Membaca study Most Literred Nation in the world 2016 yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada diurutan ke-60 dari 61 negara, sangatlah miris. Antara percaya dan tidak karena saya sendiri menyaksikan ratusan anak didik saya mengalami hal tersebut โ saat saya masih mengajar.
Perpustakaan di tempat saya mengajar (dulu) tidak seramai ketika saya masih berstatus pelajar. Ya, jika saat saya SMP dan SMA perpustakaan tidak pernah sepi. Sekarang kebalikannya, perpustakaan jarang sekali dijamah sampai-sampai penjaga perpustakaan ngantuk dan punya hobi baru, chating di WA. #ups
Tak hanya itu, majalah dinding (mading) juga sepi karena tidak ada karya yang bisa ditempelkan. Sayang sekali kan? Pantas saja jika Indonesia mendapat urutan kedua dari bawah. Sebagai orang yang gemar membaca saya gemas-gemas gimana gitu melihat kenyataan tersebut. Kok ya tidak ada seorang pun yang bertindak?
Setelah hampir dua tahun bekerja di sekolah tersebut, saya pun memberanikan diri untuk mengisi majalah dinding. Alhamdulillah ada yang membaca meski hanya satu atau dua murid yang lewat. Hehehe. Saya juga membuka ekstrakurikuler jurnalistik yang saya awali dengan mengundang redaktur salah satu surat kabar di Kota Malang untuk mengisi pelatihan.
Lumayan, banyak siswa yang tertarik mengikuti pelatihan jurnalistik. Tapi sayang yang mendaftar ekstrakurikuler tidak lebih dari separuh peserta pelatihan, hanya 10 orang. Saya tetap semangat dan menggerakkan 10 orang siswa untuk mengisi madding sekolah dan mengikuti lomba madding di luar sekolah. Alhamdulillah lomba pertama yang kami ikuti berhasil menyabet piala dalam Lomba Majalah Dinding 3 Dimensi.
Saya juga mengajak peserta ekskul jurnalistik untuk mengunjungi salah satu redaksi surat kabar di Kota Malang dan mengunjungi wisata literasi di Tulungagung. Pokoknya saya ingin anak-anak didik saya menyukai kegiatan membaca dengan cara yang menyenangkan. Itโs work, mereka jadi suka baca dan sempat saling bertukar buku bacaan.
Lalu apa yang terjadi saat saya resign? Apa kabar madingnya? Apa kabar ekstrakurikuler jurnalistik?
Ekstrakurikuler jurnalistik masih vakum dan madingnya juga kosong, huhuhuuu. Kira-kira kenapa ya kok tidak ada yang peduli dengan nasib mading yang pernah saya ramaikan tersebut? Padahal anak-anak sudah mulai mau lho membaca mading yang isinya rutin saya ganti sebulan sekali. Sayang sekali kan kalau sampai tidak terawat lagi.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Bisa jadi karena tidak ada permintaan dari siswa sedangkan para guru sudah sibuk dengan perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan.
Lalu mengapa tidak ada siswa yang ingin madingnya terawat? Tentu saja karena minat baca mereka sangat rendah. Mereka tidak haus dan hanya mau membaca saat bahan bacaan sudah tersedia saja. Mereka lebih tertarik smartphone yang menyediakan segala sesuatu dengan instan.
Tak ada segala sesuatu yang sia-sia, hal tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Saat anak didik saya memiliki minat baca yang sangat rendah bahkan ketika sarana sudah tersedia. Lantas hal itu menjadi sebuah hidayah untuk menumbuhkan minat baca pada anak saya.
Namun, menumbuhkan minat baca pada anak di zaman millennia tidaklah mudah, Bunda. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menjadi sebuah tantangan bagi orang tua untuk mengajak anak membaca buku. Gempuran gadged bisa jadi menjauhkan anak dari buku jika orang tua kurang bisa mengantisipasi. Ngeri ya? Ngeri banget.
Apalagi dampak dari kurangnya minat baca pada anak ini tidak bisa dianggap sepele. Kreativitas kurang berkembang, tidak bisa antri, dan mudah percaya hoax adalah beberapa dampak negatif yang akan muncul jika anak-anak sudah tidak minat membaca. Bayangkan saja jika masih kecil tidak bisa antri pasti kalau sudah dewasa dia akan menjadi orang yang suka menyerobot milik orang lain. Parahnya lagi bisa korupsi. HiiiiโฆSerem ya, Bun??
Lalu bagaimana cara saya untuk menumbuhkan minat baca pada anak? Kebetulan sejak kecil saya suka sekali membaca sehingga tidak terlalu sulit bagi saya menularkannya pada anak-anak. Berikut lima tips yang ingin saya bagikan kepada Bunda.
1. Mengenalkan Buku Kepada Anak Sejak Dini
Menurut para ahli, buku perlu dikenalkan kepada anak sejak ia bayi dan saya telah mencobanya pada anak pertama. Saya belikan buku yang terbuat dari kain dan plastik ataupun karton tebal. Ternyata hal tersebut sangat berpengaruh lho. Anak saya jadi suka sekali membaca dan ketika masuk usia sekolah dasar dia sudah tidak kesulitan mencerna bacaan.
Baca juga: Empat Kata Haram Kepada Anak
Saya mengenalkan anak pada buku dengan cara membacakannya dan dia antusias sekali. Meskipun rusak tidak apa-apa lah, namanya juga anak-anak yang masih suka bereksplorasi dengan menyobek ataupun membolak-balikkan halaman buku.
Ternyata membacakan buku untuk bayi dapat membantunya melakukan lompatan kognitif dalam pemahaman percakapan. Selain itu juga meningkatkan perkembangan bahasa dan baca-tulisnya.
2. Memberikan Hadiah Buku Kepada Anak
Setiap anak pasti suka diberi hadiah meskipun hanya sebuah ciuman manis, hehehe. Apalagi jika orang tua yang memberi mereka hadiah. Nah, sejak masih bayi saya sering memberi mereka hadiah buku. Bersyukur sekali saat si kakak sudah sekolah dasar dia gemar sekali membeli buku. Dia juga menabung sebagian uang sakunya untuk kemudian membeli buku bacaan.
3. Menyediakan Buku Bacaan Sesuai Umur
Untuk menumbuhkan minat baca pada anak-anak, saya juga menyediakan buku bacaan sesuai umur mereka, Bun. Coba bayangkan kalau anak membaca bacaan yang kurang tepat untuk usianya, tentu saja anak tidak bisa memahami dan akhirnya malas membaca. Kalau anak masih batita bisa disediakan buku berbahan kain atau karton tebal. Pada anak balita dan batita lebih baik menyediakan buku yang penuh dengan ilustrasi dan warna, pasti deh mereka tertarik.
4. Mengajak Anak ke Toko Buku
Mengajak anak ke toko buku juga menjadi jurus andalan saya agar mereka gemar membaca. Sejak dini saya usahakan agar mereka akrab dengan toko buku dan bukan mall. Hasilnya? Mereka lebih betah berada di toko buku daripada mall, hehehe. Tentu saja taman bermain bisa membuat mereka lebih kerasan, tapi paling tidak mereka antusias sekali saat saya mengajaknya ke toko buku. Apalagi jika anak-anak disuruh memilih sendiri buku favoritnya.
5. Mengajak Anak-anak Mengunjungi Bazar Buku
Mengingatkan anak-anak untuk tidak membeli buku bajakan juga salah satu upaya agar mereka gemar membaca. Kok bisa? Iya, karena pembajakan adalah bentuk kejahatan yang tidak mendatangkan manfaat sama sekali. Jika budged memang terbatas saya lebih suka mengajak mereka ke bazar buku, seperti Big Bad Wolf Book atau Islamic Book Fair. Harapan saya sih anak-anak akan akrab dengan buku diskon daripada buku bacaan, hehehe.
Sebenarnya masih banyak kok yang bisa dilakukan agar anak mencintai kebiasaan membaca sejak dini. Selain lima tips tersebut, membahas buku yang menarik bersama anak juga bisa membuat mereka ketagihan lho, Bun. Apalagi jika dilakukan di perpustakaan, biasanya saya dan anak-anak betah di perpustakaan hingga berjam-jam.
Oiya, jika anak-anak sudah menginjak usia tujuh tahun bisa juga diberi pemahaman tentang manfaat membaca. Harapannya sih anak dapat melakukan aktivtitas membaca atas kesadarannya sendiri.
Mengajarkan Anak Membaca Dapat Merubah Dunia
Pernahkah Bunda membaca cerita โSeseorang yang Ingin Merubah Duniaโ? Saya membacanya saat masih di SMA dan selalu teringat. Bahkan saya menulis dan menempelkannya di kamar. Tulisan tersebut selalu mengingatkan saya, jika ingin merubah hal besar harus dimulai dari sekarang dari hal terkecil, lalu tinggal menunggu hasilnya.
Melalui cerita tersebut saya selalu menekankan kepada diri jika ingin merubah hal-hal besar maka harus mulai dari sekarang, dari hal terkecil, dan lihatlah revolusi sedang terjadi! Tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap rintangan karena pada akhirnya saya akan tahu bahwa semua bisa dilalui dan semua masalah bisa terpecahkan. Kita hanya harus mencoba dan berusaha memberikan yang terbaik.
Begitu juga jika Bunda ingin membudayakan membaca, banyak hal yang harus dilakukan dan imposible jika hanya dilakukan sendiri. Lihat saja betapa orang-orang โ tak terkecuali anak-anak, lebih menyukai gadged daripada buku. Terus Bunda hanya sendirian berkoar-koar mengajak mereka membaca. Pasti deh dianggap penjual kacang goreng yang tidak laku-laku.
Lalu apa yang akan saya lakukan jika ingin mengajak masyarakat gemar membaca? Saya lebih memilih untuk memulai dari diri sendiri. Mengapa? Karena anak-anak akan meniru kebiasaan orang tuanya dan saya ingin anak-anak melihat betapa bundanya keranjingan membaca.
Setelah itu saya ingin mulai menumbuhkan minat baca pada anak-anak saya. Mengapa anak-anak? Karena mereka adalah penerus bangsa yang suatu saat harus terjun ke masyarakat. Oleh karenanya saya harus membekali mereka dengan kebiasaan positif, salah satunya membaca.
Jika saya berhasil menumbuhkan minat baca anak-anak, harapannya mereka akan dapat menularkan kebiasaan baik tersebut pada teman-temannya. Bukankah kebiasaan teman juga mudah menular, Bunda?
Padahal banyak sekali lho manfaat membaca, makanya sampai ada kalimat “Buku adalah jendel dunia.” Jadi gimana? Yuk, semangat mengajak masyarakat untuk gemar membaca.
Segalanya butuh proses, begitu juga dengan menumbuhkan minat baca pada masyarakat. Saya lebih memilih menyemangati diri saya agar senantiasa cinta membaca, menumbuhkan minat baca pada anak-anak dan orang-orang di sekitar sehingga bisa menularkannya pada masyarakat. Akhirnya saya pun berharap untuk bisa mengubah dunia agar semua orang gemar membaca. Tak mengapa bukan, bercita-cita setinggi langit?
“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.”
~ Bung Karno
Semoga Allah SWT senantiasa memberi saya dan Bunda yang lain kekuatan iman, hati yang lembut yang sabar menanti dan menjalani setiap proses step by step dalam menumbuhkan minat baca pada masyarakat. Aamiin.
“Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga.”
#UpdateMBC #TOBPSeptember
***
Sumber:
– https://www.independent.co.uk/news/education/education-news/most-literate-nation-in-the-world-not-the-us-new-world-ranking-says-a6922996.html
– http://chillinaris.blogspot.com
36 Komentar. Leave new
Baca ini jadi ingat saya dulu kontributor mading saat SMP hihi
Masya Allah Mbak..salut dengan usahanya saat masih jadi mengajar. Juga tips untuk meningkatkan minat bacanya.
Semoga makin bertambah rasa cinta anak Indonesia terhadap membaca
Amiin… Makasih mbak dian
Dan nularin hobi baca ke keponakan dengan suka ajak dia petualang ke toko buku
Cocok sekali ini
Alhamdulillah, anak sulung saya suka baca, mbak. Sayangnya, si adik kok gak suka blas sama baca, ya? Padahal cara didik dan ngenalin buku juga sama.
Hahaha…karena tiap anak beda ya mbak.
Memang membaca harus dimulai dari kecil ya dan dengan Cara yang menyenangkan
Yes… Benar sekali mbak
menumbuhkan minat baca memang sulit, apalagi jika lingkungan gak mendukung sama sekali. Mulai dari diri sendiri, dan menularkan pada keluarga di rumah. Mungkin harus ada gerakan baca buku setiap hari minimal 30 menit di sekolah kali ya mbak, memaksa untuk kebaikan ceritanya ๐
Sudah ada di beberapa sekolah sih mbak. Tapi gak semua sekolah juga menerapkan. Padahal bagus lho ya
Sekarang saya sedang menularkan hobi baca ke keponakan dengan ajak dia berpetualang ke toko buku. Memang agak susah karena mereka cenderung milih ke toko mainan
Hehe.. harus bersabar banget ya mbak
Keren memang mengajar kan anak untuk suka membaca itu butuh perjuangan dan komitmen. Saya memprogram membuat anak gila membaca sejak dalam kandungan Alhamdulillah mbak Rahma kutu buku yg hobi menulis juga.
Waaah… Senangnya… Alhamdulillah ya mbak
Itulah mba kendalanya, kita harus bersaing dengan gawai dan youtube. Saya bela-belain belok arah fokus ke buku cernak, soalnya anak yang kedua semangat kalau baca buku tulisan emaknya. Jadi saya ikut semangat juga bikin cernak.
Waaah… Makasih idenya mbak
Itulah mba kendalanya, kita harus bersaing dengan gawai dan youtube.
Iya mbak henee… Kita harus lebih cerdas
Bersaing dengan gadget, ya. Apalagi emaknya pegang juga. lha kerjaannya di gadget. Saya tetap pegang buku di depan anak-anak, dan ngajak mereka baca.
Hahaha… Iya, makanya juga gak bisa lepas gadged. Tapi Alhamdulillah emaknya doyan baca ya
Berjuang bersama, yuk Bunda. Saya juga berjuang menumbuhkan kegemaran membaca untuk dua balita saya. Perjuangan kita masih panjang. Semangat terus, Bunda…..
Yes… Semangat…
Setuju banget membaca itu adalah jendela dunia. Dengan membaca kita jadi tau hal-hal yang kita enggak tau dan pastinya menambah wawasan. Bagus banget tulisannya mba. Makasih ilmunya
Makasih mbak…
Alhamdulillah, anak-anak saya suka baca dari masih kecil hingga sekarang. Dan mereka punya koleksi buku sendiri
Alhamdulillah ya mbak. Ibunya suka nulis sih. Nular deh
Jaman saya SMP perpustakaan jd jujugan saat jam istirahat. Bahkan ada reward dari sekolah untuk siswa yang paling sering mengunjungi dan sering pinjam buku perpustakaan. Upaya itu adalah salah satu upaya untuk menumbuhkan minat baca siswa. Btw …thx mb tips2 nya yang kerennn…
Waaah… Iya mbak… Di sekolahku dulu juga gitu
Setuju sekali ini. Orangtua memang layaknya menyebarkan virus baca untuk anak-anaknya. Alhamdulillah anak-anakku udah biasa minta bacain buku cerita kalau mau bobo. Mudahan nanti juga mereka ketularan jadi penulis juga. Hehe
amiin… makasih mbak
Duh ngenes banget ya mba, itu mading dan perpus terbengkalai setelah kepergianmu hiks. Semoga next bisa ada yang nerusin ya mba.
Amiin… Perpus sudah ada yg jaga sih mbak. Sayang madingnya mati
Salah satu hobi saya ya ajak keponakan buat petualang ke toko buku. Biar dia juga hobi baca. Tapi kadang tetep kalah ama game center heheh
Hehehe… Harus sabar ya mbak. namanya juga anak2
membaca kan cerita dari buku kepada anak sangat bagus lho mbak. kebukti ibu saya membacakan cerita untuk saya waktu kecil. meskipun saya ga ngerti, ya rasanya senang aja bisa dengar suara ibu plus bikin penasaran sama buku.
hal itu lah yang bikin saya suka baca, karena dari kecil udah dibiasakan dengan buku
[…] Baca juga: Merubah Dunia dengan Minat Baca Anak […]