Assalamu’alaikum, Bunda. Apa kabar? Pada postingan kali ini saya ingin sharing tentang KulWap (Kuliah di grup WhatsApp) Smart Parenting #1 tentang “Bayi Jerawatan, Kok Bisa?” yang diselenggarakan oleh Komunitas Senyum anak.
Sebelum saya sharing isi materinya, mungkin Bunda penasaran apa itu Komunitas Senyum Anak?
Komunitas Senyum Anak didirikan oleh dr. Muhammad Fahrul Udin, Sp.A, M.Kes. Tujuan didirikannya komunitas ini untuk mengedukasi para masyarakat, khususnya para orang tua yang mayoritas saat ini masuk dalam generasi millenial, untuk mewujudkan generasi sehat bagi masa depan bangsa. Ke depan, akan lebih banyak Kuliah WA dan grup diskusi serta event yang akan diadakan untuk mempererat silaturahmi dan meraih tujuan bersama.
Btw, dr. Muhammad Fahrul Udin, Sp.A, M.Kes atau biasa dipanggil dengan dr. Udin adalah Dokter Spesialis Anak dari Kota Malang. Wow, Arema, Ker! Berdasarkan hasil kekepoan saya, dr. udin pernah menempuh pendidikan sarjana kedokteran umum, magister kesehatan, dan pendidikan dokter spesialis anak, semua di FK Brawijaya Malang. Beliau juga pernah mengikuti pelatihan hypnotherapi, baby spa, dan pijat refleksi untuk anak tingkat nasional (sumber: https://persadahospital.co.id/).
Hehm… saya kok jadi penasaran sama beliau ya? Semoga suatu saat nanti ada kesempatan bertemu beliau yang hebat ini. Amiin.
Baiklah, langsung saya share aja deh ya hasil KulWap Smart Parenting bersama Komunitas Senyum Anak.
Bayi Jerawatan, Kok Bisa?
Saat tahu informasi tentang materi KulWap ini, saya sangat penasaran. Pasalnya saya enggak pernah menemukan jerawat saat anak saya bayi. Atau saya sudah lupa karena saat ini anak pertama saya sudah berusia 9 tahun dan yang kedua 6 tahun, hehehe.
Kok bisa ya bayi jerawatan? Pasti deh banyak peserta lain di KulWap ini yang juga sama penasarannya.
Menurut dr. Udin, jerawat itu muncul karena 2 hal penting dan lazim, yaitu “hormonal” dan “infeksi”. Jadi, kalau ada bayi jerawatan yang memang terdengar aneh. Tapi ternyata memang bisa loh, Bunda!
Baca juga: Makanan Sehat Saat Musim Hujan
dr. Udin melanjutkan, “Sekarang begini, selama di dalam rahim, dengan lingkungan yang berisi air ketuban, selalu melembabkan kulit bayi, tentunya ketika ke luar ke dunia, ada perbedaan yang harus dihadapi bayi. Kondisi yang berbeda ini adalah salah satu dari berbagai pemicu munculnya Baby Acne. Sehingga, sangat wajar jika 4 minggu pertama kehidupan bayi baru lahir akan mengalami beberapa kelainan kulit yang self limited.”
Self limited berarti dapat sembuh sendiri, tanpa obat dan penanganan khusus apapun. Beberapa kondisi penyakit tertentu dapat diatasi oleh sistem kekebalan tubuh normal
Berpindah topik ke dalam kulit bayi, kita perlu paham sedikit tentang kulit bayi yang ada dalam rahim itu seperti apa sih?
Jangan bingung ya kalau liat ada “putih-putih” di kulit bayi yang baru lahir. Itu normal ya Bunda. Bahan mirip “terigu basah” yang tampak seperti menyelimuti kulit bayi ini disebut vernix Caseosa.
Selama di dalam rahim, vernix caseosa ini melindungi kulit bayi dari perubahan-perubahan yang dapat terjadi selama kehamilan pada air ketuban. Tapi tentu saja vernix caseosa ini akan hilang ketika dilahirkan. Bayi, sebagai manusia yang baru saja dilahirkan ke dunia, tentu belum memiliki tatanan organ dan struktur yang belum matang, termasuk KULIT.
Saya pernah nih menyangka jika vernix caseosa adalah kulit bayi yang mengelupas atau ngglodoki, eh ternyata bukan, hehehe.
“Vernix Caseosa bukan bagian dari anatomi kulit bayi, tugas dia hanya melapisi kulit bayi selama dalam rahim saja. Jadi berbeda dengan ngglodoki yang mana itu merupakan lapisan kulit terluar yang mati dan memang harus diluruhkan dengan pijatan ringan saat mandi sehari-hari.” Jelas dr. Udin.
Lalu, bagaimana perbedaan struktur kulit bayi dengan kita yang sudah dewasa ini?
Menurut dr. Udin, dari 3 hal ini saja, sudah terlihat, secara kimiawi dan mekanis, ada perlindungan kulit yang tidak atau belum dimiliki oleh bayi.
Lalu apa yang dapat menimbulkan bayi jerawatan?
Pada dasarnya, setiap waktu bayi kita akan terkena gesekan (tekanan mekanis), paparan bakteri (mikroba lain), iklim (suhu lingkungan), dan paparan panas langsung. Empat hal inilah yang dapat memicu terjadinya kelainan kulit pada bayi.
Meskipun tidak semua bayi akan mengalami ini, namun sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa kelainan kulit pada bayi adalah “extremely common” atau sangat sangat umum terjadi. Namun, karena faktor-faktor yang sudah disebutkan di atas maka selama proses pertumbuhan organ kulit bayi, kulit dipersiapkan menghadapi perubahan-perubahan di dunia.
Baca juga: 5 Kebiasaan Sepele Penyebab Stroke
Data terbaru menyebutkan, bahwa 4-7 dari 10 bayi baru lahir akan mengalami kelainan kulit pada 1 bulan pertama. Bisa saja kelainannya sangat minimal dan sembuh lebih cepat. Bisa jadi bunda tidak tau bahwa bayi sempat mengalami kelainan kulit.
Oh, pantesan kok saya merasa bayiku dulu enggak pernah punya kelainan kulit ya?
Bagaimana dengan anak usia 1-7 tahun yang berjerawat?
Anak usia 1-7 tahun yang “berjerawat” disebut sebagai pre-midschool acne. Ini terjadi karena rendahnya hormon androgen. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ seksual dan organ lain akan menghasilkan hormon androgen. Jerawat ini akan menghilang dengan sendirinya dan digantikan oleh fase berikutnya, yaitu jerawat pada fase remaja.
Lalu, ada yang bilang jerawat muncul karena suka makan kacang, itu bagaimana ya?
Belum ada penjelasan tentang hubungan konsumsi kacang dengan jerawat. Tapi kalau ternyata si kecil alergi sama kacang sebaiknya dipertimbangkan untuk mengurangi konsumsi kacang agar tidak terlalu menimbulkan gejala kelainan kulit.
Baca juga: Proses Melahirkan Normal yang Unforgettable
Ada juga nih anak-anak yang suka mainan make up punya Bunda, kira-kira hal tersebut bisa menimbulkan jerawat nggak ya?
Menurut dr. Udin, penggunaan make up masih memungkinkan, itupun jika timbul reaksi alergi ringan hingga berat karena bahan make up tersebut. Kita kan jarang juga memperhatikan dengan detil kandungan dalam make up itu seperti apa, sementara produk di pasaran jumlahnya banyak sekali.
Kalau penggunaan pelembab sih memang tujuan bahan tersebut untuk melembabkan kulit bayi yang cenderung kering. Dan ini sering ditemukan pada bayi dengan bakat alergi dari orang tuanya. Berbagai sumber telah menyebutkan adanya manfaat kesehatan kulit bayi dengan pelembab hanya “signifikan” secara statistik pada bayi yang memiliki riwayat Alergi saja.
Tapi tenang, pelembab sebagai opsi untuk kesehatan kulit bayi. Rata-rata di pasaran juga tersedia untuk kulit bayi normal sehingga seharusnya cukup aman jika ingin menggunakan dan tidak masalah kalaupun tidak.
Kelainan Kulit Pada Bayi
Kelainan kulit pada bayi baru lahir ini ada beberapa macam. Pada dasarnya memiliki gambaran yang mirip sehingga perlu pemeriksaan oleh dokter untuk kesimpulan yang lebih meyakinkan. Tidak harus ke Dokter spesialis anak (DSA), Bunda juga bisa kok ke dokter umum atau dokter kulit untuk membantu mengidentifikasi kelainan-kelainan kulit.
Setelah melihat kedua kedua gambar tersebut, apakah Bunda bisa membedakannya di dunia nyata? Tentu saja sulit, apalagi pengamatan pada kulit bayi juga dipengaruhi oleh warna kulit alami si kecil ya.
Keduanya tidak berbahaya, bedanya, pada kelainan transient neonatal pustular melanosis akan ada perbaikan, yaitu pecahnya lesi putih dalam waktu 24 jam. Lalu meninggalkan bekas merah yang tentu saja akan hilang sendiri.
Sedangkan pada neonatal acne kelainan ini berlangsung selama 7 – 30 hari. Beberapa sumber menyebutkan, kelainan ini dipengaruhi oleh hormon ibu yang dikirimkan melalui ASI. Hormon dari ibu akan memicu hiperaktifitas dan pembesaran kelenjar sebaseus (yang memproduksi minyak/keringat) pada bayi. Kelenjar sebasus ini juga bertanggung jawab pada jerawat yang muncul pada usia dewasa muda. Neonatal acne biasanya akan menunjukkan Komedo (titik putih kecil).
Oh, kayaknya ini deh alasannya wajah bayi bruntusan karena terkena ASI saat menyusu.
Menurut statistik, neonatal acne lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki dengan kebersihan yang kurang terjaga serta muncul hanya pada usia <1 bulan saja.
Apakah Bunda pernah mendengar istilah “keringet buntet”?
Saya kurang tahu apakah di luar jawa juga ada istilah seperti ini. Berdasarkan informasi dari KulWap ini, keringet buntet yang sering dialami oleh bayi dan anak-anak ini berbeda dengan kondisi yang telah saya tulis sebelumnya ya Bunda.
Keringet buntet ini nama medisnya “Milia” #cantikbangetnamanya. Milia merupakan benjolan berdinding tipis, berisi air, dengan ukuran yang kecil, 1-2 mm lebarnya. Jika diperhatikan seperti ada komedonya ya? Tapi sebenarnya bukan karena kalau dilihat dasarnya tidak merah atau tidak meradang,
Milia atau keringet buntet ini diakibatkan oleh sumbatan ringan pada aliran keringat yang menimbulkan kista kecil di permukaan kulit. Milia dapat sembuh segera dengan sendirinya dengan cara menurunkan suhu ruangan. Pada kondisi yang lebih dalam atau lebih berat, milia dapat disertai peradangan dan dikenal sebagai miliaria.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Mengalami Kelainan Kulit?
Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak-anak mengalami kelainan kulit?
dr. Udin menyarankan agar Bunda tidak langsung memberikan obat-obatan atau bahan/minyak tertentu pada area kulit yang mengalami kelainan tersebut. Beberapa bahan memang dapat meringankan kondisi tapi dapat pula memperberat kondisi yang lainnya. Daripada salah, sebaiknya cukup dengan menurunkan suhu ruangan, lalu dibasuh dengan kain yang dibasahi dengan air bersih dahulu saja,
Hal terpenting yang harus diperhatikan oleh para orang tua yang khawatir dengan kelainan kulit yang tiba-tiba muncul pada si kecil, adalah “Kebersihan”. Ini yang penting ya bunda!
Bersihkan kulit dengan air dingin/suhu ruang, sertakan gunakan pakaian yang kering dan bersih agar tidak memperburuk kelainan kulit pada bayi.
Nah, itu dia hasil KulWap dengan Komunitas Senyum Anak. Semoga bermanfaat ya…
2 Komentar. Leave new
oalah ternyata oke ya ga terlalu bahaya. masalahnya anak kakak saya gitu mba, jerawatan di pipi hehe
Jrawat lbh ke faktor kturunan ky naa,