Tentang mengunyah sudah aku singgung sedikit di Kelas 30 Hari Melangsing hari ketiga. Nah, di hari keempat ini Mbak Widyanti Yuliandari menambahkan lebih detail.
Pagi hari Mbak Wid sudah memberikan pencerahan yang luar biasa tentang mengunyah. Jadi, yang terjadi saat kita mengunyah, bukan hanya pencernaan secara fisik/mekanis, tetapi juga kimiawi. Kita perlu tahu bahwa air liur sangat berperan dalam proses tersebut.
Pertanyaannya, apakah kalau makanan sudah lumat masih dikunyah? Masih dong.
Lebih tepatnya sih dikulum kulum, kalau bentuk fisiknya sudah lembut banget (contoh: bubur, smoothie, jus).
Maksudnya disini supaya tetap ada kesempatan makanan berkontak secara cukup dengan air ludah. Gitu ^_^
Sehat Dulu Atau Langsing Dulu
Nah, kalau ini materi baru ya. Pernah nggak kalian bertanya-tanya, seharusnya tuh sehat dulu atau langsing dulu?
Sebenarnya, tubuh sehat akan langsing dengan sendirinya. Tapi tubuh langsing juga memberi dampak positif terhadap kesehatan. Jadinya mirip dengan kalau kita ngobrolin soal “ayam dulu atau telur dulu”
-Widyanti Yuliandari-
Di hari keempat ini para peserta udah mulai membiasakan diri makan sehat. Ternyata ya aku tidak sendiri, kalau ikut kelas dan ada mentornya gini pasti semangat untuk melangsing, hehehe. Tapi kadang kalau sudah mencapai BB ideal mulai nakal lagi deh segala macam dimakan ^_^
Nah, ada juga peserta yang menerapkan jendela makan. Aku pun baru pertama kali tahu istilah ini. Setelah gugling, jendela makan adalah jenis pola makan yang ada dalam diet OCD ala Dedy Corbuzer. Jendela makan adalah puasa dengan cara membatasi waktu makan, tapi Anda bisa makan apa saja.
Kalau menurut Mbak Wid, Jendela makan dapat menghasilkan rasa lapar pada saat-saat tertentu. Jendela makan juga bisa merugikan karena cara ini “merusak” kepekaan tubuh terhadap rasa lapar. Dalam pengamatan beliau terhadap penganut pola seperti ini, karena ini bukan hal yang sejalan dengan pola alami tubuh, maka pola makan ini susah untuk dijalankan secara konsisten.
Lalu, ketika ditinggalkan, berat badan justru melambung dengan begitu cepat. Nah, kondisi ini justru berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan tubuh. So, di luar puasa sesuai tuntunan agama masing-masing, sebaiknya jangan melakukan praktik menyerupai puasa, termasuk jendela makan, ini.
By the way, ini hanya pendapat loh ya. Setiap orang kan bebas berpendapat. Silahkan dipakai sesuai keyakinan kalian masing-masing. Sebagai orang awam yang kurang paham tentang tubuh ya aku sih iyes aja dengan pendapat Mbak Wid. Apalagi aku juga menganut pola makan food combining.
Mbak Wid juga menyarankan untuk melakukan praktik makan lebih sadar. Kenali kapan tubuh mulai lapar yaitu lapar yang sebenarnya. Penuhi rasa lapar dengan semestinya, yakni memberi asupan bernutrisi, sesuai kebutuhan tubuh.
Setelah kupraktikkan, ketika benar-benar lapar dan memberi tubuh asupan nutrisi sesuai kebutuhan, kok aku juga gak pengen ngemil lagi gitu. Lebih tepatnya bisa nge-rem untuk ngemil ^_^.
Tidak Dipaksa Food Combining
Meskipun Mbak Wid adalah penganut pola makan food combining tapi beliau tidak mewajibkan totally peserta mengadopsi pola makan ini. Lah kalau aku sih sejak awal masuk kelas ini udah berniat memperbaiki pola makan food combiningku yang selama ini amburadul, hahaha.
Food combining pun ada beragam aliran. Jika kita membaca buku-buku food combining terbitan luar ada yang “mengharamkan” kopi loh. Iya, kopi bukan substansi yang dibutuhkan tubuh dan dianggap memberikan kerugian yang lebih banyak, itulah yang mendasari sejumlah praktisi FC di Indonesia, terkesan musuhan banget dengan kopi.
Kebetulan banget sih aku enggak doyan kopi, hahaha ^_^
Mbak Wid menyarankan kepada peserta Kelas 30 Hari Melangsing untuk menyadari bahwa substansi tersebut tidak dibutuhkan. Ya, sebenarnya kita tidak perlu sampai minum satu gelas. Coba ganti gelas dengan yang lebih kecil. Bisa juga ganti gulanya dengan gula aren. Konsumsi dalam jumlah amat minimal saja. Karena kopi hanya berfungsi sebagai makanan/minuman rekreatif, bukan fungsional. Jika mau minum, minumlah sekitar di atas jam 9 pagi. Ikuti dengan tambahan konsumsi air putih, setidaknya untuk menggantikan cairan yang dikuras tubuh oleh kopi yang memang sifatnya diuretik.
Tidak Ada Pantangan Makan di Kelas 30 Hari Melangsing
Jadi, di kelas ini Mbak Wid tidak memberlakukan konsep pantangan. Mengapa? Nanti akan dijelaskan setelah kelas berlangsung selama 2 minggu. Jadi, tungguin ulasanku selanjutnya ya teman setiap pembaca Diary Bunda.
Sedikit cerita dari Mbak Wid sebagai konsultan kesehatan ya:
Saya memiliki sebuah side job sebagai konsultan di sebuah perusahaan pengimpor suplemen herbal dari USA. Nah, kerjaan saya adalah mirip di kelas ini, tapi lebih khusus ke problem penyakit. Setiap yang sakit parah dan datang ke saya, pasti selalu tanya *apa pantangannya?* Andai diberi sederet list yang berisi nama makanan yang sebaiknya mereka hindari, respon yang terjadi 90 persen lebih adalah *Penolakan*. Bahkan ini bisa sampai memicu stres atau depresi ringan. Mereka (teruta yang daftar pantangannya banyak) pasti selalu protes dan bilang “trus aku mau makan apa?” — See? Padahal yang dipantang paling cuma 10 jenis, dan masih ada ribuan jenis makanan tersisa di dunia ini yang bisa dipilih.
Jadi, untuk peserta yang tubuh dan jiwanya bereaksi seperti aku, kalau nggak makan gorengan rasanya “sakau” hahaha, coba pikirkan pola makan sehat yang holistik. Bukan hal yang berupa pantangan atau pengurangan.
Misalnya, alih-alih: aku enggak mau lagi ngemil gorengan, coba pilih keputusan: aku akan ganti cemilan dengan buah segar, sayur segar, buah kering dan kacang-kacangan bernutrisi.
[Day 1] 30 Hari Melangsing: Pentingnya Mindset dalam Proses Melangsing
Alih-alih, aku enggak akan lagi minum minuman manis, coba program otak untuk memilih: aku akan mengoptimalkan minum air putih berkualitas yang dibutuhkan tubuhku agar terhidrasi. Dan semacamnya.
Lalu, apakah setelah hari keempat ini aku bisa mengurangi gorengan? Atau tidak makan gorengan sama sekali?
Tunggu postinganku selanjutnya ya ^_^ See you…
Salam hangat,
2 Komentar. Leave new
Memang betul kok perut itu jangan dibiarkan lapar. Kalau sampai lapar, itu adalah pertanda bahwa kita kekurangan makan makanan yang berenergi.
Untuk mencegah lapar, aku selalu menyiapkan cemilan. Bisa berupa buah atau snack pabrikan. Yang pasti, semua cemilanku itu punya ciri-ciri mengandung serat. Karena serat itu yang mempertahankan kenyang lebih lama, sehingga tidak sampai lapar.
Hai mbak, makasih sharingnya ^_^