarang. Makanya bapak jarang sekali mau diajak selfi. Padahal saya pengin banget selfie dengan Bapak. Foto saya bersama bapak ya pas menikah itu.
Sederhana sekali kan sesuatu yang ingin saya lakukan bersama Bapak? Tapi bagi saya hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan bersama Bapak. Hingga sekarang pun saya masih berusaha untuk bisa melakukan keinginan-keinginan tersebut. Semoga terkabul, ya Allah. Amiin
Peran Ayah dalam Mendidik Anak Perempuan
Menurut yang saya baca di web sekolahparentingharum.com, seorang ayah memiliki hormon testosteron yang bisa mempengaruhi pola pikir. Makanya, secara normal seorang ayah biasanya mampu menanggapi cerita anak dengan lebih realistik, sedikit komentar, dan tidak lebay.
Namun, bagaimana jika sosok ayah tidak dekat dengan anak perempuannya? Tentu saja hal ini akan berpengaruh pada citra diri sang putri. Anak perempuan cenderung kurang percaya diri karena kurangnya dukungan dari ayah. Itu pula yang saya alami dulu. Berbeda dengan anak-anak saya sekarang yang lebih percaya diri karena dekat dengan ayahnya.
Lalu, bagaimana jika sang ayah tidak dapat “bersikap sebagai ayah sebagaimana mestinya?”
Hal ini terjadi juga kepada suami saya. Ayah mertua saya kurang bisa mengekspresikan rasa cintanya secara verbal kepada anak-anaknya. Jika sudah demikian, tugas saya sebagai istri yang harus bisa mengajarkan kepada suami bagaimana seharusnya bersikap.
Setelah mengenal ilmu parenting, saya jadi tahu jika komunikasi yang baik dengan pasangan sangatlah penting. Melalui komunikasi yang baik, saya bisa mengajarkan kepada suami cara mengucapkan terima kasih, tolong, dan maaf. Tak terkecuali bilang sayang dan bersikap mesra di hadapan anak-anak.
Apalagi anak kami perempuan. Sikap sang ayah akan sangat berpengaruh pada pola pikir mereka. Cara sang ayah memperlakukan bundanya akan memberikan pemahaman kepada anak perempuan bagaimana menghargai dan menghormati wanita. Sampai segitunya ya? Iya. Makanya ada perempuan yang enggan menikah karena pengalaman masa lalu yang kelam, yaitu melihat ayahnya memperlakukan ibunya dengan tidak benar.
Alhamdulillah, hampir semua yang saya ingin lakukan bersama Bapak telah dilakukan suami saya bersama kedua anak perempuan saya. Jalan-jalan sambil bergandengan tangan, nonton film bersama, mendengarkan musik dan menyanyi bersama, berpelukan, saling mengatakan sayang, selfi bersama, hingga berolahraga bersama.
Sebagai orang tua, kami ingin meninggalkan banyak kenangan indah di memori kedua putri kami. Saya sadar bahwa kami tidak akan bisa selamanya mendampingi mereka. Kelak, saat mereka sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri, kami ingin agar mereka selalu ingat kenangan indah yang kami pahat dan menjadi contoh untuk membuat kenangan bersama anak-anak mereka nanti.
6 Komentar. Leave new
Iyaya seperti orang tua jaman dulu memang kurang dalam mengekspresikan cinta kepada anak2nya. Senang mbak baca artikel ini, karena ikut senang putrinya punya pengalaman berbeda dengan ayahnya. Semoga nanti aku dan suami juga bisa menerapkan kepada anak2
amiin… terima kasih sudah mampir dan membaca ya mbak
Saya juga kurang punya momen indah sama ayah. Seingat saya dulu, kalau ayah pulang kerja sangat saya tunggu dan tidurnya mau ditemenin sama dia. Suatu hari saya tahu cerita kalau ayah punya wanita lain selain ibu, dari situ saya seakan benci dan enggak mau anggap dia ayah saya. Semua yg disebutin di atas, saya juga pernah dapet dari ayah sendiri. Meskipun anak-anak saya cowok, kedekatan itu penting juga.
Terima kasih sharingnya mbak. Iya, lebih baik lagi jika seorang ayah dekat dengan semua anaknya, hehe
Bapakku pun, mba. Tipe lelaki yang ga pernah bilang cinta. Rasanya ga ada kenangan beliau mengatakan hal tersebut.
Agak ngilu ya bacanya Kak. Karena sesuatu. Tapi mau membuktikan komen di twitter. Ternyata artikelnya emang keren banget Kak.