Dear Diary…
Aku pengan curhat tentang Aira nih. Pada tanggal 9 Februari malam, Aira (5,5y) mengeluh perutnya sakit. Aku kira dia masuk angin biasa dan kubalur minyak kayu putih aja di sekitar perutnya. Siang harinya Aira memang mainan kipas angin. Maka setiap kali habis makan sesuatu dia selalu mengeluh dan masih kuanggap sebagai masuk angin.
“Bunda… perutku sakit,” rintihnya pada malam hari sambil memegangi perutnya.
Aku mengoleskan minyak kayu putih dan mengelus-elus perutnya. Dia pun tertidur tapi tidak lama kemudian terbangun dan mengeluh lagi. Aku oleskan minyak lagi dan mengelus-elus perutnya hingga dia tidur. Kejadian berulang hingga pagi, Aira terbangun sekitar 4-5 kali.
Malam itu saya masih sempat konsultasi dengan Dokter Romel di WAG Smart Parenting. Kata beliau kalau balita sih namanya colic, yaitu perut kembung dan mual kurang dari 3 kali sehari. Atau bisa jadi awal dari diare karena makanan yang dikonsumsi memproduksi banyak gas dari biasanya. Selama tidak ada nyeri saat disentuh dan bisa kentut/BAB dalam 24-48 jam ke depan, kembung masih dikatakan wajar.
Hehm… setelah membaca penjelasan Dokter Romel saya kira Aira memang kembung.
Tapi, ketika pagi menjelang …
Wajahnya masih mengantuk dan tampak kurang ceria. Melihat Aira yang tidak seperti biasanya aku pun khawatir. Akhirnya kularang ia masuk sekolah dan istirahat di rumah saja.
Kira-kira jam 6.15 (saat itu si kakak sedang sarapan pagi) Aira muntah-muntah. Enggak banyak sih karena dia juga belum sarapan.
“Alhamdulillah udah sembuh,” pikirku karena biasanya kalau sudah muntah gini Aira kembali ceria. Itu kalau masuk angin beneran sih.
Namun, keceriaan di wajah Aira hanya bertahan setengah jam. Sekitar jam 07.00 gadis kecilku kembali mengeluhkan perutnya yang sakit. Duh, saya sedikit panik dan cemas. Ada apakah gerangan dengan perutnya?
Setelah suami mengantarkan si sulung ke sekolah, aku memutuskan untuk membawa Aira ke Klinik Rawat Inap (KRI) Wajak Husada karena faskes 1 BPJS saya di klinik tersebut. Setelah ganti baju dan memakaikan jaket serta kerudung ke Aira, akupun bergegas ke klinik.
Bukan ke Dokter Anak Tapi Ke UGD
Saat mendaftar ke klinik, aku hanya menyerahkan kartu BPJS dan bilang kalau yang sakit anak 5,5 tahun. Lalu perawat merujuk ke UGD. Agak bingung sih karena kukira akan ke dokter anak. Ternyata hari itu tidak ada jadwal untuk dokter anak. Ya sudah lah aku manut saja.
Saat di UGD ada mas dokter yang memeriksa, masih muda dan terlihat sedikit kurang ramah (kalau untuk anak-anak). Mas dokter memeriksa perut Aira dengan stetoskop dan sedikit menekan-nekan perutnya. Tapi wajah Aira diam aja, kayak menahan sakit gitu.
Aku pun ditanya, gejalanya apa? Habis makan apa? Udah kentut belum? Udah BAB belum?
Setelah kujawab, mas dokter memberikan resep obat yang bisa saya ambil di bagian “pengambilan obat”. Saat kuperiksa dapat dua botol obat mag (yang benar maag atau mag? kalau maag=tidak baku).
Kami pun kembali ke rumah. Aira kugendong dengan posisi memelukku dari depan. Wajahnya pucat dan badannya masih lemas. Maklum, sejak perutnya sakit makannya dikit sekali.
Setelah Lima Hari Belum Juga Sembuh
Sepulang dari klinik aku harus berjuang meminumkan obat magh tersebut ke Aira. Duh, susah sekali anak ini minum obat padahal rasanya obat mag kan gak pahit. Berbagai cara kulakukan, termasuk memberinya youtube biar nggak nangis, huhuhu. Berat rasanya kasih anak gadget karena aku tahu nanti dia akan ketagihan. Tapi gak papa lah biar dia mau minum obatnya.
Tapi kok sepertinya obat mag ini nggak ngefek sama sekali buat sakitnya Aira. Hampir tiap malam aku terbangun 3-5 kali karena mendengar putri kecilku itu mengeluhkan perutnya yang sakit. Dia menunjuk perutnya bagian kanan yang kalau ditekan dikit sakit. Duh, aku bingung dan selalu berdoa semoga enggak terjadi apa-apa dengan perutnya.
Hingga tanggal 14 Februari, Aira masih juga mengeluhkan perutnya yang sakit. Aku yang kurang tidur selama empat hari sudah mulai lelah dan nggak tega melihatnya kesakitan. Aku pun konsultasi ke mbak ipar yang dulu pernah jadi perawat.
Kata mbak, pokoknya nggak demam ya aman. Eh, Aira sempat panas sih satu malam saja, tapi karena dia batuk dan pilek deh kayaknya. Menurut mbak ipar juga lebih baik anakku diperiksakan ke dokter anak saja di Malang daripada berasumsi macam-macam.
Iya juga sih, tapi kebetulan sekali waktu itu aku nggak punya uang lebih, huhuhu. Aku sempat nangis. Bukannya aku nggak sayang anak tapi memang kondisi sedang tidak memungkinkan. Aku pun menangis dalam sujudku, semoga Aira baik-baik saja dan diberikan kesembuhan.
Ke UGD Lagi, Kenapa Nggak ke Dokter Anak Saja?
Oleh karena Aira masih terus mengeluh, aku nggak tega dan membawanya ke klinik lagi. Berharap bisa bertemu dengan dokter anak tapi ternyata perawat masih saja merujuk ke UGD karena dokter anaknya sudah pulang Huft… Sabaaaar…..
Di UGD, Aira diperiksa oleh dokter yang sama. Kali ini mas dokter tetap saja kurang ramah. Sepertinya beliau kurang tidur deh, ^_^ Untung aja aku udah baca buku Marah yang Bijak sehingga bisa lebih sabar.
Anehnya, Aira yang diperiksa hanya geleng-geleng saat ditanya apakah perutnya sakit ketika ditekan? Huft… Kayaknya Aira ketakutan gitu dan jadinya bohong deh. Tapi kata mas dokter, kalau perutnya beneran sakit pasti raut wajahnya berubah donk. Ehm… iya juga sih, lah wajah Aira biasa aja tuh. Beneran deh aku jadi bingung T_T
Akhirnya mas dokter memberikan resep obat yang sama ditambah anti biotik. Tapi, ketika sampai di rumah Aira enggak mau minum obatnya, huhuhu. Lelah hayati… Beruntung ada suami yang juga sabar dan telaten membantu saya merawat anak sakit.
Magh pada Anak Sembuh dengan Herbal
Meskipun sulit, aku berusaha meminumkan obat Aira dengan iming-iming youtube. Tapi hanya obat mag yang berhasil masuk, itupun sehari sekali. Ya Allah… aku udah hampir putus asa hingga kemudian teringat kalau punya obat mag herbal yaitu Bathn.
Disini aku nggak pengen promosi tapi sharing pengalaman aja loh ya. Kebetulan aku coba meminumkan herbal Bathn ke Aira dan hasilnya lumayan, berangsur-angsur keluhan sakit perutnya berkurang. Herbal Bathn ini berbentuk kapsul, jadi saya buka dan keluarkan isinya. Saya minumkan separuh aja dengan dicampur air dan madu.
Oiya, selama sakit ini Aira juga rutin saya kasih madu tiga kali sehari (satu sendok makan). Untuk makannya, saya kasih bubur bayi SUN dan susu karena dia nggak mau bubur nasi. Sesekali Aira juga saya buatkan jus dan minum susu. Pokoknya madu nih yang sering-sering saya berikan bahkan bisa lebih dari 3x sehari dengan harapan tubuhnya mendapatkan energi dari madu.
Alhamdulillah, kira-kira 3 hari setelah minum herbal Bathn 3x sehari Aira sembuh dan kembali ke sekolah.
Ini adalah pengalaman pertamaku saat anak sakit magh karena si sulung belum pernah ke magh. Melalui pengalaman ini ada beberapa pelajaran yang kudapatkan yaitu:
- Periksakan anak ke dokter jika dalam 24 jam sakitnya belum sembuh
- Sabar dan telaten menghadapi anak yang sakit
- Libatkan suami saat merawat anak yang sakit agar bunda tidak lelah sendirian
- Selalu berdoa memohon pertolongan Allah
- Yakin jika setiap penyakit ada obatnya dan melatih untuk bersabar
Itu dia, Diary Bunda, pengalaman mengatasi sakit mag pada anak. Semoga bermanfaat untuk ayah bunda yang juga punya pengalaman serupa. Feel free untuk sharing di kolom komentar atau email ya.