Halo Bunda. Assalamu’alaikum, apa kabar? Hehm, lama juga ya saya belum posting. Ya, saya kira punya dua blog mah gampil karena yang satu ada niche yang jelas. Nyatanya nggak seindah nonton drama korea, wkwkwk. Baeklaaah… daripada mengeluh saya isi bloog ini dengan hasil kulwap parenting saja deh.
Rasanya sudah lama banget nggak ikutan kulwap. Terakhir kulwap tentang “Sudahkah Anak Kita Berliterasi Kritis?”
Kulwap kali ini diadakan oleh Pondok Parenting Harum dengan Ibu Abyz Wigati sebagai pematerinya. Yuk sebelumnya saya kasih tahu apa sih Pondok Parenting Harum ini?
Profil Pondok Parenting Harum
Bunda tahu kan kalau zaman sekarang tuh anak-anak sebagai generasi penerus menghadapi tantangan yang berbeda dengan yang dialami orangtua pada zamannya. Sementara orang tua juga memiliki keterbatasan sehingga sering mengalami kesulitan dalam melakukan pola pengasuhan yang tepat.
Apalagi teknologi semakinΒ canggih sehingga menimbulkan berbagai persoalan antara orangtua dengan anak, guru dengan anak, dan anak dengan lingkungannya.
Pondok Parenting HARUM akan menjadi sahabat dan wadah belajar bersama bagi orangtua khususnya para ibu, calon ibu dan para praktisi pendidikan anak, untuk meningkatkan kualitas diri,Β Β di bidang Parenting (Pendidikan dan Pengasuhan Anak), melalui materi yang lebih implementatif.
Program kegiatannya bisa diselenggarakan oleh Pondok Parenting ataupun bekerja sama dengan lembaga/komunitas/instansi yang membutuhkan, dimana Pondok Parenting berperan sebagai pemandu dan narasumber. Adapun bentuk kegiatannya Meliputi :
-
Sharing Parenting Intensif
Merupakan kelas parenting yang dipandu secara rutin dengan durasi waktu sesuai kebutuhan peserta dalam satu kelompok kelas, dengan materi terstruktur, antara lain : Fase tumbuh kembang anak, metode berkomunikasi dengan anak, memahami kecerdasan dan gaya belajar anak, Membangun kecerdasan financial, pendidikan sex untuk anak dan yang lainnya.
-
Seminar dan Workshop Parenting
Menyampaikan materi-materi parenting dengan tema yang up to date namun tetap implementatif (bisa diterapkan) seperti ; βBunda, Ajarkan Aku Cintaβ, βBunda Smart Anak Hebatβ, βMendidik Anak dengan Hatiβ , βSex Education for Childrenβ dll, atau bisa juga Tema sesuai permintaan pihak penyelenggara.
-
Training Parenting (untuk Orangtua dan Guru/praktisi pendidikan)
Kegiatan ini memberikan bekal kepada peserta mengenai berbagai teknik pendidikan dan pengasuhan anak sesuai fase tumbuh kembangnya dan teknik menjadi orangtua yang efektif. Durasi waktu sekitar 12 jam, bisa dilaksanakan dalam 2-4 hari berturut-turut ataupun berkala.
-
Menulis dan Bedah Buku Parenting
Pondok Parenting HARUM menyediakan narasumber untuk memandu memahami isi buku-buku parenting, baik yang ditulis oleh narasumber sendiri maupun penulis lainnya sesuai permintaan penyelenggara.
-
Konsultasi dan Terapi masalah parenting
Memberikan konseling dan terapi psikologis bagi anak dan orangtua yang membutuhkan, misalnya untuk mengetahui potensi, minat bakat maupun berbagai persoalan yang membutuhkan terapi khusus
Materi Kulwap
Nah, seperti halnya sharing atau kegiatan secara offline, kulwap juga menghadirkan narasumber yang akan mengatur jalannya cerita. Beliau adalah Suci Shofia, ibu dari 2 putra (10 th & 7 th) yang memilih belajar di rumah bersama bunda dan ayahnya, serta lingkungan sekitar, dan 1 putri kecil (12 bulan) yang sedang antusias bereksplorasi.
Perempuan penyuka warna biru ini memiliki hobi menulis, sekaligus menjadikannya profesi sebagai sarana aktualisasi diri. Isu seputar pengasuhan, pendidikan, dan kesehatan yang dia minati dituangkan dalam cerita yang bisa diakses di akun FB: Suci Shofia, juga di www.uchishofia.wordpress.com
Kenalan juga yuk dengan Bunda Abyz Wigati, S.Psi, beliau adalah
- Children and Family Counselor
- Penggagas Gerakan “Good Parenting untuk Indonesia Lebih Baik Dari Keluarga untuk Bangsa”βπ»Penulis Berbagai Buku Parenting
- Perempuan Inspiratif Versi Tabloid Nova
Yuk deh langsung kita simak materi kulwap dari ibu Abyz.
Seperti kita ketahui gawai atau gadget sudah menjadi bagian dari keseharian. Setiap saat selalu bersentuhan dengan alat komunikasi yang satu ini. Lalu, apakah kita juga sesering itu bersentuhan baik secara fisik dan psikis dengan suami/istri, juga anak-anak?
Pengendalian Gadget
Sebelum mengendalikan anak bergadget, orangtua harus mau mengendalikan dirinya sendiri. Langkahnya:
- Tetapkan batasan waktu sesuai kebutuhan untuk anak yang menjelang dewasa. Jadi kita mencoba mengukur kebutuhan diri sendiri untuk menggunakan gadget dalam 24 jam itu kira-kira berapa jam. Misalnya ada Olshop butuh waktu sehari semalam butuh online 8 Jam.
- Mengatur pembagian waktu. Misalnya dari 8 jam yang telah kita tentukan bisa kita atur misal pagiΒ menjadi beberapa waktu. Bukan full satu waktu.
- Uji coba. Maksudnya dari batasan waktu yang telah kita tetapkan dan pembagiannya udah kita atur. Namanya juga ujicoba,bisa tepat bisa salah. Nah kemudian kita ukur sudah cocok apa belum. Misalnya seminggu aja udah cukup atau bahkan uji cobanya sebulan. lalu dievaluasi apakah pengaturan tersebut sudah tepat.
- Melatih diri untuk konsisten. Ini yang biasanya agak berat.Apabila sudah diuji coba dan cocok dengan kebutuhan, maka kita harus konsisten. Jangan nambah-nambha diluar waktu kebutuhan yang telah ditetapkan ya.
- Jika sudah berhasil pada diri, tularkan pada pasangan, kemudian barulah kita tularkan kepada anak-anak dalam bijak menggunakan gadged.
Berikutnya, Bu Abyz menyampaikan wacana tentang ketidakberdayaan pengendalian gadget yang ternyata bisa menyebabkan kecanduan tanpa disadari, bahkan tak jarang sebenarnya sudah dialami juga oleh orang dewasa.Β Banyak juga orang dewasa yang tidak mampu mendeteksi sejak dini perilaku kecanduan gadget pada anak-anaknya sendiri
Tingkat kecanduan gadget dan cirinya:
- Ringan: Gelisah jika tidak bersama gadget, bingung tidak tahu melakukan apa tanpa gadget
- Sedang: Berani melakukan hal-hal yang salah demi bisa bergadget, misalnya berbohong
- Berat: Lupa diri, tak merasa ngantuk, lapar, haus, lelah, dll⦠control sarafnya sudah tidak jalan.
Nah, silakan mencoba mendeteksi diri masing-masing, kira-kira adakah ciri-ciri tersebut di dalam diri? Biasanya orangtua sibuk menggelisahkan perilaku anak dalam bergadget, padahal perilaku dirinya sendiri sudah mengarah pada kecanduan, tanpa disadari.
Bagaimana Membatasi dan Mengendalikan Penggunaan Gadget Pada Anak?
Pertama kita harus kenali terlebih dahulu, anak kita berada pada fase tumbuh kembang yang mana.
Untuk anak di fase 1 yaitu sekitar 0-7 tahun, idealnya pada fase ini anak tidak terpapar gadget karena pada fase ini aktivitas terbaik anak adalah bereksplorasi dengan alam semesta yang nyata, setidaknya sampai usia 3 tahun, bahkan televisi, VCD dan yang sejenisnya pun sebaiknya dihindari.
Di Indonesia smart phone sudah dijadikan sebagai alat komunikasi βutamaβ, maka jika memang tak ada pesawat telepon lain, di usia 3 tahun bolehlah mengenalkan smartphone ini sebagai alat komunikasi seperlunya.
Contoh penggunaan smartphone untuk alat komunikasi misalnya anak diajak menelpon ayah yang bekerja di luar kota. Jadi bukan difungsikan untuk mengajak anak nonton film sementara ibunya sibuk memasak. Hadeeeh.. saya banget ini mah.
Untuk Anak di Fase 2, yaitu sekitar 7-14 tahun, kenalkan gadget sebagai alat komunikasi dan media bantu untuk aktivitas produktif.Β Jika pola asuh di fase 1 sudah tepat dan mampu menuntaskan tugas tumbuhkembangnya, biasanya di fase kedua ini anak tidak terlalu rentan dengan penggunaanΒ gadget yang berlebihan.
Masalahnya jika di fase 1 anak sudah terpapar gadget sebagai βmedia hiburanβ maka proses pengendalian di fase 2 ini akan lebih sulit.Β Karenanya hal terpenting yang harus terus dilakukan adalah menjalin kelekatan dan keakraban antara orangtua dengan anak.Β Sering-seringlah melakukan hal-hal yang tidak bisa anak dapatkan dari gadget.
Bunda juga dapat menjelaskan pada anak tentang :
- Manfaat dan risiko penggunaan gadget
- Apa yang dilakukan orangtuanya saat menggunakan gadget
- Membuat kesepakatan dengan anak tentang aturan penggunaan gadget yang sifatnya mengikat bagi anak dan orangtua.
- Melibatkan anak dalam aktivitas kerumahtanggaan tanpa gadget.
- Kenalkan berbagai hal produktif yang bisa dilakukan dengan gadget
- Support dan control secara konsisten
Untuk fase 3 Di atas 14 tahun, Jika proses pembelajaran penggunaan gadget di fase sebelumnya sudah dijalankan dengan tepat, maka di fase ini anak akan lebih mampu menggunakan gadget dengan lebih bijak dan terkendali, namun bukan berarti bebas menggunakan gadget tanpa batasan yang jelas.
Tips Agar Anak yang Menjelang Dewasa Bisa Beraktivitas Positif dengan Gadged
- Membuat aturan yang disepakati bersama. Aturan ini tidak bisa sama persis antara anak dan orang tua. Pada fase ini anak sudah bisa menganalisa jika kebutuhan anak dan orang tua pada penggunaan gadget adalah berbeda.
- Ajak anak menentukan apa yang paling ingin diakses (diketahui). Orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk mengakses apa saja. Berikan kesempatan kepada anak untuk menentukan sendiri sebenarnya apa yang ingin mereka akses.
- Ajak dan dampingi anak mencoba hal baru sesuai kesukaannya,misalnya anak menyukai bidang video atau suka bikin film maka orangtua bisa mendampingi mencoba hal baru dengan mengenalkan anak pada aplikasi untuk membuat video.
- Perbanyak cerita agar imajinasi anak menari seiring keindahan teknologi yang positif. Jadi sebagai orang tua kita bisa menceritakan kepada anak tentang pengalaman kita atas penggunaan gadged yang dapat memberikan pengalaman yang baik bagi diri kita, lingkungan, maupun orang yang kita cintai dan berguna.
- Sediakan waktu bersama anak untuk membicarakan tentang penggunaan gadgetnya setiap hari.
- Apresiasi setiap hal positif yang dilakukan dengan gadgetnya.
- Temukan passion yang bisa mendukung bekal kehidupannya di masa yang akan datang.
- Sebagai figur keteladanan bagi anak, tetaplah memberi contoh penggunaan teknologi informatika yang sehat dan bertanggung jawab
Sekedar berbagi informasi, beberapa kali di tempat kami (Lembaga Kesejahteraan Anak Harapan Ummat) didatangi anak-anak muda dari Belanda dan Belgia untuk magang dan kerja sosial. Mereka bercerita pada kami bahwa di lingkungannya sana, kondisi umumnya anak-anak baru diberikan keleluasaan menggunakan smartphone di usia 14 tahun.
Saya mengakui bahwa selama berinteraksi sekitar satu bulan, mereka nggak βkemarukβ dengan HP.Β Beda sekali dengan anak-anak mahasiswa yang juga magang atau penelitian di tempat kami, HP selalu ada di tangan, hehehe….
Poin terpenting yang harus disadari bersama adalah bahwa dibutuhkan upaya untuk bisa menumbuhkan kesadaran pada diri sendiri dan anak-anak (terutama dalam keluarga) bahwa gadget hanyalah sebuah alat bantu untuk melakukan aktivitas kebaikan, bukan satu-satunya sarana yang bisa membuat kita menjalani hidup dengan lebih berkualitas (lebih baik).
Alhamdulillah padat dan bergizi, dan lengkap sekali ya ilmu dari kulwap ini,Bun. Semoga bisa menginspirasi ya. Amiin
16 Komentar. Leave new
Wah bener banget memang kalau bundanya saja enggak bisa lepas dari gadget maka anak pun ya susah. Kebutuhan anak dan orangtua memang berbeda tapi tetap harus dimana kemana ya bund. Kalau saya dan anak anak bikin aturan bersama tentang penggunaan gadget termasuk aplikasi apa yg boleh diakses oleh anak.
Kayaknga saya udah kecanduan gadget ringan deh mba semenjak jadi ibu rumah tangga. saya juga kadang bingung ngapain sih ngabis2in kuota.. suami juga pas pulang kerja kadang komplen krna saya masih sibuk pegang HP.. duh terlalu yah mba
Gadget hanyalah sebuah alat bantu untuk melakukan aktivitas kebaikan, bukan satu-satunya sarana yang bisa membuat kita menjalani hidup dengan lebih berkualitas (lebih baik)..setuju sekali dengan ini..
Jadi, kita musti pintar-pintar menyikapi dan mengambil manfaatnnya:)
Gadget memng sudah “merakyat” Mbak. Pertama kali muncul gadget, setiap yang memilikinya selalu dicap sebagai orang berada, ada duitnya maksudnya hehehe…
Sekarang gadget tuh sudah biasa. Makanya saya setuju sama tipsnya bunda de..
Masalah gadget ini memang tantangan besar dalam parenting. Dan saya akui mmg tidak mudah,harus berkelanjutan dan benar2 menyediakan waktu.
Penting banget membatasi bergadget nih. Saya yg tinggal berdua suami doang. Masak iya duduk sebelahan tapi masingΒ² sibuk ama gadgetnya. No no no…
Whuaa alhamdulillah sih anakku gak sampe yg bingung klo tanpa gadget, lagi demen coret-coret termasuk tangan, kuku, baju padahal kertas yo udah di depannya. Semoga ya mak kita bisa bijak gadgetan. Btw kesindir banget diriku sama hp selalu di tangan, hihii…
anak saya yang pertama sudah kecanduan…terimakasih infonya ya mba…saya mencoba mengaplikasikan buat anak…sangat bermanfaat infonya
Gadget hanyalah sebuah alat bantu. *jlebb banget kalimat itu.
Info yang sangat bermanfaat, makasih ya mbak …
Semoga sy bisa mendidik anak anak dengan bijak ber gadget
Menginsirasi banget Mbak Eni π
Beberapa waktu lalu saya sempat bingung, bagaimana cara mengatur gadget pada anak hingga dia bs memanfaatkannya dengan benar.
Ternyata ada tahapan2-nya yaa dan orang tua perlu pula menjelaskan tentang arti dan pemanfaatannya.
Makasih share ilmu kulwapnya yaa mbak π
Kadang keseharian sudah planning mau ngapain, ehh giliran mau go on ada yang wa berlnjut sampai akhirnya rencana brantakan. Itu gegara tak komit dan memilih bergadget ria. Thx info n tips nya bergadget ya mbaa…
[…] yang semakin cepat menjadi sebuah tantangan bagi orang tua untuk mengajak anak membaca buku. Gempuran gadged bisa jadi menjauhkan anak dari buku jika orang tua kurang bisa mengantisipasi. Ngeri ya? Ngeri […]
[…] Baca juga: Apakah Anda Orang Tua Bijak Bergadged […]
[…] saya alami sebagai orang tua bisa saya tulis. Misalnya aja tips jitu mengatasi anak susah makan, cara menjauhkan anak dari gadged, atau tips menitipkan anak pada […]
[…] Baca juga: Apakah Anda Orang Tua Bijak Bergadged? […]