Wanita mana sih yang tidak ingin proses melahirkan normal, tanpa operasi caesar? Begitu juga saya yang selalu berdoa dalam setiap sujud agar bisa melahirkan normal. Jujur saya takut kalau harus operasi jadi kalau bisa melahirkan normal saja. Hehehe.
Melahirkan normal adalahย istilah bagi ibu yangย melahirkan bayi melalui vagina
Banyak yang bilang kalau melahirkan caesar itu lebih sakit daripada melahirkan secara normal. Kalau melahirkan normal cukup menginap satu malam saja bisa langsung pulang (jika anak dan ibu sehat) sedangkan melahirkan secara caesar harus rehat dulu di rumah sakit minimal tiga hari. Hayo pilih mana?
Saat saya baca beberapa artikel, ada beberapa kelebihan melahirkan secara normal.
- Luka saat melahirkan lebih cepat pulih
- Baik bagi perkembangan paru-paru bayi
- Bisa melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan peluang yang lebih besar
- Peluang komplikasi lebih rendah di kehamilan selanjutnya
Baca juga: Mendidik dan Mengasuh Anak denga hari
Makin mantap dong saya pengin melahirkan secara normal setelah tahu manfaatnya. Kemudian saat ibu saya bilang, “Semoga kamu nurun (mewarisi) ibu yang melahirkan anak lima normal semua ya, nduk.” Saya amiinkan sepenuh hati semoga Allah mengijabah doa ibu.
Iya sih hasilnya nanti, saya melahirkan normal atau sesar adalah hak prerogratif Allah tapi enggak ada salahnya kan kalau saya berusaha dan berdoa semaksimal mungkin.
Kebiasaan Positif Agar Saya Bisa Melahirkan Normal
Selain berdoa dan memeriksakan kandungan secara rutin, saya juga melakukan kebiasaan positif agar bisa melahirkan secara normal. Kebiasaan ini saya dapatkan dari pengalaman ibu, pengalaman teman-teman yang telah melahirkan normal, dari buku dan juga dari artikel-artikel tentang tips agar bisa melahirkan normal.
Baca juga: 5 Larangan untuk Ibu Hamil
1. Mengonsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Alhamdulillah pada kehamilan pertama ini saya doyan semua makanan. Istilahnya “ngebo” kalau dalam Bahasa Jawa. Apa aja deh saya makan, segala macam sayuran, lauk pauk apa aja saya doyan. Tapi saya enggak terlalu suka buah, hanya apel dan pepaya. Suplemen dari dokter pun saya konsumsi rutin berharap saya sehat selalu saat hamil dan bisa melahirkan secara normal.
2. Jalan Kaki Setiap Pagi
Secara rutin saya melakukan aktivitas ringan yaitu jalan kaki selama kurang lebih 40 menit. Pulang pergi ke pasar sekalian belanja, kebetulan rumah saya dekat dengan pasar. Lumayan, saya merasa tubuh saya lebih bugar dengan jalan-jalan setiap pagi. Apalagi ditemani suami yang kebetulan juga harus ke pasar untuk berjualan.
3. Tidur yang Cukup
Pada kehamilan trimester pertama dan kedua saya bisa tidur nyenyak, tapi saat trimester ketiga saya seringkali insomnia. Terlebih mendekati Hari Perkiraan lahir (HPL) saya jadi sering terbangun tengah malam karena kegerahan. Alhamdulillah masih bisa teratasi dengan menyalakan kipas angin, tidur minimal jam 21.00, dan bangun sebelum subuh.
4. Mengonsumsi Telor Ayam
Ini sih saran ibu dan mertua saya untuk mengonsumsi telor ayam kampung mentah saat perut sudah mulas. Saya mulai mengonsumsinya sejak bukaan 1, sehari 1 butir telor yang langsung saya tenggak. Padahal ada yang bilang kalau telor mentah bisa saja membawa bakteri salmonela yang membahayakan kesehatan. Tapi alhamdulillah Allah masih melindungi saya dan bayi saya lahir dengan selamat dan sehat. Jangan ditiru deh ya, hehehe.
5. Berlatih Teknik Pernapasan
Saya tidak mengira jika berlatih teknik pernapasan sangat berguna pada saat proses persalinan. Teknik bernapas yang benar dapat membantu mengatur kontraksi ritmis serta gerakan mendorong janin keluar secara efisien. Beneran deh, untung aja waktu hamil saya baca buku dan mempraktikkannya. Alhasil saat melahirkan napas saya enggak tersengal-sengal, “pinter” kata bu bidan. Hihihi
6. Memperbanyak Aktivitas Fisik saat Perut Sudah Mulas
Ada cerita unik saat perut saya sudah mulai kontraksi. Jadi ketika sudah mulai terasa sedikit mulas saya periksa ke bidan. Kata bu bidan udah bukaan satu, biasanya harus nunggu lagi hingga 48 jam, sekitar tiga hari donk ya. Etapi, setelah tiga hari belum ada tanda-tanda apapun.
Akhirnya saya USG dan kata dokter bayinya sudah turun dan tinggal nunggu waktu aja. Dokter juga memberi saya pil perangsang agar bukaan makin cepat. Ealaah… sampai seminggu belum juga mau kontraksi.
Pesan ibu, saya harus sering jalan cepat. Baiklah… Intensitas jalan-jalan saya tambah yaitu pagi dan sore dengan kecepatan lebih, hihihi. Ajaib deh, keesokan harinya (tepat 9 hari setelah bukaan pertama) perut saya makin mulas. tapi kata bu bidan masih bukaan 2, huhuhu. Saya makin gak sabar donk.
Ya udah, selain jalan cepat saya juga ngepel sambil jongkok, sujud dilama-lamain saat sholat. Pokoknya aktivitas fisik makin getol deh.
Proses Melahirkan yang Unforgettable
“Ibu masih ingat enggak proses ibu melahirkan dulu seperti apa?” tanyaku pada ibu penasaran.
“Walah yo sudah lupa nduk lha wong sudah puluhan tahun.” Ibu menjawab sambil tertawa.
Wah, bisa lupa ya? Padahal menurut saya proses melahirkan anak itu seakan tak terlupakan lho. Tapi entah kalau sudah terlalu lama ya. Bisa enggak ya saya mengingatnya kalau nanti saya sudah menjadi nenek, seperti ibu?
Alhamdulillah saya punya blog tempat saya mencurahkan segala isi hati sekaligus untuk menyimpan kenangan indah yang bisa saja hilang suatu saat nanti. So, saya putuskan untuk menuliskan proses melahirkan anak pertama saya, sejauh yang saya ingat nih ya.
Sebelumnya saya udah cerita kan ya kalau perut saya mulas hingga 7 hari tapi masih saja bukaan satu. Nah, pada hari ke sembilan (Sabtu, 2 April 2011) bukaan bertambah satu. Tapi kata bu bidan saya diminta pulang dulu dan balik lagi kalau sudah bukaan lima ke atas aja. Saya pun kembali ke rumah.
Setelah sholat isya saya pergi tidur dan terbangun sekitar pukul 23.00. Saya merasakan ingin BAB dan BAK dan diantarlah saya ke kamar mandi oleh suami. Maklum ya, saya masih manja karena hamil anak pertama, hehehe.
Balik dari kamar mandi saya berniat tidur lagi tapi kok ada cairan yang mengalir dari bawah rok saya, kayak orang pipis gitu. Pas saya cium kok bukan air pipis ya? Saya pun telpon bu bidan sambil berusaha tetap tenang. Oleh bu bidan saya diminta ke rumahnya (tempat praktik bu bidan ada di rumahnya).
Unforgettable Moment
Perut saya makin mulas dan rasa ingin BAB makin terasa. Kontraksi rahim saya semakin pendek, kira-kira setiap lima menit sekali. Sesampai di rumah bidan saya masuk ke kamar bersalin dan bersiap-siap melahirkan. Saat bu bidan pergi untuk mempersiapkan peralatan, rasa ingin BAB muncul kembali dan saya pun pergi ke WC ditemani suami.
Mendengar saya mengejan, Bu Bidan lari tergopoh-gopoh sambil menuntun saya kembali ke ruang bersalin. Saya pun tidur lagi di kamar bersalin. Saya disuruh miring ke kiri dan menahan diri untuk tidak mengejan. Tapi waktu itu saya terus mengejan karena kayak otomatis gitu, huhuhu.
Lalu, setelah diperiksa Bu Bidan, ternyata sudah bukaan 10 dan proses melahirkan pun berlangsung sekitar setengah jam. Ada satu atau dua jahitan gitu, saya lupa. Saat dijahit juga enggak dibius jadi terasa clekit-clekit, hihihi. Saya aja sambil gigit selimut waktu dijahit itu.
Oiya, mungkin ada yang belum tahu ya? Apanya sih yang dijahit? Apanya yang robek? Hehehe
Jadi, saat saya melahirkan Bu Bidan bilang kalau akan melakukan episiotomi yaitu sayatan yang dilakukan pada bagian perineum (daerah otot antara anus dan vagina) untuk memperbesar vagina sebagai jalan lahir bayi.
Kemudian, setelah plasenta (atau ari-ari) dari dalam lahir dikeluarkan dan bayi sudah dibersihkan, Bu Bidan meletakkan bayi di dada saya untuk melakukan IMD. Masyaallah… dia mencari puting saya secara otomatis, lucu sekali dan membuat saya meneteskan air mata.
Keesokan harinya saya sudah boleh pulang. Asiiiik….
Setelah melahirkan anak pertama ini saya masih ingin punya anak lagi karena ternyata melahirkan dengan cara normal itu… bikin nagih, wkwkwk
Bagaimana dengan Bunda? Apakah punya pengalaman unik saat melahirkan? Sharing yuk ^_^
3 Komentar. Leave new
Proses melahirkan memang menyenangkan banget ya mbak. Aku jadi kangen hamil dan melahikan lagi
hihi kalau saya setelah lahiran anak pertama sebenarnya rada kapok mbak melahirkan soalnya sakit banget. trus hamil lagi deh dan pas lahiran anak kedua juga sampai kecapekan banget gitu proses lahirannya padahal cuma 3 jam. nggak tahu nih bakal nambah anak lagi apa nggak. heu
mengandung selama 9 bulan bukan hal yang mudah ya bun. Makasih dah bagi pengalamanya