Pengalaman merawat orang tua stroke dan tidak bisa bicara telah kami rasakan selama hampir tiga tahun. Mama mertua saya (ibu dari suami saya) terkena serangan stroke kira-kira pada bulan November 2019. Mohon maaf jika salah karena sudah lupa.
Diawali dengan Gejala Stroke
Saya, suami, dan kedua anak saya tinggal di rumah Mama dan Bapak. Keseharian mama sebagai ibu rumah tangga yang juga mengurusi sawahnya, meskipun orang lain yang mengerjakan. Jadi mama hanya menengoknya sesekali atau kerepotan saat sawahnya panen. Bapak adalah seorang pensiunan PNS guru dan pengawas PAI dari Kemenag. Sama seperti mama, terkadang Bapak juga mengurusi sawah.
Perjuangan mama untuk menyekolahkan anak-anaknya pernah saya ceritakan pada postingan Lagu Cinta untuk Mama. Nah, setelah anak-anaknya lulus sekolah mama mulai terkena penyakit gula darah. Sepertinya mama juga punya keturunan diabetes dari mbah kung. Tapi tentu saja pola makan juga sangat mempengaruhi ya.
Seingat saya pada tahun 2012 Mama pernah sakit, katanya mbak ipar saya yang mantan perawat, ibu mertua saya sudah terkena gejala stroke. Awalnya mama memasak di dapur, tiba-tiba Mama bersandar ke tembok dan berteriak memanggil Bapak dan bilang kalau badannya lemas, pandangannya gelap.
Mama pun memeriksakan diri ke dokter dan ternyata kadar gula darahnya sangat tinggi. Saya lupa berapa, pokoknya tinggi lah. Mama pun tinggal beberapa minggu di rumah mbak ipar saya di Surabaya.
Setelah sembuh Mama kembali ke Wajak dan tinggal bersama saya lagi. Mama juga mulai membatasi asupan makanannya. Mbak ipar saya membagikan pengalaman merawat orang tua yang sakit. Saya pun mempelajari tentang pola makan diabetes. Saya baca kalau diabetes itu bisa menurun jadi takut juga kalau menurun ke suami saya.
Nah, pada September 2019 Mama mulai menunjukkan gejala stroke lagi. Tapi Mama sulit banget diajak ke dokter. Biasanya mama periksa ke dokter umum yang ada di Wajak. Sering mama mengatakan kalau beliau baik-baik saja hanya kecapekan.
Hingga suatu ketika gula darah mama sangat tinggi sekitar 300-400 an gitu, saya lupa tepatnya. Saat saya perhatikan, mama mengalami gejala stroke.
Gejala Stroke yang Dialami Mama

sumber gambar: Canva
Saya pun menghubungi saudara-saudara ipar yang ada di Malang, Surabaya, Gorontalo, dan Jogja. Iya, saudara ipar saya semua perempuan dan tinggal bersama keluarganya masing-masing. Siapa lagi yang harus saya hubungi jika bukan mereka.
Mereka juga sudah membujuk mama untuk ke dokter saraf saja di rumah sakit swasta di Malang. Sayangnya Mama bersikukuh bahwa beliau baik-baik saja, nanti kalau gula darahnya sudah turun pasti akan sembuh lagi. Gitu pikir mama.
Padahal saat saya perhatikan perilaku Mama setelah gula darahnya naik, beliau sudah menampakkan gejala stroke.
Perubahan Indra Perasa dan Pendengaran
Pendengaran Mama sering bermasalah dan semakin parah. Saya kira hal itu karena Mama sudah mulai berkurang usianya. Tapi sepertinya ya karena pengaruh dari saraf deh. Selain itu indra perasa Mama juga berkurang banget. Pas masak tuh bisa jadi asiiiiin banget dan lebih sering meminta saya untuk mencoba rasa masakannya.
Perubahan Mental
Setelah kadar gula darah Mama hampir 500 itu, beliau juga menjadi lebih sering kebingungan. Saya nggak bisa kasih contoh tapi bisa merasakannya aja. Hilang ingatan juga dialami mama, berkali-kali mama bertanya soal hari, tanggal, jam. Sehari bisa 3-5 kali loh kalau bertanya. Saya dan suami juga heran tapi belum “ngeh” aja kalau itu gejala stroke.
Mama juga agak susah memahami orang lain saat berbicara. Akibatnya Mama seringkali marah (bisa jadi karena tekanan darah tinggi juga) karena salah paham dengan kata-kata orang di rumah.
Masalah Otot
Mama mengalami kesulitan berjalan, agak terseok-seok gitu kalau jalan. Kalau orang melihat tuh kayak menyeret kaki gitu karena Mama memang tampak lesu dan kurang bertenaga. Tapi ya gitu, Mama tetap merasa baik-baik saja. Mungkin beliau merasakan tapi kayak enggak mau ngaku gitu.
Tangan mama sebelah kanan juga mulai lemas. Pernah pas pegang sesuatu tiba-tiba terjatuh tanpa sadar.
Kesemutan di Satu Sisi
Mama juga sering mengeluh kakinya kesemutan. Dalam hal ini kami juga belum curiga kalau itu gejala stroke karena mama juga sering kesemutan. Hanya saja kali ini lebih sering terjadi.
Nah, saya tidak menyadari bahwa tanda-tanda yang dialami Mama tersebut adalah gejala awal stroke. Barulah ketika Mama sudah mau diajak periksa ke rumah sakit, dokter mamberitahu saya bahwa itu adalah gejala stroke dan harus segera mendapatkan penanganan.
Stroke Menyerang saat Mama Tertidur
Singkat cerita, beberapa kali saya mengantar mama berobat ke rumah sakit di Malang. Lebih tepatnya ke bagian syaraf dan penyakit dalam. Ceritanya panjang deh, nanti saya tulis di postingan lain ya. Sekarang saya fokus ke cara merawat mama saja.
Sehari sebelum terserang stroke, Mama ikut Bapak dan Paklik ke pemandian air panas di Kota Batu. Awalnya mama ragu-ragu apakah mau berangkat atau enggak. Beliau juga sempat bertanya kepada saya, enaknya ikut apa enggak.
Saya melarang Mama karena jaraknya jauh, takutnya beliau kelelahan di mobil. Tapi Mama pengen banget ikut jadi ya keputusan saya serahkan ke beliau. Akhirnya Mama ikut, berangkat pagi pulang sore dan sudah saya bawakan obat untuk di perjalanan.
Sesampai di rumah kembali, tidak ada yang mencurigakan dengan kondisi Mama. Beliau memang tampak kelelahan, wajahnya agak pucat, tapi sumringah senang bisa jalan-jalan dengan Bapak.
Keesokan paginya, seperti biasa saya pergi ke pasar bersama suami sebelum subuh. Waktu itu saya dan suami jualan jamur tiram berangkat jam 3 pagi dan kembali ke rumah sekitar jam 4, pas subuh.
Saat itulah saya kaget karena Bapak bilang Mama nggak bisa bergerak. Mama duduk di ruang tamu sambil menangis tanpa suara. Mama kayak bingung gitu, pengen berdiri tapi nggak bisa. Separuh badannya lumpuh dan tidak bisa bergerak.
Kami segera melarikan mama ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, Mama langsung dilarikan ke UGD dan ditangani oleh dokter. Saya mengantre di bagian administrasi.
Hasil CT Scan Mama menunjukkan bahwa ada penyumbatan di otaknya. Mama pun dirawat selama kurang lebih satu minggu hingga akhirnya dibawa pulang ke Wajak setelah diobservasi oleh dokter saraf dan dokter penyakit dalam.
Alhamdulillah saya sudah resign sehingga bisa merawat mama ketika di rumah sakit. Alhamdulillah mbak ipar saya pernah bekerja di rumah sakit sehingga sedikit banyak tahu apa yang harus dilakukan. Dan masih banyak rasa syukur lain yang perlu kami ucapkan karena insyaallah ujian dan cobaan ini Allah berikan untuk menguatkan keimanan kami semua, anak-anak mama.
Bagaimana Cara Merawat Ibu yang Sakit?
Sebelum dibawa pulang ke rumah, Mama sempat dirawat di UGD. Separoh tubuh beliau lumpuh dan juga tidak bisa bicara. Mama juga tidak bisa memberikan isyarat, misalkan minta minum, mandi, atau yang lain.
Sepertinya mama juga belum sepenuhnya sadar jika beliau terkena stroke. Mama seperti tidak mengenal diri sendiri. Berkali-kali beliau ingin turun dari tempat tidur. Pun saat sudah dibawa pulang ke rumah, Mama juga beberapa kali jatuh dari kursi roda karena kayak mau turun dan mau jalan sendiri gitu.
Saya hanya bisa menangis melihat kondisi Mama. Seperti mimpi karena kejadian ini kayak tiba-tiba aja gitu. Seperti baru kemarin mama mengajari saya masak, ngobrol di dapur membicarakan masa kecil suami. Huhuhu… Sedih sekali rasanya tidak bisa ngobrol lagi dengan mama.
Merawat orang tua stroke yang bisa bicara dengan yang tidak bisa bicara adalah berbeda. Apalagi Mama juga tidak bisa menggunakan bahasa isyarat sehingga semampu kami untuk memahaminya.
Hingga akhirnya, kami merawat mama berdasarkan kebiasaan yang kami lakukan sehari-hari. Mama pun akhirnya pasrah dengan kondisinya tanpa bisa melawan. Kadang-kadang saja mama seperti ingin berbicara tapi kami tidak paham sehingga mengartikan sesuka kami. Kami berharap Mama menginginkan hal yang sama.
Sabar
Hal pertama yang harus dilakukan saat merawat orang tua yang terkena stroke adalah sabar. Ya, satu kata tapi tidak mudah dilakukan. Tapi pasti bisa jika kita berusaha.
Pernah mendengar ucapan, “Seorang ibu bisa merawat 10 anak, tapi 10 anak belum tentu bisa merawat seorang ibu” huhuhu.
Saat awal-awal Mama terkena stroke, saya merasakan hal ini. Tidak perlu lah saya ceritakan bagaimana kondisi kami saat itu, yang jelas kami butuh banyak stok sabar.
Perhatikan Pola Makan
Selanjutnya adalah mengenali pola makan penderita stroke. Kebetulan mama juga penyitas diabetes, punya asam urat dan kolesterol juga.
Dokter sudah memberitahu kami apa saja yang boleh dikonsumsi mama dan yang tidak boleh. Alhamdulillah Mbak Ipar sudah memberitahukan kepada saya pola makan diabetes. Mulai dari mengganti minyak goreng jagung, gula jagung tropikana, garam rendah natrium, dan stop gluten. Itu semua harus diperhatikan.
Teratur Minum Obat
Obat yang telah ditentukan oleh dokter harus dikonsumsi secara rutin. Jika perlu tuliskan di kertas jadwal minum obat dan jenisnya. Hal ini untuk menghindari kesalahan pemberian obat ketika ganti yang merawat. Apalagi Mama tidak bisa bicara kan? Jadi nggak bisa ditanya-tanyain.
Mama dirawat adik ipar saya di Surabaya. Tapi kadang juga ke Wajak jika Mama sedang bosan. Jadi, penting sekali jadwal minum obat ini ada di kotak obatnya.
Berikan Bantuan Setiap Saat
Mama masih bisa menelan dengan sempurna, tapi saat baru pulang dari rumah sakit beliau butuh bantuan untuk makan dengan tangan kiri. Awalnya sih kami menyuapinya, tapi kami juga ingin mama bisa mandiri sehingga tidak bergantung pada kami. Alhamdulillah sekarang Mama bisa makan dengan tangan kiri.
Tapi mama tetap butuh bantuan untuk melakukan kegiatan lain seperti mandi, ganti pospak, dan memakai pakaian karena memang mama tidak bisa berdiri. Alhamdulillah sih beliau bisa jalan dengan tongkat kaki 4 sehingga kami tidak perlu menggotongnya ke kamar mandi.
Ajak Selalu untuk Bergerak
Saat merawat orang tua stroke, dokter menyarankan untuk melatihnya dengan menggerakkan semua sendi di tubuhnya setiap hari secara rutin. Hal ini untuk mencegah kekakuan pada bagian tubuh Mama yang lemah dan merangsang sel-sel otak agar dapat menjalankan fungsinya kembali dengan baik.
Karena Mama bisa duduk sendiri ya beliau tidak melulu di kamar atau tempat tidur. Biasanya Mama duduk di ruang tengah sambil mengamati aktivitas kami. Jalan ke ruang depan untuk makan, jalan ke kamar mandi, dan jalan ke kamar.
Jadi beliau cukup sering bergerak kecuali untuk menggerakkan tangan dan kakinya yang lumpuh memang sudah agak sulit.
Ajak Bicara
Saat masih di rumah sakit, beberapa kali saya melihat dokter mengajak Mama ngobrol. Meskipun hanya satu arah karena Mama tidak bisa bicara. Jadi, saat bicara harus menghadapkan wajah ke Mama agar beliau bisa melihat gerak bibir dan ekspresi wajah.
Saat merawat Mama, bicara pun harus dengan tenang dan perlahan, serta intonasi suara yang tidak tinggi. Kata dokter, meskipun Mama tidak bisa bicara tapi beliau bisa mendengar dan perasaannya masih normal loh. Sebisa mungkin kami harus menghindari bicara kasar pada Mama, tahaan… tahaan…
Menggunakan Popok Dewasa yang Tepat
Mama sudah tidak bisa ke toilet tanpa bantuan. Pasca stroke, otot kandung kemih melemah, sehingga proses pelepasan urine menjadi tidak dapat dikontrol atau inkontinensia urine.
Oleh karenanya sejak awal Mama menggunakan popok dewasa. Selain mempermudah kami dalam merawat juga memberikan kenyamanan bagi Mama.
Awalnya kami pakai popok dewasa tipe perekat. Tapi ternyata Mama kurang nyaman sehingga popok dewasa tipe celana dengan daya tampung maksimal lebih tepat.
Jaga Agar Selalu Bahagia
Dokter pernah bilang untuk selalu menjaga kata-kata jika sedang bersama Mama. Beliau memang tidak bisa berkomunikasi tapi masih bisa mendengar. Orang sakit pasti sensitif apalagi jika mendengar kata-kata yang kurang pas di hati. Terlebih mama juga tidak bisa bicara.
Kami pun berusaha untuk selalu bikin Mama bahagia. Beberapa kali adik mengajak Mama berlibur dan menginap di hotel. Saya yakin Mama bahagia meski tidak dapat mengutarakannya. Hati bahagia adalah salah satu cara menjaga daya tahan tubuhnya.
Ladang Pahala
Bisakah lumpuh akibat dari stroke yang sudah 2 tahun bisa disembuhkan dan bisa jalan lagi?
Beberapa pengalaman mengatakan ada yang orang tuanya bisa sembuh dan berjalan lagi. Tapi mama mertua saya hingga 2 tahun masih belum bisa jalan dan belum bisa bicara. Hanya Allah SWT yang tahu sebabnya dan kami yakin semua ini ada hikmahnya.
Kami bersyukur Allah kepada Allah SWT yang telah membukakan ladang pahala yaitu berupa diberikannya kesempatan merawat orang tua yang sakit. Tidak setiap orang diberi kesempatan oleh Allah Ta’ala untuk melakukannya.
Semoga, inilah jalan yang bisa mengantarkan kami meraih surga. Aamiin. Terutama untuk adik ipar saya yang merawat Mama. Pun dengan anak-anak Mama lainnya yang meskipun belum bisa membantu secara tenaga tapi sudah meluangkan banyak bantuan dalam bentuk lain.
Kami ingin menjadi hamba yang disayang dan diridai Allah karena berbakti kepada orangtua.
Jadi, agar bisa sabar dalam merawat orang tua, kami memahami aneka kebaikan yang akan dapatkan. Serta keburukan yang didapat jika kita melalaikan orang tua.
Kami juga selalu berdoa agar Allah Ta’ala memberikan kami kesabaran, sikap lapang dada, dan kekuatan untuk bisa merawat orang tua dengan sebaik-baiknya. Dia yang telah menitipkan pengurusan orangtua kepada kita. Maka, hanya kepadaNyalah kami minta petunjuk dan bimbingan agar kita bisa menunaikan amanah itu dengan sebaik-baiknya.
Saat merawat Mama, selalu terkenang jasa baik mereka kepada kami, khususnya kepada suami saya waktu kecil. Mama yang telah banting tulang membesarkan dan mendidik suami saya. Lalu, setelah besar, beliau dengan rela “memberikannya” kepada saya
Sungguh, kebaikan yang kita berikan, tidak akan sanggup menandingi kebaikan Mama kepada anak-anaknya.
Dan kami yakin bahwa ini adalah bagian dari skenario Allah untuk mengangkat derajat kami. Allah menguji batas kesabaran kami dengan sakitnya Mama.
Semoga Mama bisa kembali pulih dan mengenal diri sendiri kembali. Kami rindu Mama yang masih sehat. Serta, semoga kami bisa ikhlas dan sabar, aamiin.
Itu dia pengalaman merawat orang tua stroke, semoga bisa mengambil hikmahnya ya ayah-bunda. Jika ada yang punya pengalaman sama, bolehlah membagikannya di kolom komentar. Terima kasih
22 Komentar. Leave new
Semangat mbak eni… Peluk dari jauhhh. Saya pun sedang merawat uwak yang kena stroke ringan, masih bisa jalan dan beraktivitas tapi butuh bantuan dan moodnya jadi sering kacau. Penyemangat saya cuma ini insyaAllah jd amal dan senyuman uwak kalau sedang happy
terima kasih mbak annisa, semoga uwaknya bisa kembali pulih ya
Peluk dari jauh ya Mba. Mertua saya pun sakit stroke. Semoga Allah meringankan penyakit orangtua kita dan memberikannya kita keluarganya keikhlasan dan kesabaran seluas-luasnya. Aamiin :”)
Amiin … terima kasih mbak riri
Hai mba eni, salam kenal. Kisahnya hampir mirip sama Abahku. Tapi sedihnya aku nggak bisa merawat di sampingnya dan Abah masih sering keluyuran kemana-mana dan susah utk berobat dan minum obat, syndrom post work kayaknya. Jadi rasanya pengen keluar rumah terus.
Memang kuncinya sabar yaa ujung-ujungnya. Semoga diberikan kesembuhan utk orangtua kita dan kita semakin sabar.
amiin… terima kasih sharingnya mbak, mungkin kalau mama bisa jalan juga masih keluyuran karena beliau gak bisa diem, hehe
Tetap semangat dalam.merawat mama ya mbak… Insyaallah jadi ladang pahala…
Semoga mama segera pulih… Dan semoga orang2 yg merawatnya senantiasa diberikan kekuatan, kesabaran, dan kesehatan ❤️
amiin, makasih mbak ^_^
wah harus ekstra sabar banget, aku ingat saat jaga bapak mertua yang pernah kena stroke , sembuh tapi mentalnya down , malah jadi semaki menurun jadi kena parkinson. semalaman gak tidur . kebayang adik iparku yang sehari2 bareng bapak
masya allah mbak, setelah saya baca ceritanya. sama persis dengan posisi sy sekarang. mama sy sakit stroke tiba tiba saat sy masih merantau di jakarta. dengar kabar itu langsung sy cepat pulang kembali ke jayapura. Allhamdulilah hikmahnya sy belum dapat kerja setelah lulus, sy diberi kesempatan untuk ngerawat mama setelah sy tinggal kuliah 4 thn di jkt. sekarang mama sy sudah 1thn lebih stroke. dengan kondisi mama sudah pasrah, gak mau terapi, gak mau ketemu dokter, jadi hanya bapak yang ke dokter untuk minta obat stoke mama. benar benar kuncinya sabar no. 1. dan hanya allah yang bisa menyembuhkan penyakit hambanya seberat apapun.
semoga orang tua kita cepat pulih dan selalu bisa tersenyum bahagia. :’)
masyaallah, hampir sama ya mbak kasusnya
Semoga kita diberi kesabaran ya dan mama mbak diberikan kesembuhan oleh Allah SWT. Amiin
Terima kasih sharingnya
Masyallah setelah baca kisahnya jd sama dg yg saya alami skrg….
Salam kenal ya mbak…
Kisah yg mbak tulis mengisahkan ttg kehidupan Sy juga…
Sy sudah hampir 12 th merawat ayah kandung Sy stroke…
Dari Sy kelas 2 SMA hingga skrg, keadaan jatuh bangun apapun sudah Sy Alami mbak smnjk bpk alami skit stroke , yg tdinya Sy g terima dg keadaan tp PD akhirnya Sy bisa bersahabat dg keadaan…
Yang harus Sy lakukan skrg hanya menjalani takdir yg sudah menjadi ketetapan Allah… Insyallah Qt bs melewati segala ujian dari Allah SWT, sama2 berdamai dg keadaan y mbak sabar tingkatkan terus jadikan moment ini suatu hal yg g akan perna terulang kembali ..
Insyallah berkah barokah dan banyak kebaikan dg merawat orang tua sakit, bpk ku sudah 12 tahun stroke skrg kondisinya pasrah dg keadaan skrg uda sabar g marah2 semoga sabarnya bapakq bisa melunturkan sgl dosa semasa sehat beliau dl… insyallah….
Sedih ya mbak pengalamannya, tapi kadang fase merawat orang tua itu mungkin memang harus kita lakukan kalau orang tua dan kita sama-sama dikasi umur. Harus aware ya dengan gejala-gejala yang ada sebelum stroke, tampak kayak biasa aja gtu kecapekan, kesemutan padahal bisa bahaya. Huhu. Semangat terus mbak, insha Allah jadi ladang pahala..
Merawat orang tua yang sakit memang tidak mudah ya mbak
Sedih sudah pasti, tapi memang itulah jalan berbakti anak kepada orang tuanya
Mengetahui gejala stroke akan lebih memudahkan kita untuk merawat penyakit stroke ini ya mbak
Semoga pengalaman merawat orang tua yang stroke ini menjadi ladang pahala yg banyak bagi mbak
Ya Allah. Aku terharu mbak. Memang benar bahwa seorang ibu akan dengan mudah merawat 10 anaknya. Sedangkan 10 anak belum tentu mampu merawat ibunya.
Semangat mba… Melakukan hal seperti ini sebuah jalan buat berbakti kepada ortu serta menambah pundi2 pahala kita ya mba, karena memang butuh ekstra sabar deh merawat ortu yg sakit… Semoga Mertua mba cepat pulih dan orang2 yg merawatnya jga diberikan kekuatan dan sabar yg luar biasa, aamiin
Memang gak mudah yaa menjaga orang tua yang sakit, tapi bila dijalani dengan ikhlas insyaallah akan jadi ladang pahala. Gula darah tinggi ini memang bahaya banget buat kesehatan yaa, Mba
yaa Allah mbak, sedih sya bacanya 🙁
saya baru saja kehilangan adik saya, stroke harusnya bisa sembuh dan sehat kembali, tapi… yang merawat kan beda persepsi 🙁 saya merasa kadang adik saya ini dipaksa untuk sembuh dipaksa untuk ini dan itu
kesel saya karena saya inginnya saat usai stroke itu istirahat dulu …ah .. beliau sudah berpulang, semoga kejadian ini tidak menimpa mama ya
Semoga mamanya segera diberikan kesembuhan dan kesehatan serta yang merawat tetap diberikan kesabaran yang luar biasa. Insya allah menjadi ladang pahala, dan tulisan ini juga bisa sebagai pengingat kepada pembaca agar tetap aware terhadap kesehatan sejak dini.
Masya Allah, begitu ternyata cerita stroke mamanya. Banyak faktor dan gejalanya ya. Ladang pahala buat Mbak yang mengurusi orang tua yang sedang stroke. Semoga lekas sembuh ya Mbak. Tetap semangat
memang benar kita harus benar-benar sabar dan ikhlas ya mbak saat merawat orang tua yang lagi sakit, apalagi kena stroke begini. jadi ingat almarhum ayahku dulu juga sakit dan nggak bisa bangun dari tempat tidur. pernah aku mau nangis karena pas mandiin beliau eh jatuh dan aku nggak kuat ngangkat badannya. huhu
MashaAllah~
Barakallahu fiik, kak.
Merawat siapapun yang sedang sakit memang gak mudah ya.. terutama orangtua yang mungkin saja sifatnya kembali menjadi anak-anak.
Semoga Allah berikan kelapangan, kesabaran dan senantiasa sehat selalu untuk kak Eni dan keluarga.
Syafakillahu untuk Ibunda tercinta.